SejarahNabi Muhammad SAW. Lagi-lagi sebuah sejarah dilupakan, seakan-akan mereka tidak pernah tahu atau mungkin tidak mau tahu, ini adalah sejarah yang tak boleh dilupakan, karena inilah sebab awal penciptaan dan akhir penciptaan, ia bermula 14 abad yang lalu di sebuah kota kecil, sebuah kota yang panas dan tandus yang dipenuhi dengan penyembahan terhadap kayu
Kini, Maryam seakan-akan lebur menjadi satu titik. Dan titik itu adalah titik kepedihan. Satu titik yang membuatnya semakin mengerut dalam kesakitan seakan-akan tulang-tulang di sekujur tubuhnya hendak dipisahkan. Pandangan kedua matanya menjadi gelap. Maryam pun roboh, terkulai di atas tanah. Ia mencoba bangkit dengan susah-payah, dengan tenaga yang sedikit tersisa... Rasa sakit yang diderita Maryam semakin terasa saat bayi yang berada di dalam kandungannya bergerak-gerak. Dalam rasa sakit yang tidak tertahan itu, Maryam membungkuk untuk mengusap tubuhnya yang basah oleh keringat. Ini adalah rasa sakit yang timbul pada saat akan melahirkan. Terlebih, dia hanya seorang diri. Malu Maryam kepada dirinya yang begitu papa. Ia pun bersimpuh di atas tanah. Apakah yang sebenarnya telah terjadi dalam kehidupannya? Seakan-akan air tak pernah berhenti mengalir dari dalam kandungannya seperti guyuran timba dari sebuah sumur yang dalam. Keadaan inilah yang membuat Maryam bertekuk lutut, bersimpuh lemas di atas tanah.... Namun, beberapa saat kemudian, Maryam berusaha menjejakkan kedua kakinya dengan rasa sakit yang begitu menusuk jantungnya. 242Dirinya tidak bisa tenang tanpa bergerak lantaran rasa sakit yang ditahannya. Kesakitan yang akhirnya membuat Maryam bersandar pada sebatang pohon kurma. Pohon yang telah mengering seluruh batang dan daunnya. Pohon yang berada di tanah kering dengan batu-batuan yang runcing. “Aduuuh!!!” rintih Maryam pedih. “Aduh kurma! Kurma kering, kurma yang sama menderita denganku. Sungguh, demi Tuhan yang telah menumbuhkan dirimu dalam tanah kering berbatu panas dan tajam! Apakah dirimu telah ditumbuhkan di sini demi dapat menjadi sandaran bagi seorang yatim?” -o0o- 24327. Caan Cta Sbang Pohon urma Sebatang pohon kurma telah menjadi saksi bagi Maryam. Ia ikut menangis tersedu-sedu dengan air mata yang terus berlinang. Entah apa saja yang akan dia katakan jika mampu berbicara dengan sahabatnya yang kini sedang dalam derita. “Ah ibunda Maryam. Maryam yang telah dipilih oleh Rabbi. Maryam yang telah dikurbankan. Maryam yang telah disucikan. Maryam yang tirainya tertutup rapat untuk dunia, tapi terbuka kepada Allah Maryam yang terang cahaya keningnya sebagai penanda seorang hamba yang terpilih. Mengering sudah sekujur dahan-dahan dan daunku ini saking lamanya menunggu dirimu. Tak tersisa sudah air di kandung badan. Jika saja sebelumnya tidak diberi berita gembira akan hari saat engkau bersandar di punggung batangku, niscaya telah 244lama sudah kesabaranku berakhir. Telah lama pula diriku membusuk bercampur tanah. Lenyap sudah diriku jika tidak tersisa harapan akan perjumpaan denganmu. Dan kini, sebagaimana yang engkau lihat, diriku adalah sebatang pohon kurma yang telah mengering, sebatang pohon yang setelah ini akan tercatat sebagai pohon yang pemalu namun cerah kehidupan masa depanku. Sungguh, segala puji dan syukur aku panjatkan ke hadirat Allah yang telah menitahkan diriku sebagai teman dan kekasih di dalam kegelapan malam. Ia telah memilih diriku di antara semua pohon untuk menjadi sandaran saat engkau begitu lemah. Janganlah engkau lihat diriku yang telah mengering daun dan dahan-dahannya. Banyak sekali darwis yang telah lama melebur dalam jalan perjuangannya di tengah-tengah padang pasir saat mereka mencari jejak sang kekasihnya. Sampai-sampai mereka sendiri telah melebur menjadi jalan. Seperti para darwis itulah diriku jika engkau tahu saat engkau belum datang dan menyandarkan tubuhmu. Saat-saat sebelum engkau datang, penantian merupakan kesendirian teramat pedih yang tiada berujung. Kini, pada malammu yang pedih ini, terimalah diriku yang sudah tua dan kering ini sebagai temanmu sebagaimana ibumu yang teramat engkau rindukan dan ayahmu yang tidak pernah engkau lihat wajahnya. Ah, Maryam! Saudaraku yang tinggal sebatang kara.... Saudaraku yang berwajah cantik, yang pada malam- malam hari seorang diri dalam derita. Engkaulah yang selama bertahun-tahun ini aku tunggu. Engkau datang seperti bintang, tepat pada saat harapanku hampir punah. 245Bagaikan sungai... Bagaikan dalil... Bagaikan ayat… Segala puji dan syukur aku panjatkan kepada Zat yang telah menjadikanku sebagai kekasihmu, yang telah membubuhkan namaku dalam buku-buku catatan bersanding dengan namamu... Selamat datang! Wahai saudaraku tercinta. Kini, engkau bisa bersandar dengan sepenuhnya pada batangku. Janganlah takut, pijakan akar-akarku tidak akan roboh. Akar-akarku telah terikat dengan takdir yang telah dititahkan kepadamu. Karena itulah tidak mungkin aku pergi, tidak mungkin aku akan lari. Wallahi. Billahi. Tallahi. Tidak mungkin aku berputus asa dari sumpahku. Selamat datang temanku yang telah bertahun-tahun aku tunggu, teman yang demi takdir yang telah digariskan kepadamu aku rela bersimpuh bertahun-tahun menunggu. Dan sekarang, saatnya Maryam bersandar dengan rasa aman. Entah berapa musim salju silih berganti, berapa musim semi, musim panas... entah berapa lama terik padang pasir membakar kepalaku. Namun, aku tetap bersabar, tetap teguh, tetap bertahan.... Dan hanya untuk beberapa saat engkau bersandar, semua kepedihan, kesakitan, dan perjuangan ini aku lakukan… 246Agar kekasihku merasa nyaman bersandar, aku relakan pelepah dan daun-daunku mengering. Hingga sekarang ibunda Maryam, Ibunda sang Marziyyah, Ibunda sang Saiyyah, Ibunda sang Azra, Ibunda sang Asra, Ibunda sang Bakirah, Ibunda sang Marbubah, Ibunda sang Zahra, Ibunda sang Mahjubah, Ibunda sang Masummah, Ibunda sang Zahidah, Nama terbaik dari nama-nama yang baik.. Sekaranglah saatnya engkau mengenakan mahkota kesabaran, keteguhan. Dan sejak saat ini, semua makhluk di sepanjang zaman akan mengenalmu sebagai seorang yang bersandar pada sebatang pohon kurma dengan mengenakan mahkota gelar kesabaran dalam setiap ujian kesabaran, keteguhan, dan ketegaran Rabbani. Sekarang, teguhkanlah, kuatkanlah dirimu sehingga setiap kaum hawa setelahmu juga akan melihatmu seraya bersandar sepertimu dalam setiap derita yang dipikulnya. Sungguh, engkaulah pengantin wanita sang kesabaran, Sungguh, engkaulah malaikat keteguhan, Penuntun setiap nama dalam ketabahan, Teladan terbaik dalam ketahanan... 247Dengan demikian, setiap hamba yang memikul kepedihan ini, demi rida Allah, juga akan mengenangku. Mengenang dan dengan seizin Allah, kemudian bersandar pada batang kurmaku ini yang sejatinya hina. Semoga salam terucap kepada siapa saja yang membubuhkan namaku sebagai sebatang pohon kurma kering’ dalam catatannya. Sebatang pohon kurma kering yang terbakar oleh terik matahari cinta, yang mengorbankan dirinya demi bunda Maryam sang kekasihnya.” -o0o- 24828. ithn Marym “Kepedihan yang dirasakan saat hendak melahirkan mendorongnya untuk bersandar pada sebatang pohon kurma kering. Seandainya saja,’ katanya. Seandainya saja diriku mati sebelumnya sehingga menjadi seorang yang hilang dilupakan.’” Saat-saat Maryam merasakan sakit karena hendak melahirkan, takdir telah menuntunnya untuk berjalan ke tempat yang sama sekali tidak ia ketahui. Ia telah mengandung seorang bayi tanpa suami. Dan ini adalah ujian terberat dari Allah bagi seorang wanita. Sebuah ujian yang paling berat sepanjang zaman. Sebuah cobaan paling berat bagi kehormatan dan kesucian seorang wanita. Namun, bukankah saat di awal kehidupannya pun Maryam telah diberi isyarat bahwa “wanita tidak seperti laki-laki?” Dan kini, ujian yang telah ditimpakan kepadanya 249sebagai seorang wanita akan dicatat sebagai pelajaran bagi kaum hawa dalam menghadapi ujian agar tabah dan teguh hati. “Diriku tidak jauh lebih kuat daripada sehelai kecambah dalam langkahku di dunia ini.” Diriku adalah Maryam Seorang yatim lagi sebatang kara.... Diriku seperti sungai yang mengering dalam dekapan gunung. Laksana sebatang cabang dari pohon Huda-yi Nabit yang tumbuh dalam pemeliharan Allah. “Akar-akarku telah terikat dalam tanah,” kata sebatang pohon kurma kering. Sementara itu, takdirlah yang telah mengikat diriku. Tidak mungkin bisa lari dari ketentuan takdir… demikian diriku menunduk seraya bersabar. Diriku selalu berada di dalam ruangan. Berada di dalam diriku sendiri. Namun, malam ini aku diperintahkan untuk keluar. Berpindah. Berada di luar. Tanpa rumah. Tanpa atap. Tanpa alamat tujuan. Tanpa ada rumah, tanpa ada pintu untuk diketuk. Tak pernah diriku berjalan. Tak pernah diriku pergi. Hingga tak pernah pula diriku beralas kaki. Dalam sunyi gelapnya malam ini, 250Di tengah-tengah gunung yang tidak aku kenal, tidak pula aku mengerti ini. Dalam kesendirian di luar untuk melangkah dan melangkah tanpa aku mengerti, tanpa aku kenali. Aku kedinginan, wahai sebatang pohon kurma kering! Aku menggigil, wahai sahabatku! Selimutilah diriku, sembunyikan diriku… jangan engkau perlihatkan diriku pada orang lain. Setelah saat ini, setiap buku catatan akan membubuhkan kisah tentang apa saja yang aku alami. Ah! Bukalah tanahmu biar aku membenamkan diri di sampingmu; di dalam tanahmu yang hangat. Biarlah manusia melupakan diriku, biarlah manusia tidak menuliskan cerita tentang diriku. Dalam udara sedingin es, Sepanas api, Sekeras besi, Namun, siapa yang mengangkat hijabku? Ah! Jika saja diriku mati, mati.... Hingga tak akan pernah dibubuhkan ke dalam buku catatan, Hingga pena pun tak akan menuliskan namaku, Dan diriku akan menjadi orang yang hilang dilupakan...” -o0o- 25129. Suara eiga Jiwa mana yang menitahkan takdir rela menyaksikan rintihan pedih bunda Maryam bersama sebatang pohon kurma kering yang menjadi sandarannya. Tentu saja titah takdir tidak memiliki jiwa. Namun, demikianlah gambarannya. Allah, Zat yang bertitah, sejatinya tidak rela. Saat menyusun serangkaian ujian, Ia juga telah menyusun pendukung untuk menguatkan hati hamba-Nya. Karena itu, tanpa disangka-sangka, saat pintu harapan seakan mulai meredup, Allah memberikan kekuatan kepada Maryam untuk bersandar pada sebatang pohon kurma kering serta mengutus malaikat dan Isa untuk menjadi pendukungnya. Begitu kepedihan semakin menjadi, Maryam semakin sadar adanya kehangatan dalam setiap tarikan napasnya. Seolah-olah Allah yang telah menjadikan kesunyian malam terasa semakin pekat dalam derita, semakin menyayat di lubuk hatinya, telah mengirimkan para malaikat untuk melegakan hati Maryam. Pada saat-saat itulah terdengar suara Jibril “Janganlah kamu bersedih hati. Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu. Niscaya pohon itu akan 252menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka, makan, minum, dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, katakanlah, Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha Pemurah sehingga aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.’” Lahirlah putra Maryam. Lepaslah kandungan Maryam. Seorang bayi yang Allah sendiri telah menyebutnya sebagai kalamullah telah lahir ke dunia sebagai mukjizat, sebagaimana Adam . Dan saat itu, Maryam hanyalah seorang diri. Kesendirian yang telah diatur Allah sehingga dunia dan isinya tidak lagi manis baginya. Bersama dengan keindahan dan kemegahannya, dunia telah meninggalkannya. Ia memang bukan seperti manusia pada umumnya yang membahagiakan diri dengan harapan duniawi, sehingga rintih dan kepedihannya bukan bersandar pada dunia dan nafsu manusia. Kepapaan dan kesendirian adalah medan yang telah disiapkan secara khusus oleh Allah untuk menempa jiwanya. Oleh karena itu, ketika manusia berteman dengan nafsu dan kebutuhan jasmani, Maryam berteman dengan para malaikat yang mengajari, menemaninya dalam penghambaan kepada Allah. 253Dan meski kenyataannya Maryam tercipta di dunia, Namun jiwa dan kehidupan bukanlah untuknya... Dialah seorang diri. Seorang yang tidak memiliki ibu, ayah, rumah, dan teman. Seolah kemapanan duniawi telah dicabut darinya demi suatu ujian Ilahi. Kehidupan yang umum dialami oleh layaknya manusia menjadi berlebih bagi seorang Maryam. Hanya dalam batas tertentu yang diperbolehkan baginya sehingga Maryam mampu tabah dalam keterbatasannya dan mampu mencapai tujuan mulianya tanpa terhalang segala hal duniawi. Ia bukan saja panutan bagi kaum hawa, melainkan juga bagi seluruh umat manusia yang dibimbing langsung “secara khusus” oleh Allah. Tidak ada hal yang dibutuhkan untuk menjadi pelipur lara, pendukung, penopang, maupun pemberi kesenangan bagi Maryam, Sejatinya ada beberapa orang yang selalu mendukungnya... Mereka tidak lain adalah Nabi Zakaria dan keluarganya, alam hewan dan tumbuhan, angin, siang, malam, dan juga para malaikat. Dan akhirnya Malaikat Jibril pun datang seraya berseru kepada Maryam. Berseru untuk mengempaskan kepedihan dan derita yang menghimpit jiwanya seperti barisan gunung menindih jantungnya. “Janganlah engkau bersedih hati!” seru Malaikat Jibril kepada Maryam laksana teman atau sahabat tempat berbagai perasaan. Dan dalam masa-masa sulit, Malaikat Jibril memang telah ditugasi untuk menjadi sahabat dekatnya. Setelah bayi Maryam lahir di alam yang paling aman dan paling rahasia, yaitu di perbukitan Betlehem, kuasa Ilahi telah 254menciptakan aliran sungai yang begitu jernih airnya sehingga dapat menghilangkan dahaga yang dirasakan Maryam dan juga bayinya. Dalam kelahiran yang umum, ibu dan ayahlah yang pertama-tama memberi ucapan selamat kepada sang bayi, bidan, dan dokter. Namun, bagi Maryam, sosok itu adalah Malaikat Jibril. “Makan dan minumlah. Selamat, bayimu telah lahir dengan selamat!” demikian seolah ucapan sang malaikat. Sang Ruhul Kuddus.... Sungguh, betapa ia adalah sahabat yang mulia. Utusan Allah yang sempurna, teman berbagi dan juga penopangnya. Semoga salam dari Allah tercurah bagi para kekasih dan kedua hamba-Nya! -o0o- 25530. Para Ali stronoi pn Dim Di atas Suwat, kuda tunggangannya, Merzangus memimpin ketiga pemuda ahli astronomi memacu kudanya sekencang tiupan topan. Tanpa henti, mereka terus memacu kudanya ke arah tenggara al-Quds. Tak ayal, dalam satu malam sampailah mereka ke Lembah Naml’. Nabi Sulaiman bersama pasukannya pernah menyeberangi lembah ini. Lembah berupa koridor sempit memanjang dan diapit pegunungan granit terjal yang seolah- olah tanpa ujung. Lorong curam yang sarat bahaya, ditambah jalan licin berliku-liku, menembus dengan singkat ke kota Askalan. Jalan ini sebenarnya hanya alternatif terakhir ketika perang terjadi atau wabah penyakit melanda. Itu pun harus dipandu seorang yang benar-benar memahami rutenya. Kalau tidak, Lembah Naml tidak lain adalah sebuah wahana kematian. Nama lembah ini diambil dari jenis semut yang begitu lincah merayap dari puncak-puncak bukit yang terjal seperti cerobong pembakaran alami. Inilah hewan paling pintar yang mampu bergerak gesit dalam lembah yang tidak mungkin dilalui manusia dengan berjalan kaki. Sebuah lembah yang 256sama sekali tidak mungkin dilalui seorang pun kecuali seorang pengelana besar dengan sebuah peta yang tidak mungkin pernah dilihat oleh seorang manusia. Merzangus tahu bagaimana menjinakkan Lembah Naml dari gurunya, Zahter. “Suatu hari, jika engkau harus melewati lembah ini, ketahuilah bahwa ia hanya mungkin dilewati dengan sabar dan puasa tanpa bicara,” kata Zahter menasihati murid dan juga anak angkatnya. Kini, Merzangus makin paham makna kata-kata Zahter saat itu. Merzangus juga masih berpikir, jika dirinya urung melintasi lembah itu, ketiga orang yang dipandunya pasti akan menyadari sandiwara yang sedang dimainkan. Mereka pun akan urung mengikuti Merzangus dan balik mengejar Maryam. Oleh karena itu, mau tidak mau dirinya harus menuruni lembah mematikan tersebut. Inilah jalur paling singkat yang dapat mengantarkan musair dari al-Quds ke kota Askalan meski mematikan. Inilah perjuangan seorang Merzangus, yang memilih jalan paling sulit untuk ditempuh dalam kehidupan. Ia tidak ingin rahasia Maryam dan bayi yang akan dilahirkannya terbongkar oleh ketiga ilmuwan itu, suatu hal yang akan membuat pihak penguasa membuntutinya. 257Dengan cambukan lembut pada perutnya, Suwat berlari semakin kencang. Di belakangnya mengejar Ismail Alawi dengan kuda putih bagai bintang menerobos kegelapan malam. Tidak lama kemudian, Ismail mampu mengejar kuda Merzangus. Saat itulah Ismail memberikan isyarat kepada Merzangus untuk memperlambat laju kudanya atau berhenti sejenak. Akhirnya, laju kuda melambat, namun Merzangus dan Suwat tidak menghentikan langkahnya. Suwat tampak marah karena lajunya diperlambat. Ia meringkik sambil melompat-lompat seolah-olah memberi isyarat untuk segera berlari dari ular dan setan yang mungkin keluar dari semak-semak belukar. Saat itu Merzangus membenahi cadarnya kemudian berseru dari atas kudanya. “Ada apa? Apa yang engkau inginkan?” “Temanku tertinggal jauh di belakang. Aku mengkhawatirkan keselamatan mereka. Kami sama sekali belum pernah melewati lembah yang gelap dan mengerikan ini. Namun, jika engkau memerhatikan posisi bintang di langit dan juga embusan udara yang semakin lembap dan asin, ini menunjukkan kita semakin mendekati arah laut. Benarkah engkau akan membawa kami ke tempat Sang Raja dilahirkan?” “Kalau tidak tahu, engkau harus mengikuti aku!” “Tapi, aku sangat mengkhawatirkan keselamatan temanku yang lain. Mereka tidak pandai menunggangi kuda seperti kita. Aku akan kembali mengejar mereka di belakang.” “Tidak bisa! Engkau tidak bisa tinggal diam atau kembali dari lembah ini. Ini adalah Lembah Naml. Lebih-lebih, di lembah ini dilarang keras banyak bicara seperti ini.” 258“Apa? Lembah Naml? Duhai Allah! Benarkah ini adalah lembah yang pernah dilewati Nabi Sulaiman bersama pasukannya? Kalau memang benar, berarti aku harus segera kembali!” Dengan segera Ismail menarik kekang kudanya untuk kembali ke arah semula dengan tekad bulat. Mendapati hal ini, setelah ragu untuk beberapa lama, Merzangus kemudian langsung memacu kudanya dengan kencang. Namun, setelah beberapa lama memacu kudanya dan menembus kegelapan lembah, mereka akhirnya berhenti sejenak untuk menghela napas dalam keputusasaan. Entah mengapa, kedua kuda tunggangannya kini tidak lagi mau berjalan. Belum juga Merzangus berkata “tunggu”, Ismail Alawi sudah melompat dari atas kudanya. Ia jatuh tersungkur dan mulai merintih keras sambil memegangi kedua matanya. Kudanya sendiri melompat-lompat, memukul-mukulkan kakinya dengan meringkik keras. Melihat Ismail yang merintih kesakitan, Merzangus langsung melemparkan selendang ke arahnya. Dengan berpegang pada uluran tali selendang itulah Ismail mencoba bangkit untuk kembali naik ke atas punggung kudanya. Begitu dapat kembali duduk di atas kuda, dalam napas terengah- rengah Ismail pun bertanya dengan nada marah, “Sebenarnya mau kamu bawa ke mana kami, wahai wanita malang!” Merzangus mengeluarkan pedangnya dari kerangkanya seraya berucap salam dengan pedangnya. “Aku adalah seorang prajurit yang telah bersumpah melindungi Maryam putri Imran dan bayi yang akan dilahirkannya.” 259“Aku tidak peduli dengan apa yang ingin kamu lakukan. Tahukah kamu kalau tadi ribuan anak panah tiba-tiba dihunjamkan ke dalam mataku? Tidak hanya itu, aku juga mendengar suara-suara yang sangat aneh. Jeritan anak-anak yang mengatakan jangan sekali-kali engkau mengganggunya!” “Suara yang engkau dengar itu bisa jadi para malaikat atau semut-semut yang menjaga lembah ini. Mereka adalah umat Nabi Sulaiman yang masih ada sampai zaman sekarang. Dan lembah ini berada dalam pengamanan mereka. Tidak pernah ada manusia yang melewati lembah ini dengan berjalan kaki. Kudamu jauh lebih tahu tentang semua ini.” “Siapa sebenarnya dirimu ini? Dari mana asalmu? Bagaimana kamu bisa berkata semua ini?” “Bukankah engkau baru saja bertanya, benarkah ini adalah Lembah Nabi Sulaiman? Ya. Lembah ini adalah tempat semut-semut berucap salam kepadanya. Para malaikat, angin, dan juga jin adalah tentaranya. Mereka semua masih menetap di sini. Karena itulah lembah ini tidak pernah ada dalam peta. Jika yang menjaga lembah ini mengizinkan, mungkin kita bisa menemukan kembali temanmu. Hanya saja, ada satu syaratnya....” “Apa syaratnya? Tunggu, jangan engkau sebutkan. Apa pun syaratnya, aku akan memenuhinya asal bisa menemukan kembali kedua temanku yang hilang di lembah kematian ini.” “Kalau begitu, tutuplah kedua matamu dan ikutilah doa yang akan aku ucapkan. Semoga kita bisa keluar dengan selamat dari lembah ini dan menemukan kedua temanmu. Kemungkinan, mereka sekarang sedang dalam tawanan para tentara Nabi Sulaiman yang tidak kasat mata. Sekarang, 260bersumpahlah untuk tidak akan membuntuti Maryam dan putranya yang akan dilahirkan. Bersumpah pula untuk tidak memberi tahu apa pun tentang ibu dan anak ini kepada Wali Romawi yang telah merencanakan ribuan pembunuhan kepadanya. Paham? Biar sekalian aku ingatkan bahwa tempat ini adalah Lembah Rahasia. Jika engkau tidak menjaga rahasia ini, di mana pun berada para pasukan Nabi Sulaiman akan mendapatkanmu sehingga engkau tidak akan bisa berbuat apa-apa.” Setelah itu, Merzangus mulai membaca doa Ismi Azam. Tertutur oleh kedua bibir Merzangus sembilan puluh sembilan asma Allah dalam satu bacaan doa. Sementara itu, Ismail Alawi dengan khusyuk mendengarkan doa itu sambil berucap amin, amin, amin....’ Setelah selesai berdoa, keduanya mulai memacu kudanya untuk bergegas menyusuri jalan ke arah laut. Saat mentari terbit, keduanya telah sampai di pantai yang membentang di antara Gazza dan Askalan. Tidak hanya itu, mereka juga melihat Urpinasy dan Efridun telah menunggunya di pinggir laut. “Dalam kegelapan malam, kami kehilangan jalan. Akhirnya, tiupan angin memandu kami sampai di tempat ini.” “Angin juga makhluk dan tentara Allah,” kata Merzangus. Untuk beberapa saat, mereka beristirahat di pantai. Saat itulah Merzangus mulai menerangkan sosok Maryam yang sejak kecil telah dikurbankan di jalan Allah. Mereka pun mendengarkannya dengan saksama. Setelah mendengarkan penuturan Merzangus, para ilmuwan astronomi itu yakin bahwa mereka akan ditangkap dan dipaksa menunjukkan keberadaan Maryam bersama 261dengan putranya jika kembali ke al-Quds. Mereka akhirnya sepakat untuk kembali dengan naik kapal dari Gazza menuju Pelabuhan Sayda, kemudian menuju Damaskus. Dengan demikian, mereka tidak akan melewati kota al-Quds beserta daerah di sekitarnya. Dengan cara ini, mereka akan terhindar dari pantauan mata-mata Wali Romawi. Mereka pun berpisah dengan Merzangus. Mereka menitipkan hadiah untuk Isa berupa emas, tanaman murrusafi, dan tumbuhan sejenis tembakau kering. Setelah itu, mereka memacu kudanya menuju Pelabuhan Gazza. Dalam perjalanan pulang, Merzangus tidak lagi melewati Lembah Naml. Ia lebih memilih jalur utara menembus kota Hebron. Orang-orang Yahudi menyebut Nabi Ibrahim dengan nama Hebron. Merzangus pun berziarah ke makam Nabi Ibrahim, Nabi Ishak, dan Nabi Yakub. Sebelum berkunjung ke makam para nabi ini, Merzangus terlebih dahulu mengambil air wudu dan menyelipkan pedang Ridwan di pelana kuda. Sewaktu hidup, Zahter selalu berpesan agar tidak mengunjungi para alim dan nabi, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat, dengan membawa pedang. Demikianlah ajaran sang kakek dalam memberi pendidikan mengenai tata krama. Dengan khusyuk, Merzangus berdoa untuk para nabi, istri-istri mereka, dan keluarganya yang dimakamkan di sampingnya. Setelah selesai berdoa, begitu melompat ke punggung Suwat, Merzangus teringat masa kecilnya. Sejak kecil, Zahter telah mendidiknya menjadi seorang yang mahir menggunakan pedang. Suatu hari, saat belajar teknik pedang, Merzangus terjatuh tanpa mampu melawannya. Dengan ujung pedang yang ditudingkan ke lehernya, Zahter berkata, “Jangan sekali- kali engkau mengunjungi para nabi dengan pedang terhunus.” 262Saat itulah Merzangus melakukan gerakan cepat sehingga ia mampu bangkit dan Zahter pun dapat dijatuhkan dalam posisi seperti dirinya sebelumnya. “Baiklah,” kata Zahter. “Aku memberimu izin. Mungkin, suatu hari engkau akan mengangkat pedang untuk mengabdi kepada seorang nabi.” Saat Nabi Isa dilahirkan, pedang Merzangus telah terhunus untuk mengabdi kepadanya. Doa sang kakek yang juga gurunya telah menjadi kenyataan. Dengan kencang Merzangus memacu kudanya sembari menyapu pandangan ke arah Betlehem. “Terhunus sudah pedang Ridwan ini, entah kepada siapa ia akan senantiasa mengabdi?” Waktu telah banyak dilewatkan. Saatnya untuk segera menemukan Maryam. Namun, saat kembali, semua orang ternyata sudah pergi. Bahkan, Nabi Zakaria dan Yusuf sang tukang kayu pun sama sekali tidak mengetahui keberadaan Maryam. Merzangus semakin dirundung rasa gundah. Ia khawatir terjadi sesuatu pada Maryam. “Aku harus segera dapat menemukannya. Tidak mungkin diri ini rela membiarkannya sendiri dalam keadaan sepedih itu,” kata Merzangus seraya melompat ke punggung kudanya tanpa menghiraukan apa yang dikatakan sahabatnya yang lain. Selama empat puluh hari Merzangus memacu kudanya melewati gurun pasir. Dia mencari keberadaan Maryam dari satu perkampungan ke perkampungan lain dengan mendaki gunung dan bukit serta menyeberangi lembah dan perkampungan. 263Tidak tersisa lagi tempat di sepanjang Laut Mati sampai Danau Jalilah yang tidak ia cari. Meski demikian, tidak ditemukan tanda-tanda keberadaan Maryam dan putranya. Tidak hanya berhenti di situ, Merzangus juga melanjutkan pencarian dari Gurbara sampai timur Jabali Guruz. Di setiap perkampungan badui, kepada setiap karavan yang lewat, Merzangus bertanya tentang sosok Maryam. Seolah-olah ada rahasia Ilahi yang membuat jejak Maryam sama sekali tidak diketahui. Orang-orang badui di selatan padang pasir Tabariyah adalah penduduk yang bertugas menghapus jejak para karavan setelah kepergian mereka di waktu malam. Merzangus juga telah bertanya kepada mereka. Namun, begitu mereka mengatakan tidak ada jejak kaki seorang pun yang berjalan sendirian, Merzangus langsung memutuskan meninggalkan pencariannya di sebelah utara dan berbalik ke arah al-Quds. Keputusan ini dilakukan tepat setelah mencapai empat puluh hari semenjak Maryam keluar dari mihrab untuk melahirkan putranya. Empat puluh hari sudah Merzangus mencari dan terus mencari. Namun, tidak ada tanda yang menunjukkan keberadaan Maryam. Kini, ia pun harus kembali.... -o0o- 26431. Marym Bernaar Maryam terlihat begitu lapang setelah melahirkan bayinya dengan ketenangan yang telah diturunkan Allah. Tubuhnya pun terasa lebih kuat. Segera ia kumpulkan biji buah kurma untuk dimakan dan mengumpulkan air segar dari anak sungai yang mengalir di bawahnya untuk diminum. Ia juga segera menyusui bayinya saat air susunya mengalir. Setidaknya, Maryam sudah mengerti keadaan dirinya dan sang bayi yang terlahir tanpa seorang ayah. Masyarakat pasti mendakwa dirinya dengan kejam. Dan ini berarti akhir bagi kehidupan seorang wanita. Padahal, apa yang menimpanya semata-mata datang dari sisi Allah sebagai ujian. Sama sekali tidak ada kesalahan yang telah diperbuat Maryam. Ia bukan seperti yang dituduh kebanyakan orang. Apa yang dilakukannya, apa yang bisa dilakukan seorang Maryam dalam keadaan seperti ini? 265Begitulah, Maryam akan diam saja. Diam seribu kata sebagaimana yang diperintahkan kepadanya. Memang, setiap kata dan pembelaan tidak akan mengurangi tuduhan orang kepadanya. Selain itu, kejadian di luar kebiasaan umum yang dialaminya sangat adil jika diserahkan pada persidangan di dalam hatinya sendiri. “Aku mengadukan semua kejadian ini kepada Allah. Hanya Allah yang mungkin bisa mengampuni diriku,” ujar Maryam pada dirinya sendiri. Semua kejadian yang menimpanya memang datang dari sisi Allah. Dan hanya Allah pula yang akan mampu membelanya dengan cara paling baik. Sungguh, kata-kata bagi Maryam sedang dalam berada di bagian penghujung. Tidak satu pun pembelaan akan mampu menjadikan dirinya suci. Dan memang, dia adalah seorang yang suci sehingga bagaimana harus disucikan kembali? Dialah merupakan sosok yang “putih”, lalu bagaimana akan diperputih? Bagaimana kemaksuman akan membelanya? Jadi, biarlah mereka yang ingin menodai kemaksumannya berbicara semaunya hingga habis semua kata-kata. Biarlah Maryam tidak bicara. Biarlah ia diam seribu bahasa. Biarlah ia diam seribu kata. Sebab, “kata-katanya” telah berada dalam gendongannya. 266Apalagi, Maryam sudah mencurahkan semuanya. Ia luapkan hingga tak tersisa apa-apa, Selain Ruhullah yang ada dalam buaiannya... Dialah sang “Kalamullah” yang menjadi dalilnya. Sang dalil yang julukannya adalah Isa putra Maryam. Dialah kini yang akan mengatakan “kata-kata yang paling baik”. Paling baik bagi ibundanya dan juga bagi umat manusia. -o0o- 26732. Marym embai ke al-Quds Setelah selesai masa nifas empat puluh hari, ibunda Maryam segera bersuci, mandi, dan kemudian memotong kain yang telah dicucinya untuk membungkus sang bayi. Setelah itu, Maryam segera melangkahkan kaki... Selesai sudah masa empat puluh harinya... Saat melewati perkebunan zaitun, setiap orang yang mengenalnya selalu mengikuti untuk bertanya-tanya tentang bayi yang ada di gendongannya. Belum lagi pertanyaan lain soal mengapa dirinya keluar dari masjid dan benarkah gunjingan yang selama ini ramai dibicarakan tentang dirinya. Setiap Maryam dengan keputusannya. Ia sama sekali tidak menjawab semua pertanyaan orang-orang itu. Maryam diam seribu kata. Semakin diam, semakin orang-orang merasakan keteguhan Maryam untuk menjaga jarak dari mereka. Semakin diam, semakin teguh Maryam melangkahkan kakinya. Melangkah dengan menggendong putranya yang suci lagi mulia menuju Masjidil Aqsa. 268Pada saat itulah, di tengah perjalanan, ada beberapa orang dari kerabatnya yang menghampiri dan berkata, “Ah, Maryam! Sungguh, engkau telah berbuat hina!” Akhirnya ia menggendong bayinya untuk dibawa ke depan kaumnya. Mereka berkata, “Wahai Maryam, engkau sungguh telah berbuat hal yang hina! Wahai putri saudara perempuan Harun! Sungguh, ayahmu bukan seorang yang buruk, begitu pula ibumu! Kerabat dan tetangga terdekat juga kaget melihat Maryam sedang menggendong seorang bayi. Benarkah dia seorang Maryam yang selama ini mereka kenal sangat mulia? Terlebih- lebih dengan menggendong bayi, tanpa malu, dan melangkah di depan kerumunan masyarakat? Mosye, yang memang sejak awal telah memusuhi keluarga Maryam, memanfaatkan kesempatan itu untuk berteriak sekeras-kerasnya di depan kerumunan orang. “Dengan muka apa engkau berani-beraninya kembali ke masjid? Sungguh, engkau telah mengotori rumah suci ini! Siapa pun yang menjadi ayah dari anak itu, pergilah kamu ke rumahnya! Jangan sekali-kali berani datang ke masjid ini lagi!” Mendengar provokasi Mosye, semua orang jadi marah. Sebagian melempari Maryam dengan batu atau kayu. Sebagian lagi ada yang memukulinya sambil berkata-kata kotor kepadanya. Bahkan, anak-anak kecil pun ikut menyebar duri dan meludahi Maryam di sepanjang jalan. Sungguh, sebuah kejadian yang amat memilukan. Meski demikian kejam, Maryam tetap tidak menjawab sepatah kata pun. Ia hanya berusaha melindungi bayi yang ada di gendongannya sambil terus berjalan dengan penuh 269keyakinan. Keteguhan Maryam semakin membuat semua orang tercengang. Tak ada seorang pun yang mendekatinya. Maryam terus berjalan menuju masjid dengan langkah yang teguh bagaikan kapal yang telah diterpa ombak besar. Semua orang lalu berkumpul di alun-alun. Para pemimpin pesantren di Baitul Maqdis pun ikut datang. Mereka terpaku di atas tangga masuk sambil memandang kerumunan orang yang terus berdatangan memadati alun-alun masjid. Salah satu dari para pemimpin madrasah tersebut tidak lain adalah Nabi Zakaria. Begitu melihat Maryam, hatinya langsung seraya terkoyak. Sambil menuruni tangga, ia berteriak, “Maryam... anakku..!” Namun, Maryam tetap diam hingga tiba di tangga gerbang masuk. Dengan jari tangannya, Maryam memberi isyarat kepada orang-orang yang berkuruman untuk memerhatikan bayinya. Hal tersebut justru membuat orang-orang yang membencinya semakin ingin meluapkan kemarahan. “Jadi, dia ingin agar kita bicara dengan bayinya? Sungguh, ini adalah penghinaan bagi kita sehina perbuatan dosanya!” demikian kata mereka. Suara orang-orang mulai bergemuruh, berteriak-teriak. “....apa maksudnya ini? Bagaimana mungkin kita bisa berbicara dengan seorang bayi?” Mosye dan para pendukungnya makin meradang. “Coba perhatikan, wanita hina ini meminta kita berbicara dengan seorang bayi. Apakah dirinya ahli sihir? Bagaimana mungkin seorang bayi bisa bicara. Apakah ia akan bercerita tentang perbuatan dosa yang telah dilakukan ibunya?” 270Semua orang tertawa, mencaci-maki dengan kata-kata kotor. Dalam waktu yang sama, Merzangus datang menaiki kuda yang dipacu dengan kencang, sementara Yusuf berlari terengah-rengah dari tempat kerjanya sebagai tukang kayu. Tidak ketinggalan, al-Isya juga ikut berlari menerjang kerumunan orang bersama bayinya yang bernama Yahya. Dengan menangis tersedu-sedu, al-Isya berteriak kepada kerumunan orang-orang itu. “Jangan kalian sakiti dia. Semua ini datangnya dari Allah!” Namun, kata-kata itu tidak bisa menenangkan mereka. Bahkan, al-Isya juga mendapatkan pukulan dari orang-orang yang memang sejak awal berniat jahat. Begitulah, semuanya terjadi seketika pada saat itu. Mulailah sang bayi yang ada dalam gendongan Maryam berbicara. Sebab, ia adalah “Kalamullah”. “Diriku adalah hamba Allah. Ia telah memberiku Alkitab. Dan Ia telah mengutusku menjadi seorang nabi. Di mana pun aku berada, Ia akan memuliakanku. Ia telah memerintahkan kepadaku untuk mendirikan salat dan zakat sepanjang hidupku. Ia telah membuatku menghormati ibuku dan tidak membuatku menjadi seorang yang malang. Salam dan keselamatan terucap bagiku saat kelahiranku, sepanjang hidupku, dan saat diriku hendak dimasukkan ke dalam liang kubur.” -o0o- 27133. Ksah Tiga Bayi yng Mmpu Bicara Merzangus termenung. Ia membuka kembali catatan lama tentang tiga bayi yang dapat berbicara saat dirinya melakukan perjalanan panjang. Sungguh, kisah itu seperti sebuah ibarat yang begitu mulia. Merzangus pun tertegun merenunginya. Kisah itu kembali membuka cakrawalanya seperti sebuah jalan setapak yang mengantarkannyakejalan yang Merzangus benar-benar mampu memahami hakikat dan hikmah dari kisah itu. Pemikirannya begitu terang terbuka bagaikan bintang yang memberi isyarat dan pertanda baginya. Seolah kisah-kisah yang selalu ia dengarkan dari penuturan Zahter di sepanjang perjalanan telah menjadi guru di sepanjang usia kecilnya. Seperti kuliah di sepanjang perjalanan padang pasir. Sebuah kisah yang selalu melekat dalam ingatannya. Kisah penuh hikmah tentang tiga bayi yang bisa berbicara. 272Putra Maryam juga seorang bayi yang bisa berbicara, bahkan ketika masih dalam buaian bundanya. Kemudian, Merzangus teringat kisah lainnya. Salah satunya adalah Jurayj dari Bani Israil. Ia adalah seorang yang hanif, ahli salat, zakat, dan juga seorang mukmin yang sempurna. Suatu hari, saat dirinya sedang salat, ibunya memanggilnya sebanyak tiga kali. Saat itu, Jurayj tidak membatalkan salatnya. Setelah selesai, ia segera akan menunaikan apa yang diinginkan ibunya. Rupanya, sang ibu adalah sosok pemarah. Ia tidak sabar dan akhirnya berdoa jelek untuk sang anaknya. “Duhai Allah! Jangan cabut nyawa Jurayj sampai Engkau mengujinya dengan wanita!” Akhirnya, Jurayj mendapati ujian dengan seorang wanita saat ia menyendiri beribadah di salah satu tempat di kampungnya. Wanita tersebut tertarik oleh Jurayj yang memang masih muda dan tampan. Jurayj dapat membuatnya pergi dengan kebaikan akhlaknya. Namun, wanita itu masih terus menggodanya sampai akhirnya berbuat hina dengan seorang penggembala hingga mengandung seorang bayi. Wanita itu akhirnya memitnah Jurayj. Jurayj sama sekali tak tahu-menahu dengan semua kejadian ini. Ia masih khusyuk beribadah di dalam gubuk di pinggir kampungnya. Meski demikian, warga sudah telanjur marah karena isu yang diembuskan wanita itu. Mereka pun naik pitam dan beramai-ramai mendatangi Jurayj. Bahkan, 273gubuk tempat Jurayj beribadah dirobohkan. Tak sampai di situ, Jurayj pun sempat dipukuli. Jurayj lalu mengajak warga mendatangi tempat bayi wanita itu berada. Sesampai di sana, Jurayj bertanya kepada sang bayi, “Siapa bapak kamu?” Anehnya, sang bayi dapat menjawab pertanyaan itu dengan berkata, “Penggembala.” Karena sang bayi tiba-tiba dapat berbicara, warga pun kaget. Mereka akhirnya meminta maaf kepada Jurayj. Bahkan, mereka juga membangun kembali gubuk tempat beribadah yang telah dirusak sebelumnya. Kisah bayi berbicara lain juga berasal dari Bani Israil. Sang bayi dapat berbicara dengan ibundanya. Seorang wanita Bani Israil sedang menyusui bayinya berdoa ketika melihat seorang kesatria penunggang kuda lewat di depannya. “Ya Tuhan, jadikanlah bayiku ini seperti dia!” Mendengar doa sang bunda, bayi itu tiba-tiba dapat berbicara dengan berkata, “Ya Rabbi, jangan Engkau jadikan diriku sepertinya!” Beberapa saat kemudian, lewat seorang pembantu bersama putranya yang selalu dipandang hina masyarakat. Sang ibu bayi pun berdoa kembali. “Duhai Allah, janganlah Engkau jadikan anakku hina seperti wanita itu!” Mendengar doa itu, sang bayi pun kembali dapat berbicara, “Duhai Allah, jadikanlah diriku seperti dirinya!” 274Sang ibu kembali kaget. Akhirnya, ia bertanya kepada bayinya. Sang bayi pun menjawab, “Duhai Ibundaku! Kesatria itu adalah seorang yang zalim lagi sombong, sementera wanita pembantu itu adalah seorang yang maksum. Semua orang menyalahkan dirinya, padahal ia adalah seorang yang maksum lagi suci. Aku lebih memilih menjadi orang seperti wanita itu daripada menjadi seorang yang sombong dan zalim.” -o0o- 27534. Sift-Sift Isa Dia adalah Kalamullah... Kelahirannya terjadi atas perintah Allah. Kun, jadi, maka jadilah... Dialah penjelas, pengingat, dan penanda mukjizat penciptaan-Nya... Ketika segala sesuatu tiada, Dialah Yang Mahaada. “Keberadaan” adalah Diri-Nya yang senantiasa ada di sepanjang masa... Saat Dia dalam kekayaan yang tersembunyi, Dia pun menginginkan untuk dikuak. Bertitahlah “jadi”, maka “jadilah”. Titah ini pula yang dicipta-Nya dalam penciptaan pertama. Titah yang pertama kali dicipta, dititahkan, dan yang pertama kali pula mengarungi perjalanan... Kalamullah. Laksana awal dari putaran jarum jam, seperti angka garis pertama dalam mistar, bagaikan batu pertama dalam fondasi suatu bangunan. Demikian pula saat bangunan alam ini disusun untuk kali pertama, saat matematika dipetakkan sangat awal, saat bangunan kehidupan pertama kali ditegakkan, ketika jagat raya pertama kali ditinggikan, saat kejadian pertama kali muncul, yang ada tidak lain adalah titah “KUN”. 276“Kun” seperti sel pertama, sidik jari. Ia adalah rahasia yang menggenggam segala cipta. Dan kalam, adalah penggenggam rahasia bagi pengucapnya... Kalam, adalah pejalan yang mengayunkan kakinya dari jiwa yang terdalam. Kalam, adalah serpihan yang tercerai dari kesatuan. Kalam, adalah perpisahan; terjadinya luka. Kalam, adalah perantauan. Kalam, adalah nama jalan, perjalanan, dan juga pejalannya. Kalam, adalah jejak penanda. Kalam, adalah milik Allah; titah-Nya. Kalam, adalah utusan. Kalam, adalah nama lain dari Nabi Isa; puji dan syukur semoga terpanjat untuk Zat yang telah menitahkannya. Dan kalam, adalah al-Masih... Dengan seizin Allah, seorang buta bisa menjadi sembuh setelah diusap al-Masih. Al-Masih adalah berarti seorang yang tidak bisa berdiam diri di suatu tempat, yang selalu bergerak, bermigrasi. Seorang yang di waktu pagi ada di sebuah tempat, di malam hari sudah berada di tempat lain. Itu juga nama minyak wangi yang diusapkan pada kepala raja bangsa Yahudi untuk menyucikannya sehingga sang raja pun dimuliakan.... Al-Masih, adalah hamba mulia dan suci. Al-Masih, seorang yang menggenggam as-syifa di tangannya. Al-Masih, seorang yang diberi ucapan selamat, dan juga yang memberi ucapan selamat... 277Al-Masih, seorang yang mengulurkan tangannya, yang menolong, menuntun. Al-Masih, seorang yang menerima dengan lapang dada; yang memberi salam keselamatan, kabar gembira... Al-Masih, adalah medali. Pangkat, piagam pengukuhan, ijazah kemampuan... Al-Masih, adalah Isa . Dan Nabi Isa adalah lencana kehormatan yang disematkan di dada umat manusia... -o0o- Ia adalah al-wajih… Isa, seorang yang mulia. Terhormat, menduduki tempat yang tinggi. Sosok yang diterima, dihormati, dan dicintai setiap orang. Yang didengar kata-katanya begitu memulai bicara di muka umum. Kata-katanya lembut, meyakinkan, dan jauh dari keraguan. Yang tidak pernah muram, selalu tersenyum dalam berzikir. Bahkan, saat masih berada di dalam kandungan sang ibu, ia senantiasa bertasbih, berbicara dengan sang bunda. Dikisahkan, semasa dalam kandungan, ia telah menghafal Taurat. Kemudian, kitab Injil diturunkan kepadanya. Hikmah. Seorang yang memberi kabar gembira mengenai kedatangan nabi terakhir bernama “Ahmad”. Seorang rasul mulia, baik di dunia dan akhirat. Dia adalah al-Mukarrib... 278Isa , seorang yang dekat dengan Allah. Allah pun dekat dengannya. Hamba yang juga mengajak umatnya mendekatkan diri kepada-Nya. Utusan yang telah mewakafkan dirinya di jalan Allah, untuk menjembatani umatnya dalam mendekatkan diri kepada-Nya. -o0o- Demikianlah, seorang bayi yang dapat bertutur kata mengenai kebenaran telah membuat hati sekerumunan orang tercengang. Mosye pun syok berat. Lidahnya kaku terjulur. Tubuhnya kejang sampai jatuh berguling-guling. Dari mulutnya keluar busa dan teriakan keras, “Tidak...! Tidak mungkin...!” Namun, apa yang terjadi telah benar-benar terjadi. Jika Allah menghendaki, pasti akan terjadi. Sementara itu, Nabi Zakaria tiada berhenti berucap puji dan syukur ke hadirat Allah atas apa yang telah disaksikannya. Demikian pula dengan Yusuf. Ia segera bersujud syukur di tempat itu juga. Sang bibi, al-Isya, baru saat itu berkesempatan bersua dengan kemenakannya. Bajunya sampai robek saat berdesakan menerobos kerumunan orang. Saat itulah dua bayi, Yahya dan Isa, dapat bertatap muka untuk kali pertama. Yahya berucap salam kepada Isa seperti saat masih berada dalam kandungan... Isa senyum gembira mendapati 279temannya sesama bayi, seolah-olah bukan dirinya yang baru saja berbicara. “Tolong berikan jalan... berikan jalan! Salam dan keselamatan semoga tercurah untuk Isa ibnu Maryam! Dialah sang Kalamullah, al-Masih, semoga salam terucap untuknya! Berikan jalan wahai penduduk al-Quds yang kini telah mendapati limpahan nikmat agung!” Seorang yang berteriak-teriak demikian tidak lain adalah Merzangus. Seorang pahlawan yang tidak pernah turun dari kudanya sepanjang empat puluh hari masa nifas Maryam. Masa-masa sulit yang ia namai dengan “hari-hari arbain”. Selama masa itu, ia hanya memakan beberapa pucuk daun pakis untuk sekadar dapat tegak berdiri. Sama seperti Ibunda Maryam yang hanya memakan buah kurma dan meminum air dari sumber mata air. Bersama-sama mereka menuju rumah Nabi Zakaria... Ungkapan “air bisa saja tidur, namun musuh tidak mungkin” terbukti. Para ahli khianat rupanya ingin segera melupakan kekalahannya di waktu siang. Dengan mata hati yang telah tertutup dari hakikat kebenaran, mereka mengingkari apa yang telah disaksikan. Mereka terus mencari cara untuk segera keluar dari kekalahan. Mereka pun segera mengirimkan berita kepada Heredos. Bagi Roma, kemunculan seorang nabi dari kalangan Bani Israil adalah sebuah petaka. Seolah-olah belum cukup dengan kehadiran Nabi Yahya dan Zakaria, sehingga diutus lagi seorang Isa putra Maryam. 280Api pergolakan telah disulut di seantero Syam dan al-Quds. Penguasa Romawi benar-benar sudah tidak tahan dengan tiga orang nabi yang datang dari keluarga yang sama. Para pemuka Yahudi yang telah dirasuki sikap khianat, seperti Mosye, semakin khawatir dengan status mereka sebagai pemuka agama. Mereka pun melakukan berbagai cara agar dapat menjalin kerja sama dengan pemerintah Romawi untuk melenyapkan keluarga Imran dan Zakaria. Malam pun tiba dan rencana pembunuhan siap digelar. Kaum munaik mendirikan tenda-tenda di perbukitan zaitun. Bagaimana mungkin para rahib agama Yahudi telah berbalik mendukung orang-orang Romawi yang menyembah berhala? Mungkin, inilah akibat kecintaan orang terhadap kedudukan dan pangkat... Acara makan malam telah selesai dilakukan. Kemelut api itnah pun semakin cepat menyebar. Kali ini, Nabi Zakaria yang jadi sasaran. Semua orang mengatakan bahwa Nabi Zakaria adalah satu-satunya orang yang mungkin melakukan perbuatan nista dengan kemenakannya, Maryam. Kian hari, api itnah yang paling busuk ini telah menjalar dengan cepat di tengah-tengah masyarakat. Dengan tuduhan inilah para kaum durjana itu telah mengobarkan kemarahan warga untuk beramai-ramai membunuh Nabi Zakaria. Setelah itu, Maryam dan juga putranya. Terlebih, sesuai adat, rajam menjadi hukumannya. Menurut syariat agama Yahudi, dosa berbuat zina adalah harus dibunuh dengan dilempari batu. Nah, setelah Nabi Zakaria tewas, tentu jauh lebih mudah melenyapkan seorang ibu beserta anaknya. Inilah rencana mereka. Rencana yang membuat hati para pengkhianat senang bukan kepalang, luap dalam pesta-pesta minuman keras bersama dengan orang-orang busuk lainnya. 281Mosye bersama dengan para pengikutnya berkata, “Apa yang mereka katakan tidak mampu menembus daun telinga; dan tidak akan mungkin memengaruhi dan mengubah pendirian kami.” -o0o- Selang beberapa lama, dua prajurit Roma yang menjaga tenda penasaran dengan nyala lentera yang mereka lihat dari kejauhan di lereng sebuah bukit kebun zaitun. Mereka pun segera berjalan menuju ke arah nyala cahaya lentera itu. Akhirnya, mereka menemukan tempat Ham, Sam, dan Yafes melakukan uzlah atau mengasingkan diri. Saat melihat para darwis itu sedang beribadah, mereka pun beristirahat sebentar untuk mengabil napas. Di sela-sela pembicaraan terdengar percakapan mereka yang menyebut-nyebut Nabi Zakaria . “Hari esok adalah hari yang paling susah bagi orang tua itu.” Mendengar percakapan tersebut, sesaat setelah para prajurit itu pergi, Ham segera memacu kudanya untuk pergi menuju rumah Zakaria . Rumah Zakaria rupanya telah dipenuhi orang-orang Mukmin. Tenang hati Ham saat melihat Merzangus sedang berdiri tegak di depan pintu dengan memegang sebilah pedang. Pada salah satu ruangan, Zakaria dan tukang kayu Yusuf sedang berdiskusi. Yusuf sependapat dengan usulan agar Maryam harus segera keluar dari al-Quds demi keselamatan dirinya dan sang bayi. Sementara itu, Zakaria akan tetap bersabar membimbing umat. 282Kini, yang menjadi pertanyaan, ke mana Maryam dan putranya harus dibawa pergi? Di manakah tempat yang paling aman untuk mereka? Saat mereka sedang membicarakan semua ini, tiba-tiba kuda Merzangus yang bernama Suwat mengamuk seraya menendang pintu masuk pekarangan. Saat orang-orang ingin mengetahui apa yang telah terjadi, si kuda memberikan isyarat ke sebuah arah dengan kepalanya. Tidak lama kemudian, orang-orang pun memahami apa yang dimaksud si kuda. “Ini adalah kuda peninggalan Siraj!” kata Merzangus. Merzangus juga mengingatkan, sebelum meninggalkan al- Quds, Siraj pernah berkata kalau kuda itu akan menemukan tempat dirinya berada. Kini, Siraj telah berada di Mesir. Merzangus pun menoleh ke arah Ham, Syam, dan Yusuf. “Kita bawa Maryam dan putranya ke Mesir!” Waktu sudah menipis. Mereka harus segera pergi, bahkan tanpa ada waktu untuk menyiapkan perbekalan. Agar aman dan tidak menarik perhatian, Merzangus dan Ham akan berjalan lebih dahulu, kira-kira satu kilo meter di depan. Di belakang, Yusuf akan mengawal Maryam dan sang putra yang dimasukkan dalam keranda yang ditarik seekor keledai. Dalam keadaan yang begitu terburu-buru, Yusuf bahkan tidak sempat mengenakan terompahnya, sementara Maryam mendekap erat sang putra yang tidak sempat ia kenakan baju. -o0o- 283284AIN 28535. ijrah ke Msr Adakah seorang nabi yang tidak diasingkan dari bangsa dan negerinya? Namun, hanya Nabi Isa yang diasingkan begitu lahir ke dunia. Begitulah, perjalanan hijrah telah tertulis sejak masa buaian. Mesir adalah tempat tujuannya. Sebuah tempat yang penuh menyimpan rahasia. Tempat berlindung sekaligus penjara bagi sebagian nabi. Ia telah menjadi tempat bertakhta bagi seorang nabi seperti Yusuf , tapi juga telah menjadi tempat saat membangun benteng bagi Musa . Mesir telah seakan-akan menjadi bentangan takdir bagi para nabi, laksana bentangan Sungai Nil dari hulu hingga ke hilir. Bagi Isa , Mesir adalah tempat berlindung, tempat bertamu, dan melewatkan masa kecil hingga dewasa. Beberapa abad kemudian, orang-orang akan saling bicara bahwa tempat yang diberi isyarat dengan nama “rabwa” tidak lain adalah Mesir itu sendiri. 286“Kami telah menjadikan Maryam dan putranya sebagai tanda kekuasaan kami. Kami telah berikan kepadanya tempat yang tinggi, tenang, kokoh, dan dilewati dengan sumber air.” al-Mukmin [40] 50 -o0o- Bersama dengan Yusuf, teman seperjuangannya, Maryam menyusuri jalan agar dapat sampai ke Mesir. Maryam dan bayinya menyelinap di balik keranda sempit yang terbuat dari anyaman bambu. Keras dan tajam papan bambu lama- kelamaan akan melukai tubuh bayi dan ibundanya yang tidak beralaskan apa-apa. Sampai-sampai Yusuf pun tidak tega saat kulit bambu telah membuat luka hingga bercak darah ada di mana-mana. Yusuf pun langsung melepaskan baju hangat yang menjadi satu-satunya harta dunia yang dimilikinya. Hanya baju itulah yang dapat mereka gunakan untuk berselimut. Satu-satunya harta di dunia adalah baju hangat itu. Namun, Yusuf telah merelakannya dengan sepenuh hati. Bahkan, ia sebenarnya telah memberikan jiwanya... Tak berselimut Maryam dan putranya. Saat itulah Yusuf telah menjadi cermin bagi manusia; cermin untuk berkorban demi cintanya. Cermin yang begitu jernih. Tanpa kotoran, tanpa goresan. Hanya pancaran cahaya cerah yang memantul darinya. Tanpa sedikit pun bercak. 287Tanpa sedikit pun penghalang. Tanpa sedikit pun kesamaran. Cermin untuk menunjukkan kedekatannya kepada sang Rabbi. Yang tak berpenghalang dengan sehelai selimut pun di dunia. Yang menyelinap bagaikan lesatan anak panah dari penghalang dunia. Yang menunjukkan kedudukan kedekatannya kepada yang mencipta. Yang membuat para malaikat pun iri kepadanya; Dialah Yusuf, yang menyusuri padang pasir tanpa alas kaki, tanpa baju yang menutupi punggungnya... -o0o- Saat itu, Maryam mencari sesuatu untuk dijadikan sebagai alat memintal. Kemahiran dasar yang dimiliki oleh para ibu bangsa Palestina. Mulailah Maryam mengurai benangnya. “Risyte-i Maryam”, demikian bait-bait puisi akan menamakan baju yang dipintalnya. Demikianlah yang disampaikan Hakani dari Yawsi dalam catatannya “Telah dikisahkan dalam sebuah riwayat bahwa begitu lembut kain yang dipintal Maryam. Jika tidak dilipat dua, ia masih licin dipegang.” 288Begitu lembut Risyte-i Maryam menutupi tubuh Isa yang masih bayi. Sedemikian lembut ia sehingga orang-orang yang melihatnya akan menyebutnya sebagai “kain pintal malaikat”. Itulah baju Isa yang dipintal ibundanya. Risyte-i Maryam tak lain adalah arti kesabaran. Risyte-i Maryam menyimpan erat rahasia kepedihan yang tidak pernah dirasakan orang. Risyte-i Maryam adalah berbuka puasanya sang ibunda dari tidak berbicara. Semakin berpuasa dari bicara, semakin lembut kain hasil pintalannya... Kain selembut itulah yang terpintal dalam perjalanan takdir Isa al-Masih... Begitulah perjuangan seorang ibunda untuk dapat menyelimuti bayinya, sampai kemudian memakaikannya dengan kancing peniti alakadarnya... Itulah “Suzen-i al-Masih”. Demikian orang menyebut hadiah yang telah diberikan kepada Isa ibnu Maryam... Kenangan yang membuat para malaikat di langit keempat saling bertanya “Tidakkah engkau tahu bahwa tidak diperkenankan memasuki surga dengan harta dunia, wahai Isa?” Isa pun menjawabnya “Suzen ini adalah kenangan dari ibuku, Kenangan yang mengangkatku dari bumi ke langit... Yang dipintal ibundaku yang bernapaskan Ruh Suci.” Terpana para malaikat mendengarkan jawaban sang al- Masih. Sejak saat itulah Suzen-i Isa terkenang di alam langit. 289Sampai berabad-abad kemudian, saat terjadi peristiwa Karbala, Suzen itu pula yang selalu menangis pada peristiwa yang dialami oleh Husein. Saat para kesatria Karbala dipenggal kepalanya, Saat itulah Suzeni Isa dirobek-robek, tercerai-berai menyebar ke angkasa Hingga tiap serpihannya menancap ke dalam hati para darwis cinta. -o0o- Para prajurit raja dan pendukung Mosye rupanya ikut mengejar mereka ke Mesir. Benar, jika seseorang telah berkata bahwa “hati seseorang yang mencintai demi Allah tidak akan tertidur”. Demikian pula hati Merzangus dan juga Ham yang selalu beribadah di gubuk di lereng bukit Zaitun... “Kini, saatnya kita membawa bukti rumput egrelti dari Kampung Rempah-Rempah,” kata Ham. Dalam waktu yang bersamaan, kuda yang ditungganginya berbelok arah seraya melesat kencang bagaikan anak panah lepas dari busur untuk mencapai pejalan yang ada di belakangnya... Ham tertegun. Air matanya berlinang saat melihat Yusuf yang menyusuri jalan tanpa alas kaki dan tanpa baju yang menutupi punggungnya. Belum lagi saat menyaksikan keranda tempat Maryam dan putranya telah penuh dengan bercak darah. Segera ia keluarkan rumput egrelti yang dibawanya untuk diulurkan kepada Maryam dalam muka tertunduk pedih. 290“Mohon oleskan tanaman ini pada luka Anda, wahai Tuan Putri! Dengan seizin Allah, semoga tanaman yang kelak akan dikenang dengan nama Buhuru Maryam ini dapat meringankan luka Paduka.” “Masyaallah tabarakallah,” kata Maryam seraya menyisipkan tanaman itu ke dalam buaian Isa. Begitulah, tanaman dan bunga-bungaan yang dibawanya dari Kampung Rempah-Rempah satu per satu akan mendapati tempatnya sebagai dalil. Isa putra Maryam kelak akan bersemayam dalam wewangian yang kelak juga akan menjadi jejak wangi nabi akhir zaman. Dialah seorang yang namanya al-Masih, al- Habib.... Ham kemudian menoleh ke arah sahabat perjuangannya, Yusuf sang tukang kayu. “Ada satu hal yang pernah dikatakan orang Badui padang pasir. Jika engkau mengusapkan tanaman egrelti ini, orang- orang yang menguntit di belakang akan kebingungan mencari jejak kita.” Ham pun segera memacu kudanya untuk kembali menyertai Merzangus memandu perjalanan di depan. Seekor keledai milik Yusuf sang tukang kayulah satu- satunya hewan yang pernah dinaiki Maryam. Ia tidak pernah menaiki unta, tidak pula kuda. Berabad-abad kemudian, seorang sahabat Allah yang bernama Abu Hurairah berkata demikian untuk Maryam. 291
Kamis 16 Juni 2016 Oleh Ust. Herfi G. Faizi MUKADIMAH Sebagai bekal awal mari kita tengok QS.As Shofat:100-101 dan Qs.Ibrahim:35-41. Dalam Surah Ibrahim ayat 37 yang merupakan doa Ibrahim yang dibaca sesaat setelah meninggalkan Hajar&Ismail, nama Hajar dalam ayat tersebut tidak disebut secara lansung tetapi dengan isyarat. Jika ingin mencari
adat istiadat yang telah diajarkan para leluhur? Maukahsaya katakan sesuatu kepada Anda! Setiap kejelekan yangterjadi di dunia ini selalu saja dinisbatkan kepada para leluhuryang telah memulainya. Coba katakan siapa yang pertama kalimembuat patung? Biar saya ceritakan kepada Anda. Ada seorang raja yangsangat mencintai ayahnya yang bernama Baal. Begitu sang ayahmeninggal dunia, ia jatuh sakit karena sangat sedih. Akhirnya,dia membuat patung yang sangat mirip dengan wajahayahnya. Patung itu ia dirikan pada sebuah pasar di tengahkota. Ia juga perintahkan semua orang ikut menghormatipatung itu. Yang menghormatinya akan mendapatkankebaikan dan keselamatan. Semua orang, termasuk paraberandal, perampok, dan pembunuh ikut bersimpuh di depanpatung itu sambil menyuguhkan uang dan berbuat demikian, mereka akan dimaafkan sangraja. Akhirnya, uang dan persembahan yang diberikan untukpatung itu sangat berlimpah. Hal ini dimanfaatkan untukmendulang uang. Sang raja lalu memerintahkan mendirikanpatung Baal di seluruh penjuru. Padahal, sebagaimana ajaranyang disampaikan kepadaku, Allah sangat melaknat perbuatanseperti ini. Hamba-Ku telah melakukan sesuatu yang telah meniadakan hukum yang telah Aku sampaikanmelalui Musa dan berbalik mengikuti adat para leluhurmereka.” Raja Hagerce yang mendengarkan kisah itu menyela,“Mualim! Engkau bicara seolah Bani Israil memiliki patungdari batu dan kayu yang selalu mereka perkataanmu sangat keras!” tahu Bani Israil tidak memiliki patung dari batu dan kayu pada hari ini. Yang saya maksud adalah patung berdaging,” jawab Isa . Semua orang yang ada di situ pun mulai menangis. Maryam lalu berkata, “Ketahuilah bahwa hanya Allahyang seharusnya dicintai dan menjadi tujuan setiap orang!” Merzangus pun kembali menyuguhkan air susu dengangelas kayu kepada masing-masing tamu. -o0o- Marym dn Para Wna Ali Srga Setelah Raja Hagerce kembali ke negaranya, rombonganmelanjutkan perjalanan ke Nasara bersama para musair dariJalilah. Kebetulan, pada saat itu Merzangus mendengar berita adaseorang hamba saleh yang sedang sakit berat di sana. Maryampun mengajak rombongan mengunjunginya. “Ada baiknya kita mengunjunginya,” kata Maryam Merzangus menyetujui ajakan itu. “Pasti ada hikmah di sana. Mari kita mengunjunginya.” “Akan terbuka dua pintu bagi setiap manusia saat-saatmenjelang kematian. Yang satu menunjukkan arah dunia, kearah para kerabat yang sedang berkumpul pintu yang lainnya ke arah alam akhirat.” “Pada saat-saat itu malaikat akan memperlihatkan pintuakhirat kepadanya. Siapa tahu saat berkunjung nanti kita bisaberbicara dengan para penduduk surga.” Ternyata, berita itu benar. masih hidup, Zahter selalu menyempatkan dirimengunjunginya saat sedang singgah ke daerah tempat orangitu bermukim. Hamba saleh itu rupanya senang melakukanperjalanan di waktu malam demi mendapatkan selalu beruzlah atau mengasingkan diri, menyendiri darihiruk-pikuk dunia untuk mengosongkan diri dengan berzikirdan bertafakur. Mujur, saat sampai di Nasara, Nabi Isa dan para sahabatnyatidak sulit menemukan tempat tinggal orang saleh itu. Saat memasuki rumahnya, hamba saleh yang sedang sakitparah itu mencoba bangkit demi menyambut kedatanganpara tamu. Dari wajah para tamu yang memancarkan nuritulah ia dapat mengenali siapa yang datang berusaha bangkit dari ranjang, namun dirinya tak lagimemiliki cukup tenaga. “Anda sekalian...,” katanya, “Saya sepertinya mengenalkalian dari nur yang terpancar dari dahi bekas sujud. Selamatdatang wahai saudaraku!” “Mungkin kalian akan berkata bahwa orang tua sepertidiriku yang sedang sekarat ini sudah tidak lagi lurus berbicara,sampai-sampai mengaku mengenali kalian. Dan benar, saat inisatu pintu telah terbuka ke alam akhirat bagiku. Apa yang aku lihat saat ini, satu sisi mengarah pada alam akhirat dan satu sisi lagi mengarah pada alam dunia. Diriku pun bingung membedakannya. Meski demikian, ada satu doa yang senantiasa aku panjatkan kepada Allah. Doa itu adalah agar aku dapat berjumpa dengan nabi yang kedatangannyatelah diberitakan dalam Taurat. Berita ini sebenarnya lama dirahasiakan oleh orang-orang siapa saja yang menyinggung berita ini akan dicap sebagai orang yang terancam’.” “Janganlah Anda merasa takut,” kata Merzangus. Meskiaku seorang wanita yang sudah berusia hampir enam puluhtahun, sampai saat ini pedangku tidak pernah lepas daritanganku. Sejak Isa lahir, pedang ini belum pernah akumasukkan ke dalam kerangkanya. Sudah tiga puluh tahunlamanya ia terhunus untuk meradang dan menerjang,” kataMerzangus sembari menggantungkan pedangnya ke dindingkemudian mulai menyalakan tungku di dapur. Saat itu iaseolah-olah adalah penghuni rumah itu sejak lama. Maryam dan Isa masih tetap berdiri. Tidak adasatu kursi untuk duduk di gubuk yang hampir roboh mereka mungkin untuk yang terakhir kalisebelum nelayan saleh itu wafat. Sang nelayan pun merasamalu dengan keadaan rumahnya. Ia terus mencoba sudah berusaha sekuat tenaga, ia tetap tidak mampubangkit dari ranjang. Saat selimutnya jatuh ke tanah, terlihatjelas betapa kurus tubuh hamba saleh itu. “Tidah usah repot-repot,” kata Merzangus serayamengambilkan selimut yang terjatuh. Hamba saleh itu kemudian membungkuk dan bersucidengan ember air yang ada di dekatnya. Sungguh, apakahorang tua ini tidak memiliki seorang kerabat? Dengan gayungdi tangan, nelayan itu membersihkan diri di sekitar tempattidur. Dengan tenaga yang masih tersisa, ia melipat-lipat ikan yang hampir menutupi kamarnya. Dengan lipatanjaring itulah ia memberikan tempat duduk untuk Maryamdan putranya. “Terima kasih sekali,” kata Maryam, “Indah sekali tempatduduk ini!” Maryam dan Isa pun akhirnya dapat duduk sambiltersenyum. “Wahai anakku! Diriku tidak pernah keluar dari kamaryang kalian lihat ini. Sungguh, usiaku telah berlalu untukmendakwahkan agama yang benar kepada para nakhodakapal, nelayan, dan semua orang di sekitar sini. Aku yangmembuatkan jaring untuk mereka, sedangkan merekamembawakan ikan hasil tangkapannya. Orang-orang dahulusering bercerita bahwa nabi yang namanya disebutkan dalamTaurat kelak akan berdakwah dengan berpindah-pindah darisatu tempat ke tempat lain. Nabi itu tidak akan tinggal di satutempat dalam waktu yang lama. Sejak saat itulah aku selalumenantikan kedatangannya. Diriku hampir saja berputus asauntuk dapat berjumpa dengannya. Aku yakin kalian adalahorang-orang yang dekat dengan nabi itu. Hal ini terlihat jelasdari wajah dan sikap santun kalian. Karena itu, apakah kalianmemiliki berita tentang keberadaannya. Mohon sudilahbercerita kepadaku...!” “Wahai kakek!” kata Maryam. “Inilah Nabi yang selalu kau tunggu. Kini, Sang Nabi itubenar-benar telah berada di depanmu! Dialah Isa al-Masih,utusan yang membawa ajaran dari Allah.” Begitu mendengar penuturan Maryam ini, nelayan tua itumulai menangis sejadi-jadinya. Ia meluapkan rasa bersyukurdan gembiranya. Seketika itu pula ia menyatakan keesaan dan Isa sebagai Nabi dan Rasul-Nya. Di wajah kakek yangsaleh itu terpancar cahaya. Setelah beberapa saat tersengal-sengal dalam tangisan, nelayan saleh itu kembali sadar bahwaajalnya ternyata sudah dekat. “Ahh....!” jerit sang nelayan. “Duhai Tuan, betapa diriku terlambat bertemu saat yang lalu aku merasa sedih karena belum dapatmenemukan dirimu. Dan sekarang, kesedihan itu semakinmemuncak namun berganti menjadi pedih karena takutkehilangan dirimu. Sungguh, usiaku hanya tinggal sesaatsaja.” “Ahh...!” kata Maryam menimpali. “Duhai Allah... Apa yang akan didapatkan jika seseorang kehilangan-Mu, Dan apa yang hilang darinya jika seseorang mendapatkan diri-Mu?” Mendengar perkataan Maryam, nelayan itu tersentuhhatinya. “Betapa baik hakikat yang Anda ucapkan sehingga hatikuyang sekarat ini menjadi kuat kembali wahai wahai Ibunda al-Masih.” Setelah menghela napas panjang, nelayan saleh itu kembalibertanya, “Berkenankah Anda menerangkan surga?” “Wahai kakek yang saleh! Telah lama engkau menungguberita bahagia itu. Dan sekarang kami datang untukmenyampaikan apa yang kami ketahui,” kata Maryam. Sejak kecil, Maryam telah bermain bersama para malaikat. sangat suka bercerita tentang surga sebagaimana iamenyenangi orang yatim dan miskin. Surga berarti tempat yangdirahasiakan dari pandangan mata manusia. Seperti bunga-bungaan, kebun, dan taman yang menutupi permukaan tanahsebagaimana malam menutupi siang, dan siang menutupimalam, demikian pula alam akhirat yang menutupi surga daripandangan mata kita. Surga memiliki beberapa nama. Adn’ Firdaus’ Mawa’ Naim’ Huld’ Salam’ Illiyyun’ Kakek saleh itu ikut menyebutkan nama-nama surga satudemi satu. “Surga memiliki banyak kedudukan dan paling tinggi ibarat taman kasih sayang,” katanya. Bagi Merzangus, surga hadir saat berada di sampingMaryam. “Kini, diriku berada di pinggir taman surga,” kata nelayansaleh itu seraya memberi isyarat untuk bersalaman denganMaryam. Bagi Merzangus, surga datang saat berada di sampingMaryam dalam embusan lembut kata-katanya yang penuhhikmah. Ya, Maryam adalah bunga surga yang kehidupannyaselalu semerbak mewangi karena membawa berita darisurga. kadang tak kuasa menahan penderitaan dankesusahan yang dihadapinya. Remuk hatinya, tercerai berai,dan berlinang dalam tangisan. Pada saat itulah Maryam yangberusia lima puluhan, lebih muda muda dari usianya, datanguntuk membelai rambutnya. Dengan kata-katanya yang lembutlagi merdu, Maryam bercerita tentang surga. Kehidupanyang menjadi harapan kita. Kehidupan sebenarnya yangakan datang setelah ujian berat di alam dunia ini. Mendengarpenuturan itu, Merzangus pun kembali kuat serasa inginsegera menjemput kematian dengan penuh kegembiraan. Bagi Maryam, kematian adalah pintu terbuka bagiruh untuk mencapai alam abadi. Kematian ibarat kudatunggangan. Saat ditunggangi, ia akan mengantarkan manusiakepada tujuan akhir. Demikianlah, kematian disambut tanpaketakutan atau menakutkan. Setiap kali Maryam membahas kematian, ia selalumengakhirinya dengan menerangkan kehidupan surgasehingga orang-orang fakir dan yang sedang sakit kerasdengan penuh semangat merindukan kematian. Merekajuga kembali tabah menghadapi kesulitan hidup. Ketegarandan ketabahan Maryam dalam menghadapi segala musibahdan kesulitan adalah bersandar dengan keimanannya padakehidupan setelah kebangkitan. Kehidupan surga bukanlahharapan materi melainkan kerinduan pada perjumpaandengan Tuhannya. Inilah kedudukan tertinggi dalam surgayang selalu diharapkan. Dalam masa-masa sulit di pengasingan dan musimpaceklik, Maryam selalu menuturkan kehidupan surga bagipara hamba yang bertakwa. bawahnya mengalir sungai yang jernih danmenyegarkan. Dihidangkan pula berbagai macam buah-buahkan dalam rindang bayangan pepohonan. Inilah imbalanbagi orang-orang yang menghindarkan diri dari berbuatkejelekan.” Saat mendengarkan cerita ini, nelayan saleh itu luap dalamlinangan air mata. Ia memanjatkan puji dan syukur ke hadiratAllah. Pintu-pintu surga seolah-olah terbuka satu per satuseiring dengan penuturan Maryam. Namun, apakah Maryam tidak membenci orang-orangyang berbuat kejahatan? Saat hati Maryam sakit oleh kejahatan dan keburukanorang-orang yang memusuhinya, ia selalu mengadukannyakepada Allah. “Duhai Allah, Tuhan bagi semua orang yang baik dan jugayang jahat!” “Sungguh, tidak ada pintu keluar bagiku selain denganmembuka pintumu.” Maryam selalu menceritakan kehidupan surga kepadaorang-orang yang hatinya sakit demi memberikan dukungankepadanya. Maryam juga mengedepankan harapan, bukankeputusasaan. Ia selalu mendahulukan kasih sayang daripadamenggambarkan ketakutan. Nabi Isa juga selalu mengedepankan pembahasan tentangkehidupan di surga. “Wahai sahabatku. Takut kepada Allah dan kecintaanpada surga Firdaus akan memberikan kesabaran atas kesulitanyang diderita dan menjauhkan diri dari kilau dunia,” demikiannasihat Nabi Isa yang selalu didakwahkan kepada parasahabatnya. Maryam membahas kehidupan surga, Merzanguspernah mendengar beberapa nama. “Pernah engkau bercerita tentang taman di surga danorang-orang mulia yang menghuninya. Berkenankah engkaumenyebutkannya lagi?” harap Merzangus kepada dari harapan ini tentu saja untuk mengantarkannelayan saleh itu mengembuskan napas terakhirnya dengantenang. Maryam pun mulai menjelaskan setiap tingkatan surgadan menerangkan bahwa martabat paling tinggi bagi seoranghamba adalah rida terhadap Allah. “Allah telah menciptakan kita di alam antara, yaitukehidupan di antara alam Mulk dan Malakut. Ini dilakukanagar manusia memahami kemuliaannya. Namun, jika manusiatidak memahami bahwa kemuliaan telah dianugerahkankepadanya dan kemuliaannya di antara semua makhluk harusdiwujudkan dalam syukur kepada Sang Penciptanya, hal initidak lain adalah kejahiliahan yang nyata.” Nabi Isa lalu mengarahkan pembicaraan pada kehidupansurga, yang dipenuhi kemuliaan dalam keindahan taman-taman surga. Semua itu hanya bisa dicapai dalam kerelaan. “Seolah semua penciptaan ini telah Allah letakkan dalamgenggamanmu sehingga engkau pun mampu menerangkannyadengan sedemikian indah,” kata Merzangus. Setelah diam sejenak, Maryam menoleh ke arah Merzangusseraya melanjutkan perkataannya. “Merzangus, sebenarnya diriku sangat penasaran denganpara wanita ahli surga yang kelak akan dipertemukankepadaku,” kata Maryam. adalah para wanita ahli surga? Engkau tidakpernah menyebutkan hal ini kepadaku sebelumnya, wahaiMaryam?” “Berarti Allah telah menakdirkan untuk diterangkandi sini. Engkau tahu Merzangus. Saat aku tinggal di mihrabsampai menjelang kelahiran putraku, pada masa-masa itulahmalaikat menyampaikan wahyu kepadaku untuk bersujudbersama orang-orang yang sujud. Aku pun segera menunaikanperintah itu dengan ikut mendirikan salat berjamaah diKubah Suci, di Masjid al-Aqsa. Namun, waktu itu tidak satupun wanita diizinkan memasuki daerah Kubah Suci. Begitudiriku terlihat ikut mendirikan salat di saf paling belakang,para rahib sangat marah dan menghujaniku dengan sampai tak sadarkan diri. Sesampai di mihrab, aku masihmenangis dalam kesakitan hingga tertidur. Dalam mimpi,malaikat mempertemukanku dengan tiga wanita ahli surga.” “Ya Allah! Jadi engkau pernah dipukuli oleh para rahibitu?” “Tidak penting hujan pukulan yang menimpaku. Bahkan,sudah sejak lama aku melupakan kejadian itu. Yang palingpenting, sekarang aku ingin bercerita kepadamu sebuahkejadian suci yang aku alami di dalam mimpi. Tiga wanita surga yang disebut namanya satu per satu oleh malaikat dengan penuh ucapan sanjungan adalah Asiyah putri Muzahim yang telah membesarkan Nabi Musa di dalam istana dengan penuh kasih-sayang....” Firaun telah tega menyiksanya?” “Setelah mengetahui bahwa Asiyah memeluk agama yangdiajarkan Nabi Musa, Firaun memerintahkan kedua kakidan tangan beliau yang mulia diikat dengan seekor kuda dicambuk agar saling tarik. TubuhAsiyah juga ditindih batu besar. Saat itu, wanita saleh tersebutberdoa, Duhai Allah! Limpahkanlah sebuah rumah di surgakelak. Lindungilah diriku dari Firaun dan diriku dari orang-orang zalim ini’ sampai napasterakhir pun terembus dalam senyuman penuh kebahagiaan.” “Surga adalah pelipur dan harapan bagi setiap hamba yangmendapati kezaliman.” “Benar. Dalam mimpi aku diperlihatkan dirinyamengenakan pakaian yang begitu indah seperti seorangpengantin. Aku melihat ke dalam pandangan matanya. Iatersenyum penuh sinar bagaikan kilauan mutiara. Ia samasekali seperti tidak merasakan sakit. Para malaikat puntidak henti-hentinya membacakan takbir saat dirinya lewat.Telah lewat Asiyah, seorang wanita ahli surga’. Begitulahseruan malaikat dengan suara lantang. Kemudian, malaikatmembawaku ke dalam kedudukan kedua yang juga penuhdengan pancaran cahaya terang.” “Siapakah yang engkau jumpai di sana, wahai Maryam?”tanya Merzangus. sana aku bertemu dengan Khadijah binti Khuwaylid. Dia adalah istri baginda Nabi di akhir zaman. Ia akan datang setelah Isa . Berita kedatangannya telah diserukan dalam kitab-kitab sebelumnya. Dia adalah Muhammad . Dan Khadijah Kubra adalah istri baginda nabi yang mulia ini.” Saat Maryam menuturkan kata-kata terakhir dari kisahini, nelayan saleh itu tiba-tiba terperanjat dan bangkit daritidurnya seraya berteriak, “Apa kata Anda, wahai Maryam?Adakah nabi setelah Isa ?” Mendengar pertanyaan ini, Nabi Isa pun berkatadengan kedua mata yang berkaca-kaca. “Sungguh, semoga salam dan keselamatan tercurah bagiSang Nabi akhir zaman itu . Jika dalam doamu engkaumeminta bertemu denganku, demikian pula dalam doaku. Akumemohon agar dapat dipertemukan dengan nabi akhir zamanitu sehingga diriku dapat bersaksi mengenai kenabiannya danmengabdi pada ajaran agamanya. Dia adalah Ahmad . Dansungguh, diriku beriman dan sangat mencintainya meskibelum mengenalnya.” Maryam kembali melanjutkan kisahnya. “Dialah Khadijah Kubra, istri Nabi yang ditunjukkansebagai salah satu ratu para wanita ahli surga yangdipertemukan denganku dalam mimpi.” “Semoga salam dan keselamatan dari Allah tercurahkepada baginda Nabi akhir zaman yang belum lahir dan jugauntuk para sahabat dan ahli baitnya!” sepanjang usiaku, belum pernah diri inimelihat wanita yang lebih cantik daripada Khadijah saat dirinya lewat, para malaikat terheran-heran hingga pingsan. Saat dirinya lewat, diriku yang Allahakan limpahkan Ruhul Kuddus ke dalam kandunganku jugaberada dalam barisan yang menunggunya. Aku mencintainya,merindukannya, sehingga tercium semerbak wangi ibukuyang diriku tidak pernah mengenalnya. Tebersit dalam dirikukeinginan untuk berteriak memanggilnya ibu’....” Semua orang yang ikut mendengarkan cerita Maryammenangis seketika. Jika saat itu mereka menoleh ke arah lautanyang terdapat di bawah gubuk nelayan saleh itu, niscaya merekaakan mendapati ribuan ikan yang sedang terpaku mendengarkankisah tersebut. Bukan hanya ikan, melainkan juga kerang,cumi-cumi, dan semua jenis makhluk di lautan. Mereka ikutlarut dalam tangisan. Jerit Maryam memanggil Khadijah Kubradengan panggilan ibu’ telah menggetarkan seluruh jiwa. Jikasaja jerit dan tangisan Maryam berlanjut untuk beberapa lama,niscaya seluruh ikan di lautan akan terguncang, mabuk dalamcinta, sehingga terdampar ke pinggir lautan. Maryam masih terus melanjutkan kisahnya tentang parawanita ahli surga kepada nelayan saleh yang sedang sekarat. “Kemudian, dalam mimpi itu aku mendengar suaralantang dari ketinggian. Suara itu adalah seruan seorangmalaikat. Wahai seluruh malaikat, lindungilah penglihatankalian karena akan terpancar cahaya berkat kedatangan putriMuhammad al-Mustafa, Fatimah az-Zahra.” Mendengar kisah itu, nelayan saleh itu ikut berteriakhisteria sehingga semua orang dengan susah payah membantumenenangkan dirinya. tempat menjadi begitu terang karena pancarancahaya Fatimah az-Zahra. Semua malaikat tertundukdalam sujud, bertasbih kepada Tuhannya. Diriku juga tidaksadarkan diri bermandikan cahaya. Tiba-tiba, aku seolah-olahmenemukan diriku dalam sebuah cermin. Seketika itu pulaterlihat seorang wanita yang wajahnya persis dengan muda itu tersenyum manis seraya mengulurkantangannya ke arahku. Sungguh, antara diriku dan dirinyaibarat dua pembiasan, dua wujud simetris. Ia juga bertatap muka denganku, wajahnya memerah. Akusendiri merasa gemetar menyambut uluran tangannya. Saat iamengangguk untuk memberi salam, tiba-tiba aku perhatikanada dua anak kecil yang menyelinap di balik jubahnya. Padaleher kedua anak itu tergantung tulisan baik’ dari emas. Keduatulisan itu ibarat gantungan dua anting surga. diriku masih juga belum tahu siapa kedua anakyang sangat manis lagi menyenangkan ini. Keduanya masihbermain petak umpet di balik jubah sang ibu. Sesekali merekamenampakkan diri dan sesekali bersembunyi. Tak lamakemudian datang para malaikat menggelar permadani daribunga untuk kami. Mereka juga menyuguhkan minuman yangsejuk lagi menyegarkan dalam gelas yang terbuat dari intandengan nampan emas murni. Saat aku bertanya tentang ini,malaikat menjawab bahwa yang ada dalam gelas itu adalah airputih yang sejuk lagi menyegarkan dari danau Salsabil dalamsurga yang khusus diberikan bagi para hamba yang muda bernama Fatimah az-Zahra adalah seorangmulia. Sosok yang telah mencapai tempat kebaikan yang memberi bukan karena berlebih, melainkan kasih sayang. Mereka rela menanggung lapar demidapat memberi makan kepada fakir, yatim, dan orang-orangpapa. Dalam melakukan kebaikan ini, mereka juga sama sekalitidak mengharapkan ucapan terima kasih. Hanya Allah yangmenjadi tujuannya. Dialah Fatimah az-Zahra. Sungguh mujursekali diriku dapat bertemu dengannya. Kemudian, datang seorang malaikat memberikan kainpembersih yang terbuat dari sutra. Apa ini?’ tanyaku kepadamalaikat yang membawanya. Inilah pembersih yang khususdihadiahkan kepada para ahli surga yang telah membersihkanjiwanya. Karena dari golongan yang telah menyucikan diri,kalian layak mengenakan pakaian ini. Sementara itu, keduaputra Fatimah tampak mengenakan stelan berwarna hijau danmerah api. Saat bermain kejar-kejaran, anak yang mengenakanbaju merah terjatuh. Aku pun segera mengulurkan tanganuntuk membantunya berdiri. Saat itulah terdengar suaralantang, Semoga Allah juga berkenan mengulurkan tanganuntuk menolong putramu’. Setelah itu, aku terbangun. Inilahperjalananku bertemu dengan para wanita ahli surga di dalammimpiku.” “Semoga salam dan keselamatan dari Allah tercurah untukFatimah dan kedua putranya,” kata Merzangus. “Amin...,” ucap semua orang yang berada dalam ruangan. “Amin...,” ucap semua jenis ikan yang menghuni lautan. “Amin...,” ucap semua malaikat yang bersaf-saf mengelilingigubuk itu. Pada saat itu, nelayan saleh memohon syafaat dari parawanita ahli surga. Napas terakhir pun terembus. Saat Nabi Isa menuruni laut untuk menyucikan jasadkakek saleh itu, ia menyaksikan ikan-ikan sudah berjajar Serombongan ikan lumba-lumba telahmenanti untuk membawa jasad nelayan saleh itu ke tengahlautan. Pada saat itulah semua orang baru mengetahui kalaukakek itu adalah dari keturunan Yunus . Beberapa saat kemudian terlihat seseorang menggerakkanperahu untuk menjemput kedatangan jasad sang serombongan ikan itu menyerahkan jasad sang kakekuntuk diangkat ke atas perahu, dalam sekejap lautan berubahseperti keadaan semula, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Merzangus pun bertanya-tanya. “Siapa gerangan sosok yang menunggu kakek itu di tengah-tengah lautan? Mungkinkah ia seorang malaikat?” “Mungkin Nabi Khidir,” jawab Maryam. Maryam merasa malu dengan apa yang telah selalu merasa malu jika rahasianya terkuak. “Hari ini aku telah begitu banyak bicara. Entah apahikmahnya. Duhai Allah! Hamba mohon ampun ataskesalahan hamba yang terlalu banyak bicara,” ucap Maryamkemudian diam sampai esok hari. Untuk beberapa saat, Maryam duduk di samping laut. Iabertafakur dan berzikir kepada Allah. “Ya Kuddus, Ya Allah!” Merzangus lalu menggambar sebuah denah bujur sangkardi atas pasir dengan cangkang kerang. Pada sisi kanan atas denah berbentuk bujur sangkar itutertulis nama “Maryam” membaca tasbih Ya Rahiim, YaAllah!’ Pada sisi kiri atas denah tertulis nama “Asiyah” membacatasbih Ya Mukmin, Ya Allah’. sisi kanan bawah denah tertulis nama “Khadijah”membaca tasbih “Ya Shadik, Ya Allah’. Sementara itu, pada sisi kiri bawah tertulis nama “Fatimah”membaca tasbih Ya Nur, Ya Allah”. Demikianlah. Maryam adalah lambang kasih sayang, Asiyah lambang keyakinan-keamanan, Khadijah lambang kesetiaan, dan Fatimah lambang pancaran nur. Dalam gambar itu, nama Maryam dan Fatimah terdapatpada sisi yang sama. Seolah-olah mereka simetris, salingmelihat satu sama lain. Nama Maryam dan Fatimah jugamewujudkan dua sisi “timur-barat” sisi Kakbah. Dan tempatFatimah az-Zahra tepat di sisi Hajar Aswad. Sementara itu, Maryam dan Khadijah adalah dua ujung“utara-barat” yang menunjukkan Hijr Ismail. Saat itu Merzangus sedang membayangkan masa dirinya berada di tengah padang pasir bersama sang guru,Zahter. Ternyata, gambar denah yang baru saja dibuatnyamirip dengan gambar-gambar yang telah dibuat Zaher saatdirinya mengajak bermain melawan waktu. Merzanguskembali memandangi gambar yang baru saja dibuatnyadengan menambahkan masing-masing sisi dengan menaruhsatu cangkang kerang. Tak beberapa lama, ombak datangmenyapu semua nama wanita ahli surga itu bersama dengancangkang kerangnya. Merzangus merasakan kembali guyuran dari tengah lautan. Ternyata, air yang kembali telahmeninggalkan kerang mutiara sebagai ganti keempat namayang baru saja tersapu ombak. Merzangus heran dengan kejadian ini... Saat Merzangus ingin menunjukkan keempat kerangyang diantar ombak itu, ia melihat Maryam sedang khusyukberdoa. Merzangus pun malu. Ia kemudian melemparkankembali kerang-kerang itu ke tengah lautan. “Sungguh, engkau telah menunda-nunda waktuku denganmengajak bermain dengan batu yakut dan mutiara,” katanya. Merzangus pun menurunkan cadarnya seraya bangkitdengan bersandar pedangnya untuk kembali menuju kegubuk. -o0o- Dnau Jailah Hari berikutnya, Maryam, Isa , dan Merzangusmelanjutkan perjalanan dari Nasara menuju Jalilah. Merekajuga akan singgah ke suatu daerah bernama Gur untukberdakwah kepada para musair dan kaum Badui. Saat menuju ke sana, mereka harus menyeberangi danaumenggunakan perahu dengan tiga pasang pendayung. Begitusampai di pelabuhan, seorang tua terlihat berdesak-desakan ditengah kerumunan. “Saya mencari seorang mualim dari Nasara. Katanya, iaakan berkunjung ke daerah Gur pada hari-hari ini. Ramaidibicarakan bahwa dirinya tidak memiliki mata uang untukmembayar kendaraan yang akan ditumpanginya,” kata orangtua itu. “Saya dengar mualim itu selalu berbagi makanan denganpara fakir miskin. Ia menyalahkan para rahib di Baitul Maqdisyang meninggalkan umatnya demi memperkaya diri,” tambahorang tua itu. “Mualim tidak pernah bicara dengan nafsunya, wahaiKakek. Menurut yang saya ketahui, dia adalah utusan hanya menerangkan apa yang diperintahkan Tuhannya.” cukupkah syariat Musa bagi kita?” “Jika saja syariat Musa telah disimpangsiurkan, Allah akanmengutus seorang rasul untuk meluruskan kembali orang-orang yang tersesat dari jalan tauhid.” “Dari mana engkau tahu semua ini, wahai anak muda?” Mendapati pertanyaan itu, Nabi Isa diam sejenak serayatersenyum. Maryam yang sejak awal diam ikut memberikansalam dengan menganggukkan kepalanya seraya berkata,“Seorang mualim yang engkau maksud itu adalah Isa, saat ini berada di hadapanmu. Berita gembira akankelahirannya sebagai nabi sudah diberitahukan kepadakusejak sebelum kelahirannya. Dialah al-Masih yang mampubicara sejak dirinya lahir.” Orang tua itu langsung gemetar. “Wahai al-Masih putra Maryam. Aku memiliki saudarakembar di al-Quds bernama Ardesyur. Ia sudah tiga puluhdelapan tahun sakit kusta. Setiap Hari Raya Fisih, ia selaludatang ke kolam al-Hayat di halaman Baitul Maqdis untukmendapatkan berkah kesembuhan. Bahkan, ia rela membawaranjangnya untuk tidur di dekat kolam. Namun, sudah sekianpuluh tahun ia tidak dapat mendekati kolam tepat padawaktunya. Aku mendengar dirimu dapat menyembuhkanorang sakit. Aku mohon datanglah ke al-Quds untukmenyembuhkan saudaraku yang sudah sakit sepanjangusianya.” “Wahai sahabat tua! Pertolongan hanya datang dari sisiAllah. Isa al-Masih hanyalah seorang hamba dan penawar juga bukan datang darinya, melainkandari sisi Allah. Tolong jangan sampai tercampur aduk. Isaputra Maryam hanya dapat menunjukkan mukjizatnya dengan Allah. Dan mukjizat itu tidak lain untuk memperkuatkeimanan kita.” “Sungguh benar apa yang engkau katakan, wahai wanitamulia. Sekarang, mohon izinkan diri ini untuk ikut bersamadengan kalian ke Gur dan kemudian ke al-Quds.” “Baiklah,” kata Maryam. Orang tua itu pun akhirnya ikut ke naik ke dalam juga menempuh jarak yang jauh, tiba-tiba ombaksangat besar datang menerjang. Saat itu, Isa al-Masih sedangtertidur, dengan kepala terletak di pangkuan Maryam. Saatterbangun karena teriakan panik orang-orang yang berada diatas perahu, Isa menyaksikan gelombang yang semakinbesar dan cuaca gelap siap menerjang perahu. “Wahai mualim, tolong selamatkan kami. Akan hancurkami sebentar lagi!” teriak orang tua itu. Isa al-Masih mengangkat tangan seraya berdoa kepadaAllah “Wahai Allah! Tuhan langit dan bumi, pemilik angin danlautan, mohon rahmatilah hamba-hamba-Mu ini!” “Amin, amin, amin,” ucap Maryam berulang-ulang. Tak lama kemudian, air danau itu menjadi besar yang baru saja mengamuk kini telah hamparan danau berubah menjadi begitu tenangmenyejukkan. Semua orang pun dibuat heran. Penumpanglain yang berada di atas perahu, termasuk para pendayung,berbisik satu sama lain, “Siapa sebenarnya anak muda ini?Mengapa ombak dan angin taat kepadanya?” Begitu mendarat di kota Gur, yang diperbincangkanpara penumpang dan pendayung perahu telah tersebar kemana-mana. Bahkan, cerita tentang dirinya telah terlebih sampai ke semua telinga penduduk Badui. Lebih dariitu, masyarakat Gur telah berkumpul di alun-alun untukmenunggu kedatangan sang Mualim. Salah satu dari orang-orang yang ikut menunggu tidaklain mata-mata yang disebar para rahib Baitul Maqdis. Sesampai di tempat yang dituju, Nabi Isa akhirnya bicaradi depan umatnya. “Semoga salam tercurah untuk kalian wahai para musair!Apa yang ramai dibicarakan telah sampai juga ke ingin menyampaikan bahwa air di danau itu tidak taatkepadaku, melainkan taat kepada Zat yang kita juga taatkepada-Nya. Dialah Allah. Sepintar apa pun seorang, ia tidakakan mungkin bisa mengabdi kepada dua tuan. Jika salah satutuan berbelas kasih, yang lainnya akan membencimu. Jika satuorang memberi perintah kepadamu, sementara yang lainnyatidak menginginkannya, engkau pun tidak akan mungkinkeluar dari keruwetan yang para musair! Aku ingin menyampaikan kepadakalian bahwa tidak mungkin kalian mengabdi kepada Allah bersamaan dengan mengabdi kepada dunia. Dunia dipenuhi kebohongan, ketamakan, kepedihan,dan penderitaan. Tidak ada kenyamanan di dunia. Yang adahanya kezaliman dan kekalahan. Oleh karena itu, taatlahkepada Allah dan pandanglah dunia sebagai hal yang cara ini, engkau akan mendapatkan ketenangan kalian juga akan mendapatkan ketenteraman. Karena itu, Aku akan mengatakan hal yang benar kepadakalian. Diriku adalah seorang hamba yang setia sehingga akujuga mengajak kalian untuk berada dalam kesetiaan. Sungguh,betapa menggembirakan mereka yang menangis di duniaini karena mereka akan mencapai pada posisi betapa menggembirakan mereka para fakir miskinyang belum merasakan kesenangannya dunia. Mereka akanmerasakan kenikmatan abadi di akhirat yang telah dititahkanAllah. Mereka akan makan dan minum dari jamuan malaikat juga akan menjadi pelayan bagi mereka. Engkausekalian adalah para musair, sama halnya dengan orang-orangyang pergi menunaikan ibadah haji. Mungkinkah seorangmusair akan mengurusi hal-hal duniawi seperti sawah danladangnya, istana dan rumah megahnya serta bersenang-senang? Yakinlah, semua itu tidak! Mereka hanya akanmembawa bekal sebatas yang dibutuhkan dan ringan dibawaselama dalam perjalanan. Jadi, janganlah kalian membebanidiri dengan beban keinginan duniawi, dengan harta, pangkat,dan jabatan. Sungguh, kesadaran menghamba dan bertakwaadalah hal yang sangat berguna dan begitu berharga. Olehkarena itu, wahai para musair, beban yang hakiki untuk kitapikul selama di dunia yang fana ini tidak lain adalah berimandan beribadah kepada Allah.” Ungkapan yang disampaikan al-Masih ini berembusmenenangkan seluruh jiwa para musair serta kaum fakirmiskin. Sementara itu, para wanita berebut mendekati Maryamuntuk dapat mencium tangan dan memohon doa khotbah selesai, mereka bersimpuh di atas tanah dandengan berucap dengan seizin Allah’. Nabi Isa lalu berdoauntuk mereka. Isa lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kakibersama orang tua yang ditemui di pelabuhan, sementaraMaryam dan Merzangus menaiki kuda yang mereka sewa. “Kakek, maukah engkau aku ceritakan kisah tentang parapenghuni surga yang dirantai namun membuat semua orangheran kepadanya?” tanya Maryam. “Apa?” kata orang tua itu. “Adakah penghuni surga yangdiikat rantai?” Maryam mulai bercerita dengan kata-katanya yanglembut. “Tuhan kita adalah Zat Yang Mahatahu. Dia adalah juga Zat Yang Mahalembut, Mahatahu segala hal yangtersembunyi. Dengan limpahan anugerah dan karunia-Nya,Dia mewajibkan kita untuk menyembah, beribadah, kepada-Nya. Ibadah adalah panjatan rasa syukur seorang hamba. Yangterjadi, manusia sering mempermudah meninggalkan ibadah,meski diwajibkan bagi mereka. Lalu, bagaimana jika tidakdiwajibkan? Apa jadinya jika umat manusia menangguhkanibadah hingga waktu tua? Allah seolah-olah telah mengikatdiri kita dengan ibadah. Dia sangat cinta kepada para hamba-Nya yang terikat dengan rantai ibadah ini. Semoga Allahberkenan menjadikan kita sebagai hamba yang terikat denganiman dan cinta akan ibadah. Sungguh, betapa indah tali rantaiitu!” Mereka berdua tersenyum dan serempak mengucapkan,“Amin.” -o0o- Di Pnggr Sbuah olm Perjalanan Maryam bersama Isa, Merzangus, dan darwistua bernama Berdesyur telah hampir memasuki al-Qudssetelah melalui kota Gur. Kendaraan mereka hanya seekorkeledai. Mereka akan tinggal selama satu pekan sampai tibaHari Raya Fisih dan Sabat. Sambil mengucapkan salam kepada warga, merekaberjalan menuju pinggir sebuah kolam bernama Ab-i Hayatyang terletak di depan pintu Baitul Maqdis yang menghadaparah alun-alun. Benar seperti yang dikatakan Berdesyur. Saat itu, orang-orang yang menderita sakit telah berduyun-duyun memadatipinggir kolam Ab-i Hayat disertai keluarga dan kebanyakan cacat, buta, kusta, mandul, dan sebagianlagi mengalami gangguan jiwa. Sudah berhari-hari merekaberkumpul mengitari pinggiran kolam. Mereka bahkan relamembawa tempat tidur dan tikar demi dapat menunggukedatangan Hari Raya Fisih, sebuah hari untuk mengenangperistiwa pelarian Bani Israil dari perbudakan di Mesir. keyakinan pada masa itu, malaikat akan turunke kolam pada pagi Hari Raya. Siapa saja yang paling awalmencebur ke dalam kolam, ia akan mendapatkan penawardari segala macam penyakit dan segala permintaannyadikabulkan. Bahkan, ada orang yang kemudian menuturkanbahwa malaikat itu adalah putra Allah’. Padahal, Allah sendiriEsa, tak berputra dan tidak pula diputrakan. Keadaan inilahyang telah membuat Nabi Isa menangis. Keadaan ini tidak lain timbul akibat kebodohan dankemiskinan sehingga manusia kerap berputus asa. Merekapun terjerumus ke dalam kesalahan. Selain itu, sikap pararahib sebagai pembimbing umat yang memandang merekadengan jijik dan merendahkan semakin memperparahkeadaan. Para rahib itu telah teperdaya. Mereka terus-menerus mengumpulkan harta benda dan ikut terjun ke dalampolitik Romawi. Mereka meninggalkan kewajiban berdakwahkepada umat dan malah sibuk dengan urusan dunia. Keadaanseperti inilah yang membuat umat sangat butuh seorangpenyelamat. Dalam kerumunan orang-orang yang terbaring dipinggir kolam, Berdesyur memerhatikan setiap wajah untukmenemukan saudara kembarnya yang bernama dia menemukan seseorang yang sudah lanjut kurus, tinggal kulit dan tulang. Dalam keadaanseperti ini, tidak mungkin dirinya ikut berdesak-desakan kekolam. Dengan penuh kemarahan dan perasaan pedih, orangtua itu mulai berkata-kata... “Sudah 38 tahun aku di sini menantikan kedatangannyasetiap pagi pada Hari Raya Fisih. Namun, diriku hidupsebatang kara sehingga tidak ada seorang pun yang menuntun sampai ke pinggir kolam. Sudah 38tahun lebih aku menunggu. Namun, aku tidak juga bisa kesana, meski sekadar mendekat ke pinggir kolam. Ah... tidakada seorang pun yang sudi membantuku dan diriku tidak pulamemiliki tenaga. Mungkin ini adalah hari terakhir bagiku, dankemudian mengembuskan napas terakhir bersama denganpenderitaanku ini di sini. Dan mungkin, pada saat kematianku,tidak akan ada seorang pun yang peduli dengan jasadku.” Maryam sangat sedih melihat keadaan orang tua itu. Iasegera memberikan secangkir air segar. Ia ulurkan pula separuhroti kering untuk sedikit memberikan tenaga. Ardesyurmemerhatikan hal itu dengan penuh perasaan utang budi. “Wahai saudaraku, kini harapanmu untuk mendapatkankesembuhan telah berada di sampingmu. Dia adalah hambaAllah dan juga Rasul-Nya, Isa al-Masih. Insyaallah dia akanberdoa untuk kesembuhanmu sehingga engkau tidak lagi butuhuntuk masuk ke dalam kolam itu. Dengan izin Allah, engkaupasti akan mendapatkan kesembuhan,” kata Berdesyur. Nabi Isa terlihat sangat sedih menyaksikan keadaan orang-orang yang tertimpa musibah sakit itu. Sudah tiga kali ia menangis di dekat kolam. -o0o- “Wahai umat manusia!” seru Nabi Isa. “Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberikuAlkitab Injil dan menjadikan aku seorang nabi. Dia pula yangmenjadikanku seorang yang diberkati. Dia memerintahkankusalat dan zakat selama aku hidup serta berbakti kepadaibuku. Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagicelaka. Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada aku dilahirkan, pada hari aku wafat, dan pada hari akudibangkitkan. Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataanyang benar, yang mereka ragukan kebenarannya. Tidak patutbagi Allah mempunyai anak, Mahasuci Dia. Apabila Dia telahmenetapkan sesuatu maka Dia hanya berkata kepadanya,Jadilah’! Maka jadilah sesuatu itu. Sesungguhnya Allah ituTuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalanyang lurus.” Kemudian, sambil menyebut dengan seizin Allah’ serayaberdoa, dengan izin Allah pula semua orang sembuhkan darisakitnya dalam seketika. “Sekarang, silakan Anda kembali ke rumah. Bawa ranjangdan tikarnya!” kata Nabi Isa. Itu adalah hari Sabat. Hari dilarang melakukan apa-apa. Mengumpulkan ranjang dan tikar untuk dibawa pulang kerumah melanggar adab di hari Sabat. Meski mereka merasatakut karena melanggar adat, kegembiraan telah sembuh darisakit yang selama ini mereka derita telah memberanikan dirimereka mengikuti anjuran al-Masih. Sementara itu, para rahib di Baitul Maqdis menganggapkejadian ini sebagai bentuk penentangan secara terang-terangan yang telah direncanakan sebelumnya. “Penentang ini telah sengaja melakukan semuanya demimenghina adat hari Sabat. Dia telah menghina adat kita. Secarasengaja dia menyembuhkan orang sakit dan menghidupkanorang mati di Hari Raya Sabat agar semua orang menaruhhormat kepadanya dan meninggalkan adat kita. Orang iniadalah ahli sihir, pembangkang yang akan menginjak-injak dan budaya kita. Jika dia masih melakukan hal yangseperti ini, budaya dan adat kita yang telah berlangsung selamaberabad-abad akan hilang ditelan bumi.” Sifat iri telah membuat Mosye menggigit jarinya karenatak kuasa menahan marah. Ia mengingkari hakikat yangbenar-benar telah nyata di depan mata. Sungguh, betapa menyedihkan keadaannya! -o0o- Orang-orang pun kembali ke rumah masing-masing… -o0o- Marym dn Buah Tn Merzangus baru saja kembali. Tugasnya sebagai bidantelah selesai. Tuan rumah yang dikunjunginya memberiimbalan sepiring penuh buah tin segar. Meski Merzangustelah menolak imbalan itu karena keadaan mereka yangmiskin, sang tuan rumah tetap memaksanya. “Mohon haturkan buah tin segar ini untuk Maryam. Kamiadalah keluarga yang sama sekali tidak memiliki Anda adalah orang terhormat rendah hati yang tidakakan mungkin menolak pemberian dengan setulus hati.” Dengan alasan inilah Merzangus menerima sepiringpenuh buah tin segar itu dengan senang hati. Buah tin segar itu berwarna hijau keunguan. Sebagiansudah begitu matang sampai pecah dan meleleh cairanmanisnya. Merzangus bertahmid kepada Allah yang telahmelimpahkan nikmat yang begitu segar, harum seperti misik,dan manis seperti madu. Maryam sangat menyukai buah tin, dan juga dua buah mulia yang telah dilimpahkan Allah sebagaianugerah kepada bangsa Palestina. sering berkata, “Manis madu buah tin ibaratperkataan seorang ahli hikmah. Jauh sebelum diriku menjadiseorang ibu, Allah juga telah menganugerahkan buah tinsehingga mihrab tempat diriku tumbuh besar bermandikanaroma wangi kesegaran madunya. Buah tin dan zaitunadalah kunci rahasia Palestina. Segala puji dan syukur hambapanjatkan kepada Allah, Tuhannya tin dan zaitun!” Berbinar-binar wajah Maryam saat melihat kedatanganMerzangus dengan sepiring penuh buah tin segar. Ia segerakumpulkan anak-anak yatim yang sedang menunggu di depanpintu. Gembira anak-anak yatim itu melahap buah tin Maryam semakin bahagia menyaksikan kegembiraananak-anak yatim itu. Ia belai rambut mereka. Maryam lalupergi menimba air dari sumur yang berada di dekat gubuknyaseraya mengajak anak-anak itu membasuh wajah itu, Maryam mengizinkan mereka untuk beberapalama bermain-main di sekitar sumur. Maryam sendiri duduk di bawah tenda yang tidak jauhdari tempat anak-anak yatim bermain. “Merzangus...!” panggil Maryam. “Tahukah kamu tentangkisah seorang penjual buah tin yang diceritakan Nabi Isa?” “Sebentar, biar saya panggil anak-anak kemari agar ikutmendengarkan cerita itu.” “Baiklah kalau begitu. Sekalian kita duduk-dudukmenunggu datang waktu salat.” Anak-anak yatim sudah berkumpul, duduk mengelilingiMaryam dengan suasana penuh kegembiraan. “Anak-anak!” kata Maryam mengawali cerita. “Pada suatu masa ada sebuah pasar yang teramat anehdibanding pasar-pasar pada umumnya. Ada seorang petani baik yang telah memetik buah tin yang segar darikebunnya untuk kemudian dijual di pasar itu. Namun, orang-orang yang datang untuk berbelanja di pasar itu sama sekalitidak melirik buah-buah tin yang segar dan baik itu. Merekajustru membeli buah tin mentah yang dipetik dengan melihat antusias para pembeli yang seperti itu, parapedagang jahat tidak ketinggalan untuk semakin berbuatjahat agar dapat menjadi kaya dengan cepat. Mereka memetiksemua buah tin yang masih mentah sebanyak-banyaknyauntuk segera dijual ke pasar. Dan ternyata, para pedagangitu mampu menjual buah tin dagangannya sesuai denganharapan. Para pembeli bahkan beramai-ramai memborongbuah tin itu dengan koin emas. Sementara itu, dagangan buahtin segar lagi baik milik seorang petani berhati baik samasekali tidak diminati. Sampai kemudian, semua orang ramai-ramai menderita sakit perut. Lagi, ada seorang tukang cuci yang mencuci pakaian milikpara pelanggannya dengan menggunakan air bersih dari sumurdi rumahnya. Pakaian para pelanggannya pun bersih orang ini justru tidak pernah mencuci pakaiannyasendiri. Tubuhnya bahkan dipenuhi kutu dan gatal karenapakaian yang dikenakannya begitu kotor.” Anak-anak yatim yang tadinya mendengarkan ceritadengan saksama kini tertawa sepuas-puasnya. “Sekarang wahai anak-anakku! Kalian pantas tertawamenyaksikan keadaan para orang tua yang seperti ini. Sungguhsayang, orang-orang yang sudah tua pun keadaannya dipenuhiironi. Ketahuilah, penjual buah tin itu adalah gambaranorang-orang dengan amal perbuatan mereka pedagang yang taat beribadah kepada Allah akan buah tin yang segar lagi baik, sementara para setanakan menipu manusia dengan berselimut di balik pun memilih berbuat dosa yang terasa manisterbungkus kebohongan. Padahal, dosa itu sesungguhnyaseperti buah tin yang pahit lagi menyakitkan. Sayang, manusiakebanyakan masih juga berpaling seraya memburu bujukansetan.” “Baiklah,” kata seoarang anak yatim yang pintar. “Kalauseorang yang tidak mencuci pakaiannya itu menggambarkanapa wahai Ibunda Maryam? Ataukah dia adalah gambaranseorang Mosye yang mengumpulkan dan menyiksa kamikarena telah mengemis di pasar?” Anak-anak yatim yang lain menyambut pertanyaan itudengan penuh tawa. “Ya benar. Tentu saja ia adalah seorang Mosye.” “Anak-anakku! Keadaan itu menggambarkan seorangyang berdakwah kepada orang lain namun dirinya sendirimengingkari apa yang dikatakannya. Orang-orang yangmengikuti apa yang dikatakannya benar-benar telah mendapatihakikat dan kebenaran sehingga menjadi bersih. Sayang, orangitu tidak mengikuti perkataannya sendiri, seorang munaikbermuka dua. Meski kata-katanya dapat membersihkan yanglain, ia tidak berarti sama sekali bagi dirinya sendiri.” Merzangus kemudian berseru... “Mari anak-anakku sekalian, sekarang sudah tiba waktusalat!” Hari bahkan sudah petang. Cahaya matahari telahberwarna jingga di seberang ufuk sana... -o0o- Sejti Sng Putra Allah mengutus Nabi Isa dan mendukungnya dengandalil-dalil serta mukjizat yang luar biasa. Ini terjadi karenakaumnya sangat keras kepala dan sombong. Bahkan, parapemimpin agama mereka ikut dalam barisan perusak danpembuat kejahatan. Hidayah dan nur yang telah dianugerahkanhilang lantaran kesombongan dan perbuatan zalim yangmereka lakukan. Allah juga menjadikan Maryam sebagai pendamping danpendukung putranya, yang juga sekaligus nabinya. Hidupnyayang pendek penuh dengan kesulitan-kesulitan yang wanita yang dipandang sebagai al-azizah atau wanitamulia dan terhormat yang telah menghadapi semua ujiandengan penuh kesabaran sepanjang hidupnya. Maryam adalah mukjizat agung yang telah dianugerahkanoleh Allah kepada Nabi Isa yang bersinar begitu adalah tamsil dari cahaya Ilahi. Lembut dan terang yangsenantiasa menjadi penopang, dinding tempat bersandar,serta selimut kehidupan bagi Isa dalam menunaikandakwahnya. umat Nabi Isa adalah orang-orang yang sangatsombong. Begitu banyak mukjizat yang dimiliki Nabi Isa dantidak pernah diberikan kepada nabi-nabi yang lain tak mampumeyakinkan dan meluruskan hati mereka. Pikiran dan hati para penduduk al-Quds tertutup rapatoleh dinding-dinding keingkaran yang begitu tebal sehinggamukjizat agung yang tampak di depan mata tidak diterimasebagai dalil oleh mereka, terutama soal kelahirannya yangtanpa seorang ayah. Padahal, mereka telah beriman kepadaNabi Adam dan Hawa yang tercipta tanpa seorang ayahdan ibu. Saat ini terjadi pada diri Nabi Isa, mereka justrumenyemburkan api itnah yang luar biasa. Salah satu hal yang membuat Allah murka kepada merekaadalah itnah kepada Maryam dengan tuduhan yang samasekali tidak terpuji. Kesalahan besar lainnya adalah membunuhNabi Zakaria dan Nabi Yahya. Padahal, keduanya adalahhamba dan utusan Allah yang diutus dari kalangan merekasendiri; kerabat dan keluarga mereka yang berbicara dalambahasa yang sama. Mereka dengan tega membunuhnya. Sungguh, hati mereka telah tertutup dengan tiraikeingkaran. Mukjizat Nabi Isa yang mampu mengubah burung darisegumpal tanah dan kemudian terbang tidak juga membuathati mereka luluh. Sebaliknya, mereka ingkar dan berkilahdengan berbagai sanggahan. “Aku telah datang kepada kamu dengan sebuah tandamukjizat dari Tuhanmu...” Kekuatan untuk menghidupkan dengan tiupan telahAllah turunkan kepada Nabi Isa dengan perantaraanMalaikat Jibril. Malaikat Jibril juga telah meniupkan kekuatan kepada Maryam sehingga dia menjadi seorangibu yang mengandung Kalamullah, memikul tugas menjagaKalamullah. Demikianlah takdir seorang Maryam. Ia mengandung,memikul, merawat, dan mencurahkan kasih sayangnya... Dia adalah pengemban amanah. Sungguh, apa yang diterima Maryam dan Isa dari BaniIsrail adalah hal yang sama sekali tidak bisa diterima dan putranya sangat bertakwa menunaikan syariatMusa, berbicara dengan bahasa yang sama, dan berasal daribangsa mereka sendiri. Apalagi, Bani Israil bukanlah bangsayang belum pernah mengenal Tuhan. Kitab yang menjadipanduan dan dibaca sehari-hari telah memberitakan soalkedatangannya. Sayang, semua ini mereka tolak terang-terangan. Mereka memang telah menutup rapat-rapat hatidan jiwa dari menerima hakikat kebenaran. “Aku diutus untuk membenarkan kitab Taurat yang telahditurunkan sebelumku dan untuk menghalalkan beberapa halyang sebelumnya diharamkan untuk kalian. Aku membawamukjizat. Karena itu, takutlah kepada Allah dan taatlahkepadaku,” kata Isa dalam setiap menyampaikan dakwah. Bani Israil telah diharamkan memakan beberapa makanankarena perbuatan mereka yang sudah keterlaluan. Merekadilarang memakan hewan berkuku dan juga lemak dalamhewan ternak, seperti kambing dan sapi. “Semua ini adalah hukuman bagi mereka atas kezalimanyang telah diperbuatnya.” Iri dan dengkilah yang telah melandasi keingkaranmereka... harus Zakaria dan bukan aku?” begitulahpernyataan yang diungkapkan di antara para rahib. Pertanyaan-pertanyaan bernada iri dan kesombonganselalu berembus dari mulut dan hati mereka. “Mengapa Maryam dapat melihat malaikat sementara akutidak?” “Mengapa Isa yang mampu menghidupkan orang yangsudah mati, dan bukan aku?” Berpegang teguh pada adat yang mereka jadikan sebagaiagama adalah hal yang sejalan dengan keinginan hati itu akan semakin memberi kekuatan kepada para rahibuntuk mendapatkan harta dan juga otoritas politik. Merekamenyatakan diri sebagai pembimbing umat meski sebenarnyasebagai perusak. Ketika Isa berseru, “Allah adalah sesembahanku dan jugasesembahan kalian. Oleh karena itu, menghambalah kepada-Nya karena inilah jalan yang benar bagi kalian!”, mereka punmenentang seraya melakukan penyerangan. Suatu waktu, Nabi Isa dan Maryam menyadari sebuahrencana pembunuhan atas diri mereka. “Maka ketika Isa merasakan keingkaran mereka BaniIsrail, dia berkata Siapa yang akan membantuku menegakkanagama Allah?’ Para hawariun menjawab, Kamilah penolongagama Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah,bahwa kami adalah orang-orang muslim.” Maryam sangat mengasihi para hawariun. Sampai-sampai,pakaian yang mereka kenakan adalah hasil pintalan Maryamatau kaum wanita yang setia jadi pembantunya. Maryam jugamemanggil mereka dengan sebutan “anakku”. hawari yang Alquran telah bersaksi untuk merekaadalah Dua nelayan bersaudara bernama Petrus dan Andreas... Seorang ahli pajak bernama Matta... Kedua putra Zebedi bernama Yuhanna dan Yakub... Taddeus... Yahuda Toma.... Bartholomeus... Philiphus.. Yakub putra Alfeus... Gayyur Simun... Yahuda Iskariot pembangkang Para hawari ini telah berkata, “Kami beriman kepada apayang telah diturunkan Tuhan, kini catatlah kami ke dalamorang-orang yang bersaksi!” Mereka selalu menyertai Nabi Isa ke mana pun setiap perkataannya yang penuh dengan ajaranhikmah. Setelah kepergian Nabi Isa, mereka menyebar keseluruh penjuru dunia untuk mendakwahkan karena kezaliman dan tekanan yang selalu dilancarkanpara penguasa zalim, sebagian dari mereka telah wafatdengan syahid, sementara sebagian lagi dimasukkan ke dalampenjara. Semoga Allah menjadi pembela perjalanan yang ditempuhmereka... -o0o- Sepanjang hidup, Nabi Isa telah menjauhkan diri daripolitik. Isa yang tidak pernah tunduk kecuali kepada Allahjuga mau tidak mau dianggap sebagai pemeran politik atausosok yang dituduh para penguasa telah menggerakkanpenentangan. Karena itu, setiap penguasa merasa ajarantauhid yang didakwahkan Nabi Isa dianggap ancaman bagikekuasaannya. Penghormatan dan kecintaan penduduk kepada ibu danputranya itu kian hari dirasa makin mengguncang posisi politikpara penguasa. Padahal, apa yang diperjuangkan keduanyabukan pangkat dan dunia sebagaimana yang diperjuangkanpara penguasa itu. Ya, saat itu tata kehidupan Bani Israil dalam kondisi kacau kemelut. Ini disebabkan agama yang telah dijadikan alat untuk mendapatkan harta dan pangkat dunia. Saat para pemuka agama membicarakan agama, yangmereka katakan sama sekali kering dari ajaran dan hakikatsuci. Yang ada, agama yang telah diperbudak untuk agama akhirnya menimbulkan berbagai kezaliman,kerusakan moral. Singkatnya, segala segi kehidupan telahhancur dibuatnya. Tak heran jika dikatakan bahwa Ruh telah meninggalkanal-Quds’ sebelum Isa lahir dari rahim Maryam. Itulah salahsatu hikmah dari sebutan Ruhullah’ kepada Nabi Isa, yaitupenawar dahaga akan ruh bagi kota al-Quds yang kehidupannyatelah begitu materialistis dan dipenuhi hasrat duniawi. demikian, para penguasa selalu berlaku zalimterhadap Maryam. Maryam tidak pernah mengunjungi raja,tidak pula mendatangi istananya. Namun, setiap raja selalumembuntutinya. Terhadap aksi seperti itu, Maryam dan Isa telah berkatakepada umatnya, “Sebagaimana hikmah telah diserahkan olehmereka kepada kalian, serahkan pula dunia kepada mereka.” Sayang, kata-kata itu telah dimaknai dengan Hak Tuhanadalah untuk Tuhan, sementara hak Kaisar untuk Kaisar’.Ini membuat politik kezaliman dilancarkan dalam masaberkepanjangan. Padahal, sebagaimana pada kisah-kisah yangtelah kita coba ceritakan sebelumnya, Sang Ibu dan Putranyatidak pernah mengajarkan kezaliman. Kesabaran, ketabahan,dan kasih sayang justru dihadiahi perlakuan keji dari parapenguasa. -o0o- Marym dn Seeor Kijng Maryam sangat cinta pada bunga-bungaan, pada buahzaitun dan tin, pada keledai tunggangan milik Yusuf sangtukang kayu, pada pohon-pohon kurma, pada kupu-kupu,pada burung-burung, pada cicak, pada ikan.... Maryam sangat cinta dengan segala ciptaan Allah. Suatu hari, saat Isa sedang tidur di rumah, tiba-tiba datangseekor kijang mendekati rumah Maryam. Maryam tidak inginmembuat putranya terbangun dan tidak ingin pula kijang itulari menghindar. Ia hanya diam berdiri memandangi kijang itudari jendela. Seketika itu pula Maryam merasa mengenal kijang yang pernah menemani hari-harinya di Betlehemyang penuh kepedihan saat sang putra dilahirkan. Saat itu,kedatangan kijang yang juga sedang menyusui bayinya telahmenjadi hiburan dan teman bagi Maryam yang sedangmengasingkan diri selama empat puluh hari setelah ibu yang juga saling menyusui dan memandangi satusama lain. Kijang itu ternyata tidak takut dengan ajak anaknya mendekati Maryam dan Isa yang masih kijang itu meminum air dari tangan Maryam. kijang yang datang ini... Atau mungkin anak kijang itu yang kini telah menjadibesar? Dengan penuh tanya, Maryam terus memandangi kijangyang datang mendekati rumahnya itu. Ternyata, kijang itu menangis dan meneteskan air mata. Penuh kedua mata kijang dengan linangan air mata. Mengapa ia menangis? “Ya, Allah!” kata Maryam. “Jangan sampai terjadi sesuatu dengan anaknya!” Kemudian Maryam memerhatikan wajah anaknya yangsedang tertidur. Lelap tidurnya karena begitu lelah berjalandan bahkan berlari ke mana-mana untuk menunaikan tugasdakwah dari Allah sebagai nabi. Seorang yang hatinya setiapkali terasa remuk akibat kebengisan sebagian besar umatmanusia. Seorang nabi yang sama sekali tidak memiliki hartadunia apa-apa selain sehelai baju yang dikenakannya. Denganpenuh perhatian, Maryam terus memandangi wajah putranya. Jika saja Allah tidak berkenan mengaruniai kesabaran untuk berdakwah di jalan-Nya, baik Maryam maupun putranya tidak akan tahan dengan berat ujian kehidupan. Maryam terus memandang wajah putranya hinggameneteskan air mata dan mulai membasahi kaki putranya. Bagaikan mutiara tetes air mata Maryam terjatuh darikedua matanya. ditimba dari kedalaman sumur tempat Nabi Yusufdilemparkan. Laksana kobaran api cinta yang berubah menjadi tetesair mata untuk menyirami unggun api tempat Nabi Ibrahimdibakar. Isa al-Masih pun terbangun akibat tetesan air mata yangmembasahi kakinya. Ia segera bangkit sambil berucap salamhormat kepada ibunya. Isa melihat seekor kijang yang berjalan mendekatirumahnya. Telah diriwayatkan bahwa Nabi Sulaiman memahamibahasa burung-burung. Demikian pula dengan Nabi yang begitu bersih telah memberikan pemahamandengan cepat bahwa kijang itu sedang menangis untukanaknya, sebagaimana ibu yang sedang menangis karenanya. Maryam bersama putranya, semoga rahmat Allah tercurahbagi keduanya, segera mengikuti sang kijang. Ternyata, anak kijang yang masih kecil itu telah matitergeletak di dalam dinding sebuah gua karena dilukai parapemburu. Bukankah seekor kijang juga yang telah memberimakan kepada Nabi Ibrahim saat ia ditinggalkan di dindingsebuah gua? Maryam kembali memandangi wajah putranya denganlinangan air mata kasih sayang seorang ibu. Dalam catatan kitab-kitab terdahulu diriwayatkan bahwaIsa al-Masih dapat menghidupkan kembali anak kijang yangtelah mati itu dengan izin Allah. Demikianlah, orang-orang yang berlari menghindar dariraja dan orang-orang kaya akan mencatat kenangan merekatentang seekor kijang yang merana... -o0o- Marym dn Kam isin “Kita adalah makhluk teramat lemah, wahai saudara-saudaraku,” kata Maryam terhadap kaum perempuan yangmendatangi rumahnya. Padahal, kebanyakan orang yangbersandar di pintu rumahnya adalah dari kalangan fakir,yatim, atau kaum papa lainnya. Oleh karena itu, kelemahankodrat manusia tidak diperlukan sebagai pengecualian. Sebab,mereka memang kaum papa dan dipandang lemah oleh orang-orang kaya dan pengusaha. “Di mana pun kalian berada, takutlah senantiasa kepadaAllah. Setiap apa yang kalian makan, meski sesuap, harus darirezeki yang halal. Jadikanlah masjid-masjid sebagai orang yang mendukung rakyat yang lemah dan bukanorang yang memiliki kekuasaan di dunia. Ajaklah nafsumuuntuk menangis, hatimu untuk berzikir, dan badanmuuntuk terbiasa bersabar. Janganlah engkau menjadi orangyang merisaukan rezekimu di hari esok,” demikian tambahMaryam. Sayang, bukan hari esok, untuk sekarang pun mereka tidakmemiliki apa-apa dalam genggamannya. Dalam pandanganorang-orang yang butuh sesuap nasi ini, “hari esok” adalah yang amat panjang. Mereka sangat berharap dapatselamat melewatkan detik-demi detik yang sedang dialami. Lalu, mengapa Maryam masih juga berpesan tentangkesabaran? Dengan penuh kasih sayang, Maryam pun menerangkankepada kaum perempuan. “Suatu hari, seorang yang teramat fakir hidup di kotaal-Quds. Saking papanya, ia bahkan tidak memiliki rumahagar dapat berbaring saat tidur. Ia pun akhirnya tidak pernahmeninggalkan masjid. Kehidupan sehari-harinya dicukupidari pemberian sedekah para jamaah. Pada suatu hari, ketikaorang ini mengambilkan tongkat Nabi Uzair yang terjatuh,ia mendapatkan doa mustajab dari sang nabi. “SemogaAllah berkenan memberi sesuai dengan apa yang ada dalamhatimu.” Orang fakir itu pun berkata, “Dalam hatiku terdapatkeinginan untuk memiliki dua ekor kambing yangmenghasilkan susu yang banyak, wahai Nabi!” Sang nabi lalu memandangi wajah orang itu seolah-olahbertanya apakah tidak ada hal lain yang engkau minta?’ Meski tidak seberapa, para malaikat berkata, “Sayangsekali. Pedih rasanya mendengar permintaan itu.” Nabi Uzair pun heran. “Apa yang membuat berat permintaan itu?” pikir NabiUzair. “Dua ekor kambing bukan kekayaan yang dilarang danjuga perlu dirisaukan, bahkan ini adalah sebuah kebutuhan?” Sementera itu, dalam waktu yang cukup singkat, keduaekor kambing itu telah beranak pinak menjadi empat, delapan,tiga puluh, empat puluh, sampai-sampai dalam beberapa lamajumlahnya telah menjadi seribu ekor. Saking sibuk mengurusiternak, tidak ada waktu lagi untuk pergi ke masjid. Bahkan, keluar dari kota al-Quds untuk menetap di dulu biasa menunaikan salat secara berjamaah, kinihanya bisa seminggu sekali. Beberapa lama kemudian, iabahkan sama sekali tidak bisa berangkat ke masjid. Pekerjaandan kekayaannya telah membuatnya terlena. Beberapa lama kemudian, Nabi Uzair bertanya tentangkeadaan orang tersebut. Setelah mendapatkan jawaban, NabiUzair baru menyadari mengapa waktu itu para malaikatmenyayangkan permintaan tersebut. “Jika saja ia tetap tinggal di masjid dengan kehidupan yangsangat sederhana dari sedekah jemaah namun imannya tetapteguh....” Maryam melanjutkan perkataannya di hadapan para ibuyang telah berkumpul di rumahnya. “Wahai saudaraku! Dari cerita ini, kita paham bahwasetiap permintaan akan materi, yang sepintas hanya sebuahpermintaan yang wajar, sejatinya adalah sebuah perangkapdunia. Jika kekayaan akan memalingkan kita dari Allah,keadaan lapar tentu lebih baik daripadanya. Namun, kita jugamemohon perlindungan Allah dari kelaparan dan kefakiranyang justru malah memalingkan kita dari Allah.” Setelah selesai cerita Merzangus pun segera membagi-bagikan kue yang ada di keranjang kepada para tamu. Setiap kali Maryam menyinggung masalah kekayaan dankefakiran, ia selalu berpesan, “Awas, hati-hati! Jangan sampaikita berdiri dengan kedatangan seseorang karena sampai berbuat demikian, iman kita bisa hilang. Jikaada orang yang berhak untuk kalian hormati dengan berdiri,mereka adalah ayah dan ibu. Dan juga terhadap haiz danpembaca Taurat yang fasih, hormatilah kedatangan merekadengan berdiri.” juga berada di depan ibu dan para haiznya. Segeraia berdiri seraya memberi tempat kepada mereka. -o0o- Maryam dan Nabi Isa terikat pada syariat Musa . Meskidemikian, mereka justru mendapatkan perlakuan jahat daribangsanya. Para alim Bani Israil tidak juga mau menerimanyasebagai utusan dari Allah. Selain itu, kedudukan para rahib sebagai pemuka agama,yang secara politik dan ekonomi merupakan kedudukanmapan dalam kasta atas, membuat mereka kebal hukumdan memiliki status ekonomi tinggi. Mereka bisa membuatperaturan yang menguntungkan sekehendak hati. Bebas daripungutan pajak. Bebas membuat kebijakan demi kepentinganpolitik mereka. Menurut Maryam, mereka “telah beraktivitas dalamkeburukan”. Mereka menjual agama demi mendapatkan duniayang fana. Isa dan Maryam, setiap kali ada kesempatan, selalumenyampaikan apa yang telah dilakukan Bani Israil. “Kata-kata Anda sekalian adalah obat yang menyembuhkanpenyakit, namun perbuatan Anda sekalian adalah derita yangtidak bisa diobati.” Dan sungguh, tidak ada hal yang jauh lebih berbahayadaripada alim agama yang tidak sama antara perkataan danamal perbuatannya. Maryam sering mengatakan demikian tentang paraalim agama yang berbeda antara ucapan dan perbuatannya. adalah orang-orang yang kata-katanya adalahmakanan, sementara amal perbuatannya racun!” Sepanjang hidup, Maryam selalu belajar dan mengajar. Dialah guru sejati, yang baik dan kuat perkataannya. Guru yang memberikan kesan tak terhapuskan. Baginda Rasulullah Muhammad sering bersabda saatputri beliau, Fatimah az-Zahra, bertutur kata baik lagi penuhhikmah. “Dalam bertutur kata penuh hikmah, engkau mirip sekalidengan wanita surga Maryam putri Imran, wahai putriku.” Suatu saat, asap dapur keluarga Rasulullah tidak mengepulselama beberapa hari. Fatimah lalu datang kepada Rasulullah dengan berlari membawa sepiring makanan yang mungkinia dapatkan dari hadiah tetangga. Senang sekali anggotakeluarga dengan kedatangan Fatimah. Saat itu Rasulullah bertanya kepadanya tentang asal makanan itu. Fatimah pundengan tersenyum manis menjawab, “Dari Allah, wahaiRasulullah. Dari Allah yang tiada terhitung limpahan rezeki-Nya.” Mendapat jawaban yang baik ini, Rasulullah menyanjungputrinya dengan bersabda bahwa dirinya mirip sekali denganMaryam. Rasulullah kemudian mencium keningnya. Fatimah dan Maryam sangat simetris, bayangan satu samalain dalam hal sikap dan sifat. 441
Postentang Kelahiran Yesus yang ditulis oleh Tausiyah In Tilawatun Islamiyah
Novel by Sibel EraslanMaryam- Bunda Suci Sang Nabi - Kaysa - Bunda Suci Sang Nabi - Penulis Sibel Eraslan Penerjemah Aminahyu Fitri Penyunting Koeh Perancang sampul Zariyal Penata letak Riswan Widiarto Penerbit Kaysa Media, Puspa Swara Group Anggota IKAPI Redaksi Kaysa Media Perumahan Jatijajar Estate Blok D12/No. 1-2 Depok, Jawa Barat, 16451 Telp. 021 87743503, 87745418 Faks. 021 87743530 E-mail [email protected], [email protected] [email protected] Web dari Siret-I Meryem Cennet Kadinlarinin Sultani karya Sibel Eraslan Copyright c TİMAŞ Basım Ticaret Sanayi AŞ, 2013, İstanbul Türkiye Pemasaran Jl. Gunung Sahari III/7 Jakarta-10610 Telp. 021 4204402, 4255354 Faks. 021 4214821 Cetakan I-Jakarta, 2014 Buku ini dilindungi Undang-Undang Hak Cipta. Segala bentuk penggandaan,penerjemahan, atau reproduksi, baik melalui media cetak maupun elektronik harus seizin penerbit, kecuali untuk kutipan ilmiah. C/47/VII/14 Perpustakaan Nasional RI Katalog Dalam Terbitan KDT Eraslan, Sibel Maryam/Sibel eraslan -Cet. 1—Jakarta Kaysa Media, 2014 viii + 464 hlm.; 20 cm ISBN 978-979-1479-76-9 Penerbt Siapa tidak mengenal Maryam? Dialah wanita yangdianugerahi berbagai kelebihan oleh Allah . Kesabaran danketeguhannya dalam melaksanakan perintah Allah sudahsangat dikenal. Tak heran jika Maryam termasuk 4 wanitapenghuni surga. Novel yang ada di hadapan pembaca ini adalah seriterakhir dari serial 4 wanita penghuni surga karya wanitanovelis terkemuka asal Turki, Sibel Eraslan. Tiga novellainnya berkisah tentang Khadijah, Fatimah, dan Asiyahistri Firaun. Tiga seri ini telah mendapatkan apresiasi positifdari pembaca di seluruh Indonesia. Untuk itu, kami denganbangga mempersembahkan seri terakhir dari serial 4 wanitapenghuni surga ini. Meski di negara asalnya, Turki, novel Maryam tidakterbit terakhir, di sini kami sengaja menerbitkan kisah inisebagai terbitan pamungkas. Hal ini didasarkan pada alasanbahwa kisah Maryam dalam novel ini begitu luar biasa jikad kecintaan kepada perintah Allah pantas menjadi teladanbagi seluruh umat manusia yang hidup setelahnya. Dalam ini, kita akan melihat bagaimana sosok Maryam SangBunda Suci ini yang begitu sabar dan kokoh menerima segalamacam ujian yang mungkin belum pernah diterima manusia,baik dulu maupun yang akan datang. Bahkan, beliau telahmendapat ujian sejak dirinya baru dilahirkan. Inilah salahsatu alasan mengapa kisah tentang Bunda Maryam begitulayak dibaca dan direnungkan sebagai bahan pelajaran untukmenapaki kehidupan. Novel Maryam ini beralur flashback. Kehidupan Maryamdan putranya dikisahkan oleh tokoh iktif bernama dibuka dengan kisah yang menggambarkan kondisidan situasi yang terjadi saat peristiwa penyaliban NabiIsa. Merzangus yang menyaksikan peristiwa itu kemudianmengisahkan kehidupan Bunda Maryam dan Nabi Isa kepadaistri Pilatus, wali Romawi yang memimpin sidang kisah ini bermula. Selanjutnya, Merzangus berkisah tentang dirinya danpertemuannya dengan keluarga Maryam. Dia menyaksikankelahiran Maryam dan peristiwa yang terjadi pada diri Maryamsejak kecil. Merzangus juga mengetahui kelahiran Nabi Isa danmenjaga ibu-anak itu dari gangguan kaum yang berniat jahatkepada mereka. Kisah terus berlanjut hingga Nabi Isa dewasadan diangkat menjadi nabi. Intinya, Merzangus menjadi saksipenting atas seluruh peristiwa yang terjadi pada diri BundaMaryam dan Nabi Isa, sejak dari mula hingga akhir. Seperti 3 kisah sebelumnya, kekuatan novel ini terletakpada kemampuan pengarang meramu berbagai sumberpengisahannya menjadi “dongeng modern” tentang wanita-wanita hebat yang pernah ada dalam sejarah. Kita akan diajakoleh pengarang untuk “berkelana” pada ruang dan waktu jauh serta merenungkan dan membandingkan kembalisemuanya dengan kehidupan masa kini. Di sinilah keempatnovel ini menjadi penting untuk dibaca. Dalam konteks kekinian, tokoh-tokoh yang luar biasa inihadir bukan hanya sebagai simbol kebaikan, keluhuran, dankeagungan yang tidak bisa ditiru. Apa yang terjadi pada mereka,pada beberapa sisi, pasti juga dialami oleh manusia membedakan adalah sikap dan respons positif merekaterhadap semua kejadian yang menghampiri. Untuk itulahkita bisa belajar mengenai pengorbanan kepada Khadijah,keteguhan memegang akidah kepada Asiyah, keikhlasan dancinta kepada Fatimah az-Zahra, dan kesabaran kepada BundaMaryam. Salawat dan salam semoga tercurah kepada mereka, parawanita ahli surga dan ibunda orang-orang hangatPenerbit Kaysa Media vDafar IsiPengnar Penerbt - iii 9. Perjalnn Terkir aer - 88Pembka - 2 10. eika Marym Baru dalm Bera- 921. Cahaya eing Marym - 6 11. Hnna Mengndng- Tngn yng Slalu Terbka - 12 12. Susna Hti Imrn- 1103. Merangs Sng Dkn Bayi- 18 13. Susna Hti Hnna- 1144. Ksah Merangs- 29 14. elairn Marym - 1185. Pengembaran Merangs - 37 15. Pengsuh Marym - 1326. Para Pejaln Tiba di al-Quds - 61 16. Ibi Sraj, Sng Penklk Snga- 1377. Hnna, Istri Imrn - 65 17. Penerman yng Bak - 1518. Pereun di al-Quds - 78 18. Ksah irab - 154 vi19. Mlht Malakt- 184 29. Suara eiga - 25220. Lngt pn Bergerk- 201 30. Para Ali stronoi pn Dim - 25621. nugerah uar Bisa - 208 31. Marym Bernaar - Malakt Trn 32. Marym embai ke al-Quds- 268kpada Marym - 21523. Nabiyulah Yahya Lair - 227 33. Ksah Tiga Bayi yng Mmpu Bicara - 27224. Sift-Sift Yahya - 229 34. Sift-Sift Isa - 27625. Btng Bereor di Btleem - 232 35. ijrah ke Msr - 28626. Marym di Btleem- 237 36. eidupn di Msr- 30427. Caan Cta Sbang 37. Ksh Sayng Marym - 317Pohon urma - 244 38. Dalm Pengsngn - 32728. ithn Marym - 249vii39. Nabi Yahya Waft - 332 48. Marym dn Buah Tn - 42340. eidupn di Nsara- 348 49. Pendkng Sejti Sng Putra- 42741. Bad-i Saba Berembs di Nsara - 350 50. Marym dn Seeor Kijng - 43442. Isa Sng Nabi - 357 51. Marym dn Kam isin- 43743. Sahabt-Sahabt Marym- 366 52. Para Hawari dn Jmun al-Maidah- Ksah Seorng Ali Bahsa 53. Berpsah Slmnya - 449dengn Seorng Tkng Kapal- 387 Peutup - 46245. Marym dn Para WnaAli Srga - 39446. Menyberngi Dnau Jailah - 41247. Di Pnggr Sbuah olm - 418 Srah “Apa jadinya seorang yang mencintaimu?” Jariyah “Katakan kepadanya, Janganlah pernah merasa takut!’” Syah Sungguh betapa sulit menguak isi hati. Seperti menimbaair di sumur yang dalam, harus penuh kesabaran dan reladengan seberapa yang didapat. Padahal, tidak ada satu sumurpun dapat ditimba air kata-katanya yang pantas untuk SangKekasih. Sumur begitu pemalu, begitu menutup diri. Ialebih suka merahasiakan dirinya daripada seperti itulah adatnya. Sementara itu, air tak mungkin sama saat beradadalam wujud awan dengan saat berada di dalam lubuk hatisumur. Setiap air akan berasa seperti tanah tempat sumurmenyimpannya. Sama persis keadaannya dengan hatimu. Tak mungkinhatimu mampu menuturkan Sang Kekasih dengan hal ini sudah sejak awal engkau ketahui. Tentu saja, engkau tidak tahu bagaimana akan bertuturkata tentang wanita cantik itu, tentang Sang Kekasih, tentangseseorang yang bernama Maryam. dia adalah Maryam milikmu. Bukan Maryam yangturun dari langit... Namun, engkau dapat menerka-nerka sosok Maryamdengan mengusapkan tanganmu pada hamparan jalan yangsepanjang abad dilewati penuh dengan linangan air mata,dengan meraba pada hamparan bebatuan besar dan kecilyang menutupinya, dengan menyapu debu-debu jalanan yangmeninggalkan jejak tentang dirinya. Kemudian, engkau melewati jalan yang penuh membawakenangan itu dengan ribuan kali pertobatan. Oh tidak, tidakmungkin engkau akan melewatinya.... Tidak mungkin engkau dapat melewatinya... Tidak mungkin kekuatanmu cukup untukmelakukannya... Cakrawala pengetahuan tentang “hakikat sang kekasih”hanyalah yang berharga bagimu, meski tidak mungkintergapai sebagaimana tingginya langit, meski begitu membuaibagaikan dimabuk cinta yang tidak diketahui. Tidak pernahpula terukur ambang batasnya. Jika semua tentang dirinya menjadikan rasa ingin tahuyang begitu mengguncang, seluruh yang bercerita tentangdirinya telah membuat jari-jemari tanganmu sebuah hakikat, cerita penuh kebohongan dangosip yang paling tidak mungkin sekali pun telah memberimukekuatan untuk selalu mengejarnya. Dan aku pun berlari. Aku kumpulkan. Aku perhatikan. Dan aku menjadi urung kemudian. Sampai aku bangkit, untuk mengumpulkan kembali. kumpulkan. Dan aku kumpulkan. Aku siapkan. Namun kemudian, terlihat bahwa setiap pigura yangmembingkai kenangan tentang dirinya terasa seperti sebuahketidakadilan, aib, dan rasa tidak tahu diri. Aku pun terdiam. Hingga aku kembali tersentak dengan perasaan tidaksabar. Tidak sabar untuk segera menggoreskan tinta tentangsesosok Wanita Cantik itu. Hingga remuk diriku; tercerai berai. Kerdil diriku. Kerdil hingga mendekati lenyap akibat luapan cinta. Inilahyang untuk sekali lagi aku ketahui. Sampai ia pun mengajarikubertatakrama seperti seorang malang yang ditempa untukpengabdian. Mereka adalah orang-orang sebelum bertanya kepada Syah, “Apa jadinya seorang yangmencintaimu?” Mereka itu para pembantu dan budak Maryamyang menuliskan namanya pada bebatuan pegunungandemi mendapati sesosok dirinya pada setiap apa saja yangdilihatnya. Sementara itu, sebagian yang lain melukiskan sosokdirinya agar tidak pernah lupa dan meninggalkannya. Yanglain lagi mencoba melupakan guncangan cintanya denganmenuliskannya ke dalam bait-bait puisi, seperti seorang yangminum sampai mabuk tanpa bisa berbuat apa-apa. Setiap disebut nama “Maryam”, semua orang yangmencintainya, kita menyebutnya para penggilanya, tetapmeniti jalan sekehendak mereka sendiri. Sementara itu, diriku adalah orang baru. Karena itu, aku lewati jalan mereka semua satu per satutanpa pernah mengenal jemu. Aku kunjungi setiap mimbar kitab-kitab lama, cerita-cerita terdahulu, kisah-kisah penuh hikmah, Perjanjian Lama dan Baru, Mazmur,Alquran al-Karim, kasidah gubahan Daud , Suhuf Idris yang hilang berserakan, kitab-kitab tabir mimpi, zodiak,peta bintang, rintihan-rintihan para unta yang dengan sabarmenarik pasungnya, kisah yang terucap dari penuturan buahzaitun tentang dirinya, cerita ikona, lukisan-lukisan, sertagoresan-goresan karya kaligrai. Aku dengarkan semuanyatanpa sedikit pun menyela untuk berbicara. Kesemuanya adalah para pengembara, ibarat dua matabuta yang jatuh ke dalam cinta buta. Sampai selang beberapa lama aku dapati diriku seolahbersimpuh di depan tungku perapian mendengarkanpenuturan cerita sepasang suami istri. Siapakah diriku selain sebagai seorang tukang gosip? Pudar wajahku dalam bayangan cermin di pasar perhiasansaat mencari seorang Maryam… Ya… cinta ini telah membuatku tidak tahu malu. Hingga selang beberapa lama kemudian, saat aku lantunkansalawat ke haribaan baginda Muhammad , kudapati dirikusadarkan diri. Sungguh, ia telah menjadi pundak dan juga kainkafan bagiku. Telah menjadi satu kesatuan dalam kelahirandan juga kematian dalam pengembaraanku. Tak lebih daripekerjaan “merangkai” mengenang nama baginda Muhammadyang mulia. Tak lagi diriku memiliki cara yang lain sehingga akubergenggam erat kepadanya Allahumma shalli ala Sayyidina Muhammad wa ala aliSayyidina Muhammad… -o0o- Cahaya eing Marym Ia adalah kening sang kekasih, tertuang dalam bait setiappuisi, dalam goresan setiap lukisan, dalam setiap relief, daningatan... Sedemikianlah ia dimuliakan. Bagi orang Timur, gambar adalah pantangan. Takut kalaumenyinggung, memenjarakan kenangan dari sang kekasih.“Mencintai tanpa menyentuh,” demikian kata orang untukdirinya. Wajahnya telah mengajari kita melukis. Gambar sangkekasih bukanlah lukisan. Ia adalah “riwayat” bagi kita, kisahmulia. Karena itulah nama kita hanya sebatas disebut sebagai“ahli riwayat” dalam pembicaraan tentang cinta. Dan menurut riwayat pula, dibaca dengan mad panjang,saat menyinggung tentang keningnya. Bacaan panjang. Demikianlah kening Maryam. Ia harus seperti jauh dan terang kilau pancaran cahayayang tak disentuh, tak pernah disentuh tangan. Ia adalah sebuah rumah yang bersih bagaikan pun tak pernah terbang dari atasnya. Sebuahrumah yang terbuka luas untuk setiap anak yatim. Sebuahtitik koordinat ukhrawi yang menjulang tinggi ke langit. Letakpersimpangan jalan samawi. Demikianlah “terang keningnya”. adalah “tempat” yang telah dipilih untuk menuangkankalimat Allah . Ia adalah peluang. Kemungkinan. Dan Maryam adalah seorang terpilih. Terbebas dirinya dari semua ikatan duniawi, bersihsuci, zakiyyah, perawan. Ia adalah sosok sempurna, sampaikehidupan pun tak pernah bisa meninggalkan bercakkepadanya. Itu karena ia adalah orang yang rasa gentar pun sama sekali tak pernah bisamenyentuh, mendekatinya. Sempurna tanpa cacat. Licin, tanpa kotoran barang sebercak. Dan Maryam adalah seorang yang telah diberi isyarat. Yang telah dilukis dengan tinta Allah . Ia adalah sebuah garis, yang mempertemukan antara bumidan angkasa. Sebuah titik, tempat pertemuan antara malaikat danmanusia. Dan Maryam menunggu dengan penuh kelembutan,selembut kain sutra. Dirinya adalah batu keseimbangan. Batu keharmonisan. Batu tirai. Sebuah tirai yang melarang dua sisi bersentuhan, bagaigaris arus yang memisahkan dua lautan. Dan ia adalah barzakh. Yang menjaga rahasia; yang tidak berbagi, tidak pulabercerita. Ia mengandung kalimat. Berpuasa untuk bicara. Terkuncimulutnya, terjaga dari membuka rahasia. Berbuka puasanyaadalah bicara sang anak. Saat putra Maryam berbicara, saatitulah seisi alam ikut berbuka puasa. Terbuka pula hati yang dari hakikat sehingga seisi alam penuh dengan kilaucahaya. Ketika putra Maryam berbicara, saat itulah Maryammenjadi penuh cahaya seperti lilin yang menyala terang dimalam-malam mulia dari atas menara masjid. Ia diam, sementara sang putra bicara. Semakin terusbicara, semakin terang lilinnya berpijar. Nyala lilin itulah yang menjadikan terang keningMaryam. Adalah nyala obor. Obor Maryam, yang memancar cahayanya dalam setiaptarikan napas Jibril. Napas yang membuat setiap benda yangdisentuhnya bernyawa; menjadi hamparan taman kembali jasad yang telah mati, sembuhkembali seorang yang sakit, terbang kembali seekor burungatas izin Allah, atas takdir yang telah digariskan-Nya. Takdirpula yang telah menjadikan kening Maryam sebagai sanalah pagi bermula. Di sana pula mentari menampakkanwajahnya dan kembali lagi menyelinap setiap datang waktumalam. Kening Maryam juga sebuah peta terang yangmengantarkan setiap pejalan ke tempat tujuan, yang memberiisyarat, tanda, lambaian tangan, melawat, mendoa. Adalah bahtera waktu yang tiada henti terus berlayar darizaman yang kekal menembus hari esok yang tidak diketahuiujungnya, menapaki jalan yang terang oleh pancaran cahayalampu lautan, yang tak lain adalah terang kening Maryam. Ya, Maryam adalah terang lampu lautan. Cahaya kening Maryam seterang sorotan lampu di ketinggian menara yang tak pernah tersentuh, tak sekalipun dipadamkan oleh tangan seorang. Sebab,pancaran cahayanya adalah inayah dari Allah . Cahaya kening Maryam yang menerangkan titah takdiryang begitu pedih bagi seorang ibu. “Yaa laytani....”, demikian jerit pedihnya. “Jika aku mati, tanpa mengalami semua kejadian yangditimpakan kepadaku ini. Jika aku mati, dilupakan, tanpaseorang pun akan tahu...” Cahaya kening Maryam. Beban terberat yang pernah ada di dunia. Dalam beratnya ujian, tinggi menjulang Gunung Araratpun hanya menempel kepadanya. Demikian pula itulah punggung Maryam merunduk. Dalam cahaya keningnya, ia diitnah dengan dakwaanyang paling memalukan. Terguncang dirinya bagaikan perahutongkang dalam lautan berbadai dakwaan, “Mungkinkahsaudara putri seorang Harun berbuat senista ini?” Sebatang jarum dalam hamparan samudra. Terhempassampai ke dasar yang paling dalam. Apalah daya ia sebatangkara. Adalah Maryam dalam tempat ketika matematika danangka keluar darinya. Setiap hitungan lebih pada Maryam. Terempas ia sebagai seorang wanita, dalam kenihilanyang tak pernah bisa terhitung oleh matematika. Diitnah. Dalam dasar sumur yang terdalam. Ia didakwa dengan tuduhan yang paling pedih bagiseorang wanita. Allah telah menuliskan surat pengampunanbaginya pada seluruh alam! Maryam adalah satu senjata. Dan memang, dirinya adalah seorang yatim, sebatangkara. Lebih dari itu... ia juga menjadi ibu dan juga ayah bagiputranya. Seorang wanita yang garis takdirnya begitu beratmelebihi berat massa besi. Seorang manusia. Seorang wanita. Tak ada seorang pun yang mengusap-usap punggungnya,tak ada seorang pun yang membelai rambutnya. Yatim dia,dan juga sebatang kara... Ah! Tapi janganlah engkau bersedih karena rezeki datangdari Allah. Termasuk rezeki seorang yatim seperti Allah ada, apalah artinya berpedih hati! Tak ada kerisauan adalah saat kita tak menghadirkan Allah .Kita sendiri dari Allah dalam keramaian keinginan, harapan,harta-benda, pangkat, dan jabatan... Dan Maryam adalah muqarrib. Hamba yang dekat denganTuhannya. Seorang yang menggenggam kalimat Allah di dalamkepalan tangannya. Yang dengan itu, tak ada satu pintu punyang tak akan terbuka. Ya, terbuka semua pintu bagi seorangsahabat akrab seperti dirinya. Dan terang kening Maryam adalah tanpa pintu. Seorang hamba! Cahaya keningnya adalah setia pada perintah “Uqnut yaMaryam!” Bersujud hormatlah setiap malaikat untuk menciumterang keningnya. Terang kening yang sama sekali tidak memberi muka selain pada keridaan Allah , cahayayang menjadi tanda nur hidayah-Nya. Maryam adalah seorang yang telah tergadai. Bagaikankening hewan kurban yang diberi isyarat warna. DemikianlahMaryam, ia telah diberi tanda. Ya, Maryam adalah seorang yang telah dirias denganriasan sujud pada keningnya dan air pada tangannya. Sebagaimana mawar juga telah merias lembut bibirnya;dengan stempel bacaan doa, dengan segel lantunan zikir. Adalah sifat pemalu dalam cahaya kening karena malu. Seorang yang malu pada dirinya. Maluuntuk menjadi dirinya. Jika saja harus meminta demi dirinya,ia pun akan lebih memilih menjadi tanah yang tak Maryam. Ia adalah seorang yang terpendam, tertutup, terlarang. Ia adalah Maryam. Seorang ahli rida. Melarang diri dariterlihat. Tertutup, terlindungi dengan selimut. Begitulah, diaadalah seorang yang maksum atau terjaga. Tak pernah seorang pun mampu memintal selimutpelindungnya karena jilbabnya adalah tangga Allah yang telah menjadikan jilbabnya sebagai tanggamihrab. Adalah putih lembut kening Maryam, seputih, sehalal airsusu ibu. Terang kening Maryam, yang mengangkat ke derajatyang tinggi, yang khusus bagi hamba yang selalu memuji... Terang kening Maryam, yang telah distempel dengankalimat tauhid. -o0o- yng Slalu Terbka Tangan Maryamlah yang menuntun, mendekap,melindungi, menopang, dan meninggikan putranya. Dalamsejarah, tak ada seorang pelukis yang menggoreskan kuasnyadan menggambarkan Maryam dengan tangan tertutup atauterkepal. Seorang Maryam selalu digambarkan dengan tanganterbuka. “Tangan terbuka” adalah perjuangannya dalam kerelaanmenerima takdir yang telah digariskan kepadanya. Tanganterbuka yang digubah dalam syair dan puisi sebagai tanganpenyabar dan penyayang. Sebagai tangan yang selalu perjuangan memikul ujian menghadapi berbagaikesulitan, memegang amanah dari Allah untuk masa depandengan kekuatan yang terhimpun dari doa. Bukanlah tangan Maryam, tangan yang berkepal,tertelungkup, dan lemah. Bukankah tangannya sebagai “perantara” yangmenggenggam “Kalam Allah”? Sebagai penggenggam yangmenggemakan Kalam Allah. Ia adalah kotak kalimat. Gelas. Lahan. Dan pembungkus kalimat... Dialah seorang ibu yang putranya adalah “kalimat” Allah. Sementara itu, putranya sendiri adalah kebaikan yangtelah dihibahkan untuk umat sekalian alam. Bukankah pada dasarnya setiap bayi yang lahir adalahkarunia dari Allah ? Sementara itu, ibundanya adalah orangyang menerangkan, menuntun ke dalam kehidupan duniaini, mendekap, serta menyelimuti untuk melindunginya darisegala marabahaya. Maryam adalah buaian bagi Isa , selimut, pakaian bagiputranya. Tegak Maryam, menuntun sang putra di atas dirinya ibarat tanah itu sendiri. Laksana seorangrendah hati yang menumbuhkan “benihnya” di dalam jiwanyasendiri. Terbuka tangan Maryam, menengadah ke langit. Tangan yang menggenggam alam langit dan bumi iniseperti kontur di antara Pencipta dengan ciptaan-Nya. Seolah-olah Rabb telah menghamparkan seisi langit dan bumi kepadaseorang ibu yang mendekap erat anaknya. Dan seorang ibu adalah faktor penting yang merekatkanmasa lalu, masa yang akan datang, dan kehidupan di masasekarang demi hormat atas terbukanya kedua tangan untukberdoa. Perekat, yang menurunkan langit mendekati bumi, yangmeninggikan bumi sejengkal dari langit. Dan Maryam adalah perantara. perantara, yang menjadi poros pusat sebagai acuandesain segala ciptaan di antara langit dan bumi. “Adalah tangan para ibu”. Tangan yang menggenggam penuh dengan tangan seorang Maryam, yang menggenggam“kalam”, yang mendekapnya, menjaga, dan menjadi tempatpertama berlindungnya. Allah telah mengamanahkan “Kalam-Nya” kepadadekapan ibu dan kepada tangan-tangan yang relaterhadapnya. Dan Maryam, seorang ibu yang tangannya tiada henti berkerja. Meski lemah secara itrah untuk selalu bekerja, bergerak,dan melakukan sesuatu, dalam kaitannya dengan tugasmelindungi, tangan Maryam ibarat tangan petani yang sabarmerawat tanamannya. Perjuangannya untuk menumbuhkanbenihnya adalah jerih payah tangannya, cucuran keringatnyasendiri. Dan Maryam memikul kedua tugasnya, sebagai tanah danjuga sebagai petanai yang merawat tanah itu. Mungkin, karena hal inilah menjadi ibu adalah mulianamun susah. Dalam waktu yang bersamaan menjadi perawat,baik tanah maupun benihnya, melekat di dalam hal yang kontradiktif dalam ruhnya. ibu yang rendah hati, serendah tanah yangmemandang ke langit, menantikan turunnya curahan airhujan, seraya membuka dirinya di bawah hamparan menjadi ibu yang begitu gigih, meradang,menerjang, berjuang demi menghadiahkan apa yangdianugerahkan kepadanya dari langit. Ibu adalah seorang yang merobek jiwanya untukmengeluarkan Kalimat yang ada di dalam lubuk hatinya. Seorang pemikul amanah. Seorang yang menerima untuk diberikan. Yang satu dari dalam jiwanya dan yang satunya lagi daridalam sikapnya. Dua tindakan yang membubung seperti madjazir dalam kehidupan seorang ibu. Ia terima dengan penuhperasaan malu dan tertunduk apa yang telah ditiupkan malaikatsebagai takdir dari Ilahi. Putranya pun akan mengeluarkan“perkataan” dari dalam lubuk jiwanya yang akan membuathamparan dunia berubah. Maryam adalah satu namun dua. Sebagaimana dua sisidalam satu neraca. Maryam begitu piawai. Kehidupan sebagai seorang ibu telah menjadikan dirinya piawai, ahli. Mampu menjadikan malaikat kehidupannya sebagai manusia. Karena itulah ibu merupakan satu kesatuan dengananaknya. Tiada arti keberadaan dunia ini seisinya tanpakeberadaan sang anak sehingga dirinya sangat “khawatir” hal ini. Gesit, dan bertangan terbuka. Menyatudengan sang anak di sepanjang waktu. Demikianlah, Maryamtak pernah berlepas tangan dari Isa, putranya. Tak mungkin ia berlepas tangan. Dan oleh karena itulah putranya juga akan selalu diingatbersama dengan ibundanya. Berkat itu pula nama kenabianIsa adalah “Isa Ibnu Maryam”. Demikianlah tangan Maryamyang selalu terbuka, selalu menopang punggung putranya.... -o0o- Sng Dkn Bayi “Nah, orang inilah!” kata Wali Pilatus dengan suara lantangsembari tertawa. Ia memandang ke bawah dari atas balkon marmeristananya. Satu tangannya menunjuk ke arah seorangpemuda terlilit rantai yang disangka Isa. Satu tangannya lagiberganti memukul ke arah udara. Tatapannya penuh dengankemarahan. Urat-urat nadi di lehernya terlihat keluar. Dalam pandangannya, patung Raja dan Tuhan Caesar disebelah selatan tempat peribadatan istana yang didatangkandari Roma dengan menghabiskan dana besar seolah-olahbangga kepadanya sebagai seorang Pontius Pilatus, banggamendengarkan seorang Wali al-Quds yang sedang bicara. Untuk sekali lagi, sang wali menatap ke arah parapenduduk al-Quds yang berduyun-duyun memadati halamanistana dengan tatapan yang begitu sinis setengah kasihan. Jubahnya yang memanjang sampai ke lantai memaksadirinya berjalan pelan dibantu beberapa orang. Ia punberhenti di tataran pertama sebuah tangga di samping semua orang tertuju kepada seorang pemuda. orang inilah!” kata Pilatus. “Inilah orang yangmengajak kalian berbuat makar dengan berpura-pura rendahhati, berpura-pura menjadi guru rohani. Inilah sosok yangmenyebarkan itnah dan kebencian. Dia ingin memecah belah,menentang Roma dan Tuhan Caesar. Inilah orangnya!!!” Napas setiap orang seolah-olah terhenti, terpaku menatapke arah balkon. Pada saat itulah anak muda yang tubuhnya dililit rantaiitu dengan penuh susah payah dibawa ke hadapannya. Padapunggung anak muda itu melekat sehelai kain penutup yangterbuat dari bulu domba yang sering dipakai para pemudayang telah menganut agama baru. Cukup tinggi tubuh anakmuda itu. Rambutnya memanjang sampai ke yang putih tertunduk, dengan kedua tangan dankakinya terlilit rantai. Saat itulah ia dipertontonkan kepadasemua penduduk. “Orang inilah,” kata Pilatus, “yang sudah gila danmenyatakan dirinya mampu menghidupkan kembali yangsudah mati. Seorang juru sihir dan juga mata-mata yangmengembuskan kebencian kepada Roma!” Pilatus kemudian bicara dengan suara lirih, berbisik, seolahmenirukan gaya bicara para pembantu penjilatnya, “Sekarangmari kita tanya kepada orang ini! Siapakah ayahmu, wahai ruhsuci? Bisakah kamu menyebutkan nama ayahmu sendiri?” Sama sekali tidak terdegar jawaban apa-apa. “Heiii! Kami tidak bisa mendengar kamu bicara. Ceritakantentang siapa ayahmu agar semua warga Yahuda tahu, haianak yatim malang! Bicaralah!” Anak muda itu hanya terdiam tanpa menjawab barangsepatah kata. Ia terus menahan rasa sakit oleh luka yang darah sampai telinganya. Ia tak mampu untukberdiri. “Inilah orang yang kalian ikuti kata-katanya untuk berbuatmakar. Ketahuilah, sesungguhnya dia tanpa ayah, wahaiwarga Yahuda! Ibunya yang bernama Maryam juga seorangwanita pendosa yang telah diusir dari tempat ibadah yang dikatakan para tetua kalian. Oh tidak, tidak....Aku bersumpah demi Caesar, aku tidak berucap demikiantentang Maryam. Semua ini adalah apa yang telah diputuskanpada Maryam dan putranya di hadapan hukum kalian wahaibangsa Yahuda!” “Inilah orangnya!” “Coba perhatikan! Orang ini pun tidak menjawab apa yangaku katakan. Jangan sampai kalian ikut tertipu olehnya. Dirinyasendiri pun tidak tahu siapa ayahnya. Dia juga tidak tahu darahketurunan siapa yang mengalir dalam urat nadinya. Karenadia hanya diam saja tidak bisa menjelaskan siapa ayahnya,kita pun akan mendapatkan jawabannya dengan bertanyakepada darah yang sebentar lagi akan mengucur dari uratnadinya!” kata Pilatus penuh kemarahan, sampai-sampai diajuga memukul keras seorang pelayan minuman yang berdiridi sampingnya saat sedang membawa nampan. Pelayan itupun tersungkur sehingga gelas-gelas dan nampan yang dibawajatuh berserakan. Minuman keras berwarna merah darahpun tumpah membasahi tangga. Pilatus menunduk sambilmenyapu minuman keras yang membasahi tangga itu dengantangannya. Jarinya yang basah dikecap seakan-akan sedangmeminum darah sosok yang disebut Isa itu dengan berlagakseperti seekor binatang buas. begitu, kita akan tanyakan siapa ayahnya kepadadarah yang akan mengalir dari urat nadinya! Wahai HakimKaldion, segera bacakan hukumannya!” Setelah dua kali berpura-pura batuk, Kaldion mulaimembaca beberapa bait surat keputusan dalam bahasa Latinyang diambil dari dalam gulungan kotak emas. Dalam suratitu, Augustus memulai tulisannya dengan sanjungan danpernyataan setia kepada Caesaria yang memiliki kekuasaanmembawahi Mesir, Antakia, al-Quds, dan seluruh wilayahSyam. Penyebutan kesetiaannya kepada Roma ini menunjukkansebuah tantangan kepada bangsa Yahuda. Setelah kekuasaan Batlamyos atau orang-orang Yunani,semua daerah tersebut digabungkan ke dalam wilayah pasti, untuk mengatur negara bagian Timur yangsangat jauh dari pemerintahan pusat, Roma akan mengangkatseorang wali yang setia atau akan menunjuk seorang dariRoma. Sudah pasti pula kalau permasalahan paling pelik didaerah kekuasaan Timur ini adalah beragam keyakinan yangtidak sejalan dengan keyakinan Roma. Meski sebenarnya Roma tidak pernah menerapkanperlawanan terhadap keyakinan lokal setiap daerah yangberhasil mereka kuasai, dengan mapannya kekuasanpolitik dan ekonomi, lambat laun keragaman keyakinanlokal tersebut dipaksa untuk tunduk. Hal ini juga terjadipada keyakinan Tauradi yang mendominasi kebanyakanrakyat Yahuda. Awalnya, pemerintah Roma tidak langsungmemeranginya, bahkan terhadap para pendeta pun pemukaagama Roma berpura-pura menjalin hubungan yang baiksampai memberikan status politik tersendiri. pendeta Baitul Maqdis juga sebisa mungkin menjalinhubungan baik dengan Wali Roma, Pilatus. Namun, padamasa-masa terakhir ini, keadaan mereka sebagai para pendetaberada dalam kondisi yang sangat susah karena wilayah al-Quds dilanda masalah kekuarangan air. Bersamaan dengandiberlakukannya pajak yang sangat berat untuk membuatsaluran air ke dalam kota, warga mulai tidak simpati kepadapara pendeta. Terlebih dengan adanya patung besar Caesardari Roma yang didirikan di Meydan yang terletak disebelah Mabed, tempat ibadah mereka, yang telah menyulutkemarahan bangsa Yahuda. Bangsa Yahuda telah siap melakukan tempur, ibaratgranat yang telah dibuka pelatuknya. Masyarakat telah ramaimenyerukan bahwa “Membayar pajak dan menjadikan kaisaryang fana sebagai Tuhan adalah hal yang tidak benar.” Sebenarnya, pembicaraan yang santer terdengar dari mulutke mulut ini sudah sangat mengganggu pejabat Roma dan jugapendeta di Baitul Maqdis. Lebih-lebih, dengan kedatanganseorang bernama Isa ibnu Maryam, hal itu semakin menyulutkeadaan yang sudah memanas. Seorang pemuda yang menamakan dirinya “mualim” atauguru ini telah menyatakan dirinya sebagai utusan Allah. “Kita semua adalah bersaudara,” katanya. Ia bercerita tentang Ibrahim, Musa. Ia mengajak semuapenduduk untuk hanya taat kepada Allah yang Esa. Karenaajakannya inilah ia dituduh telah menghasut dan membuatpropaganda kepada masyarakat untuk berbuat makar.“Sungguh, apa yang telah dilakukan pemuda ini adalah sebuahkesalahan besar di sepanjang sejarah kehidupan Roma,” katamereka. itu pun harus dihukum. Karena telah berbuat makar kepada pemerintah, dia harusdisalib. Tiga hari sudah dari persidangan yang menghasilkankeputusan bahwa pemuda itu akan dipancang di tiang salibdengan kedua tangan dan kakinya dipaku. Setelah itu, sekujurtubuhnya akan diremukkan sampai mati. Saat Hakim Kaldion mengumumkan bahwa sidangdan vonis hukuman akan dilakukan tiga hari lagi, wargayang berkumpul menjadi ribut. Sekerumunan pemudayang mengenakan baju yang sama dengan terdakwa salingberbisik. Sementara itu, seorang wanita tua bernama Merzangussaat itu sedang menunduk dan membungkukkan badannyamelihat ke bawah dari ketinggian balkon. Ia menggeleng-gelengkan kepala melihat ke arah Kaldion dan sesekali melihatke arah si pemuda seraya dengan khusyuk memanjatkan itulah Wali Pilatus memerhatikan wanita tua itu dankemudian membisikkan sesuatu kepada para lama kemudian, dua penjaga kerajaan menuruni tanggake arah balkon untuk mendatanginya. “Hai Nenek! Nyonya Prokula memanggilmu!” kata merekaseraya menggandeng kedua lengan tangannya untuk dibawamenuju pintu istana bagian barat. -o0o- Lama sudah Nyonya Prokula menunggu Merzangus dalamtangisan penuh linangan air mata sehingga kedua matanyamembengkak. Segala cara sudah dilakukan, namun tetap tidakbisa meyakinkan Wali Pilatus yang menjadi suaminya. Baru kali Nyonya Prokula pernah bertemu dengan Isa putraMaryam yang disebut-sebut masyarakat sebagai seorangpembimbing. Pertama kali ia melihatnya saat mengobatiorang buta. Yang kedua ia mendapati Isa putra Maryam saatberdakwah kepada masyarakat untuk tidak menyembah tuhanselain Tuhan Yang Maha Esa. Sebenarnya, seseorang yang telah membuat hati Prokula tersentuh hingga luluh adalah ibunda Isa, yaitu Maryam. “Bunda Maryam,” demikianlah masyarakat menyebutnya. Tepatnya, beberapa tahun lalu, setelah dengan penuhsusah payah meyakinkan suaminya, ia akhirnya dapatmengunjungi Maryam. Ia meminta doa kepada Maryamsehingga putrinya yang bernama Dafne sembuh dari sakitparah. Hanya saja, beberapa waktu lalu Dafne jatuh dari punggungnya patah dan kemudian meninggal duniapada usia yang masih sangat muda. Remuklah hati malam ia menangis dan mengurung diri di dalam kamartanpa mau keluar. Ia juga sama sekali tidak mau bertemudengan siapa pun. Sampai-sampai Pilatus berkata, “Jika terusbegini, ia akan jadi gila.” Semenjak putrinya yang bernama Dafne sembuh, hampirdelapan tahun lamanya Nyonya Prokula taat pada ajaranMaryam. Sesekali ia mengunjungi rumahnya. Merzangussendiri adalah wanita tua yang menjadi teman dekat sekaligustempat berbagi rahasia Ibunda Maryam. Maryam sama sekali tidak pernah menginjakkankakinya ke istana. Jika berkeinginan untuk menyampaikanberita, ia akan mengutus Merzangus untuk Maryam juga menganjurkan Merzangus seseringmungkin mengunjungi istana demi memberikan dukungankepada Prokula yang menjadi satu-satunya orang di dalamistana yang beriman. Pilatus, sang suami, sangat keras kepala. Segala cara akania lakukan demi mendapatkan simpati penguasa Prokula merasa sendiri dalam kemewahan parapejabat negara yang begelimangan kenikmatan menjadi dusta baginya dan kehampaanlah yang iarasakan. Sementara itu, Pilatus mendasarkan semua penderitaanyang dialami istrinya lantaran putrinya yang bernama Dafnemeninggal dengan begitu mendadak. Karena itu pula, Pilatusmembiarkan seorang dukun bayi dari al-Quds bernamaMerzangus keluar-masuk istana dengan bebas. Meski tahu Merzangus dekat dengan Maryam, Pilatustetap menahan diri karena dialah sosok satu-satunya yang bisamenjadi pelipur lara bagi istrinya. Pilatus pun membiarkandirinya bersama istrinya. Selain itu, ia sebenarnya juga telahmenyebar mata-mata di seluruh penjuru al-Quds. Karenaseorang yang menjadi pelindung bagi rakyat yang menderita,yaitu Isa, telah berhasil ditangkap olehnya, biarlah Merzangussementara menenangkan hati istrinya. Di saat Pilatus sedang memikirkan semua ini, Merzangustelah berada di dalam kamar Prokula. Meski Prokula telah berupaya menerangkan mimpi yangdialaminya kepada sang suami, dan meski telah berupaya bahwa pemuda yang ditangkapnya hanyadengan alasan yang tidak masuk akal sebenarnya adalahutusan dan kekasih Tuhan, tetap saja ia keras kepala. Bahkan,Pilatus semakin benci, marah, serta menganggap istrinya cara penyembuhan pun sudah diusahakan. Namun,para tabib yang dipanggilnya tidak kunjung menjadi perantarabagi kesembuhan istrinya. Pilatus pun semakin marah danakan memenjarakan atau mengasingkan para tabib yangtidak bisa mengobati istrinya. Hampir tidak tersisa sudah carayang ditempuhnya untuk mengobati istrinya. Segala macamobat tumbuh-tumbuhan, sihir, dan tabib tidak mampumenyembuhkan istrinya. Hampir selama dua belas bulan terakhir ini Prokula bermimpi hal yang sama ada bulan yang tiba-tibaturun dari langit ke dalam istana, menjadikan ranjangsang suami bersimbah darah dan para malaikat yang wajahnya tidak dikenal melaknat sang suami. Sejak saat itulah Prokula terus mengurung diri tanpamau makan dan minum. Tubuhnya semakin kurus dan tidakbertenaga. Ia terus menyendiri tanpa mau bertemu selaindengan Merzangus. -o0o- Dengan penuh kesombongan, Pilatus menyapu pandanganke arah kerumunan rakyatnya yang memadati alun-alun Ia merasa semakin bangga mendengar kerumunanrakyatnya yang serempak mengelu-elukan namanya. Ah,seharusnya istrinya saat itu berada di sampingnya, bersamamerasakan kebanggaan itu. Ah Prokula! Mengapa istrinyabisa menjadi sedemikian gila sampai mau meninggalkannyademi mengikuti seseorang yang ayahnya pun tidak jelas danmengaku sebagai nabi.... -o0o- “Bagaimana keadaanmu, wahai anakku?” tanya Merzangussaat memasuki pintu. Seharusnya Prokula tidak mendengarpanggilan itu karena wajahnya tertelungkup di saat itu juga ia bangkit seraya berlari menyambutkedatangan Merzangus. Ia bersimpuh di depan kakinya. “Dia akan membunuhnya, dia akan tahu, pasti dia akan membunuh Isa, nabi kita. Ah,Ibunda! Seharusnya kita melindunginya. Seharusnya kitamenyembunyikannya secepatnya,” kata Prokula sembarimenangis sejadi-jadinya. Ibunda Merzangus juga ikut menangis. “Janganlah engkaumenangis anakku. Kita tidak boleh menangis. Pasti Tuhantelah menggariskan takdirnya untuk Isa putra Maryam. “Namun, sekarang orang-orang telah mendengar pengumuman semua pembesar kerajaandipanggil untuk menyaksikan hukumannya.” “Apakah kamu benar-benar telah menyaksikan siapa yangtelah ditangkap, anakku? Apakah benar ia adalah Nabi kita?Aku mengenal baik dirinya sejak di hari kelahirannya. Akujuga mengenal dekat ibundanya sejak sang putra dilahirkan. benar, pemuda yang ditangkap itu sangat miripdengan Nabi kita. Namun, bersabarlah sampai terkuakhakikatnya. Kita bicarakan mengenai hal ini nanti. Sekarang,kita harus segera mencari cara untuk bisa keluar istana. Waktukita hanya sebentar. Ibunda Maryam telah menunggumu. Ayo,segera bersiap-siap. Kita tidak lagi dapat tinggal lebih lama disini.” “Tapi, bagaimana mungkin aku kuat berjalan. Tubuhkusangat lemah.” “Aku akan membantumu anakku. Ayo, biar segera akuambilkan pakaianmu sembari bercerita kepadamu. Pernahkahkamu mendengar cerita hidup seorang dari Gendora bernamaMerzangus? Ah... banyak sekali hal yang sudah aku lihat, yangsudah aku alami...” Merzangus terus bercerita sambil dengan cepatmempersiapkan pakaian dan barang-barang yang bercerita mengenai masa lalunya dari satu topik ke topikyang lain yang berlalu bersama masa lalu Ibunda Maryam... Seolah-olah, apa yang diceritakan Merzangus adalahsebuah catatan harian. Sebuah catatan harian yang dia tulismengenai Ibunda Maryam... -o0o- Ksah Merangs Di antara makhluk di bawah bintang-bintang di langit,siapakah yang jauh lebih dekat kepada Allah daripada seorangyatim... Merzangus hidup sebatang kara. Tidak ada yang dia milikidi dunia ini selain langit yang memayungi dan hamparan bumiyang menjadi penyangga tempat berbaringnya. Tidak ada lagi seorang yang dapat ia panggil sebagai“saudara”, tidak pula seorang yang akan membantu danmelindunginya. Padahal, usia Merzangus baru delapan tahun. Ayah, ibu,keluarga, dan sanak saudaranya tewas dibantai para penyamunyang menjarah kampung halamannya. Untunglah, saat ituterjadi, Merzangus sedang diminta menimba air di sebuahsumur di kampung sebelah bersama teman-teman enam belas anak dan mereka menjadi yatim saat kembalike kampung tempat tinggalnya. Tak beberapa lama, datanglah sekelompok penunggangkuda dari Gendora. Merekalah yang kemudian mengumpulkananak-anak yatim ini untuk dibawa menempuh perjalanan dua sampai ke pusat kota Gendora. Pembantu wali Gendoramemerintahkan agar mereka ditempatkan sementara di pantiasuhan. Tempat sementara agar dapat mandi, menyisir rambut,dan mengganti pakaian sebelum adat diberlakukan. Pegawaikerajaan akan menyebarkan berita ke seluruh pelosok untukmengumumkan nama-nama para yatim. Jika dalam waktusepuluh hari tidak ada keluarga yang mendapatkan mereka,anak-anak yatim itu akan dibawa ke pasar budak untuk dijualkepada siapa saja yang mampu memberikan uang palingbanyak. Dua kali dalam satu tahun diadakan pesta hiburanbertepatan dengan pertengahan bulan. Para pemain musik,tukang sulap, pedagang, peliput berita, pemain teater, dankelompok sirkus berdatangan dari berbagi penjuru untukikut meramaikan pesta rakyat. Pada hari akhir pesta itulahdiadakan acara “lelang yatim”. Para anak yatim akan diberipakaian baru, dirias, dan didandani untuk dipertontonkankepada para keluarga kaya atau pengusaha yang membutuhkanpembantu. Remuk hati Merzangus mendapati kejadian yangdialaminya dalam beberapa hari terakhir ini. Dalam kurunwaktu sekejap saja ia telah sebatang kara. Tidak tersisa lagiseorang pun dari keluarganya. Demikian pula kampunghalamannya. Kini, setiap orang telah menjadi kejam dan asingdalam pandanganya. Semua orang suka memaki dan berlakukasar terhadap dirinya. Bahkan, para pengurus panti asuhanjuga tega memisahkan dirinya dari teman-teman sekampunghalamannya. Mereka membenci kebersamaan di antarasesama anak yatim. Sejak saat itulah Merzangus paham bahwadirinya tidak boleh lagi mengharapkan bantuan dan belas orang lain. Ia pun mulai berpikir bahwa keberadaannyahanya untuk mengabdi, setia kepada seseorang yang akanmenjadi tuannya. Demikianlah kisah seorang Merzangus. Seorang anakyatim yang kini kenangan terakhir akan wajah teman-temandari kampung halamannya pun sirna sudah. Semua orangdi panti asuhan tidak saling bertegur sapa satu sama mereka tidak tahu akan jatuh ke tangan siapa setelahitu? Satu-satunya hal yang mereka tahu, barang siapa bersikapburuk terhadap keluarga kaya yang telah membelinya, ia akandisiksa, dicambuk, dan dipotong lidahnya. Demikianlah apayang diceritakan para pengasuh di panti asuhan. Bahkan, jikasemakin terus nakal, ia akan disuruh untuk menjadi pengemisdi pinggir jalan! Merzangus pun kerap terbangun di keheningan malamakibat mimpi buruk yang menghantuinya. Ia terbangundengan tubuh dipenuhi keringat dingin. Seakan-akan rasasakit masih terasa menyayat ujung lidahnya karena goresanpisau yang dilakukan orang-orang yang telah menebas leherkeluarganya. Remuk sudah hati Merzangus. Beban seberat meriamseolah-olah telah menindih tubuhnya yang kecil. Atau mungkin karena dirinya adalah seorang yatimsehingga beban itu terasa sedemikian berat baginya? -o0o- “Segera hentikan acara ini!” Demikian teriak seorang cendekiawan tua bernamaZahter sembari memukul-mukulkan tongkatnya, meneroboskerumunan warga. Kedatangannya langsung mendapatperhatian karena penampilannya sangat berbeda. Janggutpanjangnya hampir sampai ke perut. Warnanya putih. Dikepalanya terlilit serban putih yang sudah lusuh dan juga putih dan lusuh memanjang hingga ke orang yang melihatnya heran seraya memberi jalandengan perasaan takut. Rupanya, begitu memasuki Gendora dari pintuBesagaclar, cendekiawan yang sudah tua ini telah mendengarberita buruk. Untuk itulah ia bergegas menuju alun-aluntempat diselenggarakannya pesta rakyat. Setelah menempuhperjalanan panjang selama tiga bulan melewati padang sahara,ia akhirnya sampai, meski di penghujung acara. Begitu mendengar berita dari penjaga pintu gerbangbahwa warga telah berduyun-duyun memadati alun-alunkota untuk menyaksikan “lelang anak-anak yatim”, pedihsekali terasa hatinya. “Jangan sampai inilah yang membuatkumeninggalkan kampung nenek moyangku untuk pergi keGendora,” katanya dengan penuh amarah. Sejak enam bulan terjadi perubahan yang tidak sewajarnyadi langit. Sebuah rasi bintang bergerak tidak pada jalursemestinya. Padahal, di usianya yang hampir seratus tahun,ia belum pernah mendapati kejadian seperti itu. Sepanjangmendalami dan mengajarkan ilmu astronomi kepada parasiswanya, tak pernah ada teori yang menunjukkan perubahanarah bintang yang sedemikian tak beraturan. setiap tempat yang dikunjunginya, selalu terdengar keras pembicaraan-pembicaraan tentang berita kelahiran seorang yatim yang akan menjadi raja mereka. Setiap orang saling bertanya kepadanya apakah “Sudahtiba waktu kedatangan seorang yang akan menjadi raja bangsaYahudi yang baru?” Sepanjang sepuluh hari terakhir, Zahter mendapat mimpiyang hampir sama. Mimpi yang memaksanya menempuhperjalanan panjang melewati padang pasir yang sebenarnyabukan hal yang mungkin ia tahan di usianya yang telah hampirmencapai seratus tahun itu. Mimpi buruk yang sama selalumenjumpainya hampir setiap hari, yang selalu membawanyake negeri para leluhur, yaitu Gendora, yang telah dimakan kobaran api itulah terdengar suara seorang yang tidakjelas rupanya. Namun, jelas terdengar di telinga apa yangdiinginkanya. “Hentikan... Segera hentikan!” -o0o- Berarti, kejadian inilah yang dimaksud dalam mimpinya... Sembari memukul-mukulkan tongkatnya ke tanah, Zahterberteriak dengan sekeras-kerasnya. “Hentikan!” “Segera hentikan lelang anak yatim ini!” pedagang budak memberi salam dengan penuhrasa hormat kepada Zahter. Sebenarnya, menurut adat yangberlaku, “lelang anak yatim” adalah hal yang lumrah. Hanyaitulah cara yang mereka lakukan agar anak yatim mendapatkanpengasuh. Jadi, ia tidak mengerti mengapa Zahter tiba-tibamarah dan meminta agar acara lelang itu segera dihentikan. Zahter lalu memandangi satu per satu anak yatim yangsedang dipertontonkan. Setiap anak yatim yang ada telahmendapati kerabat dekat maupun jauh yang akan menjadipengasuhnya. Hanya tinggal satu anak yatim yang tidakmendapati kerabatnya. Tidak ada orang yang dekat dengan Merzangus. Sesuaidengan peraturan, siapa yang mampu membayar denganjumlah uang paling banyak, ia berhak Zahter datang tepat waktu. Dengan menggantisatu keping uang emas untuk setiap tahun usianya, Zahtermemberikan delapan keping emas kepada pengasuhMerzangus. Ternyata, untuk inilah Zahter harus datang ke hatinya sudah tenang. Ia dekap erat Merzangus yangmasih kecil dengan penuh kasih-sayang. “Setelah saat ini, engkau adalah siswaku yang paling kecil,”katanya. Tibalah saatnya untuk melanjutkan perjalanan. Zahtermemberikan kotak berisi buku, pakaian, dan perbekalankepada Merzangus. Mereka berdua duduk bersama di ataspunggung unta dengan pelana yang di atasnya diberi perjalanan yang hendak mereka tempuh. Sesekali merekaberhenti untuk beristirahat dan mempersiapkan makanan. -o0o- akan pergi ke mana, Kakek?” Zahter tidak mau menjawab pertanyaan itu. Iamengalihkannya dengan bercerita hal lain. Berceritabagaimana caranya seseorang membuat rumah. Bahan apasaja yang dibutuhkan agar dinding rumahnya dapat kokoh. “Mengapa langit sedemikian luas, Kakek?” Zahter langsung mengambil tongkatnya untuk membuatgambar segitiga di atas pasir. “Coba perhatikan gambar ini. Namanya adalah bangunsegitiga. Jika dibuat garis lurus, segitiga ini akan terbagimenjadi dua bagian yang sama. Kemudian....” “Kakek, mengapa malam sedemikian lama?” Jawabannya? Lagi-lagi tidak ada... Semakin Merzangus melangkahkan kakinya, ia rasakanseolah-olah dunia ini semakin licin bergulir, semakinmengguncang jiwanya. Namun, setiap kali Merzangus merasa sedih, setiap kaliitu pula Zahter mencari cara untuk mengajarinya sesuatu. Iaajari bagaimana berhitung dan membaca. Kadang, ia berikanlembaran-lembaran suhuf Nabi Idris yang ia bawa dariHabasyah. Atau, ia ajarkan nama-nama tumbuh-tumbuhandan mengenali berbagai rasi bintang di angkasa. Kembali Merzangus menangis. Zahter pun mencari caralain untuk membuatnya melupakan masa lalunya denganmengajari matematika, kimia, astronomi, huruf, puisi, danmenghafal nama-nama tumbuhan obat. Keduanya mengertikalau semua ini adalah cara aneh yang mereka temukan untuktetap bahagia di belantara padang sahara. demikian, tetap saja jiwa Merzangus yang masihberusia delapan tahun begitu sedih ketika teringat kembalidengan keluarganya yang tewas akibat dibantai parapenyamun. Setiap kali Merzangus menangis, Zahter hanyadapat berusaha membuatnya bahagia dengan mengajaknyabelajar, mengambar bangun ruang di atas hamparan tanahberpasir. Demikianlah kehidupan mereka berlalu di sepanjangperjalanan padang pasir yang siangnya panas menyala danmalamnya dingin membeku. “Perjalanan kita masih sangat jauh!” kata Zahter Berjalan dan terus berjalan. Meninggalkan kenangan dankepedihan jauh di belakang. Sampai saat usianya mencapai sembilan tahun, jadilahMerzangus seorang bocah yang pandai membaca danmenuliskan suhuf-suhuf Nabi Idris , menghafal danmelantukan doa dan puji-pujian yang terdapat dalam Taurat,mampu menggambar dan menganalisis peta angkasa, dapatmemacu kuda dengan kencang, bahkan mahir menggunakanpedang. Setiap orang pun terheran-heran saat melihatnya.... -o0o- Pengembaran Merangs Merzangus dan Zahter telah melanjutkan perjalananmenuju ke kota al-Quds. Genap satu setengah tahun keduanyahidup dalam perjalanan. Mereka menyusuri hamparanpadang pasir, mendaki bukit berbatu, serta menerobos kotadan kampung yang amat jauh dari kampung halamannya. Dalam kurun waktu itu, Merzangus pun menjadi terbiasadengan padang sahara. Bahkan, ketika berjalan meninggalkansuatu kota atau perkampungan menuju padang pasir,Merzangus mengira perjalanan itu menuju ke rumahnya. Dan al-Quds. Kota seperti apakah dia? Begitu kuat kota ini menarik Merzangus dan kakeknyabagaikan kutub magnet. Kembali perjalanan mengantarkan mereka padakehidupan di tengah-tengah padang pasir. Siang udara panasmembakar, sedangkan malam cuaca begitu dingin. Meski ditengah-tengah lautan pasir yang tak berujung itu Merzangustidak tahu cara menemukan arah perjalanan, Zahter yakindapat mengenalinya dengan melihat bintang-bintang di langit memerhatikan deretan gunung yang sesekali menghilangdari kejauhan. Kini, Merzangus sudah terbiasa untuk pindah dari satutempat ke tempat lain. Melakukan perjalanan jauh denganmendadak sehingga harus mengemasi barang-barangnyayang hanya diperlukan saja dengan cepat sudah bukan halyang membuatnya takut seperti waktu dulu. Dalam waktu singkat, kehidupan Merzangus memangtelah terguncang tidak keruan. Ia mendapati dirinya saat masihberada di kampung halamannya dan di panti asuhan yangsebatang kara, seperti segenggam rumput yang terombang-ambing di tengah-tengah lautan. Namun, setelah saat ini,Merzangus sudah tidak begitu kaget lagi dengan kehidupanyang akan dialaminya. Bahkan, desir embusan angin menyapupermukaan padang pasir terasa begitu menenangkan hatinya,laksana suara seseorang yang sedang bercerita kisah-kisahpurba kepadanya. Waktu tampak diam di padang pasir. Kemarin dan esokseolah bertemu dalam saat yang sama. Semua orang akandipaksa terbiasa hanya memikirkan sesaat yang sedangdialaminya. Sementara itu, Zahter ibarat pantai berair yang sejukpenuh dengan perhatian serta kasih sayang yang akan menjaditempat berlabuh setiap waktu. -o0o- “Setelah dari Damaskus, masih ada tiga persinggahan lagiyang harus kita lalui untuk sampai ke al-Quds,” kata Zahter. beberapa jam tidur dalam keheningan malamyang dingin, Zahter mengaduk-aduk makanan yang tersisadalam kantong perbekalannya. Hanya ada sisa-sisa roti keringdan beberapa helai daun salam. Zahter menyalakan memasukkan roti kering dan daun salam itu ke sebuahpanci berisi air. Merzangus memerhatikannya dari kejauhansaat Zahter mengaduk-aduk dengan sebuah kayu kering. Dengan kecepatan berjalan kaki, mereka baru akansampai ke Kampung Baharat esok hari setelah siang. Karenawaktu sudah begitu larut dan juga kelelahan, Merzangussudah bersiap-siap tidur di samping unta sembari memainkantelingganya. Zahter yang masih terjaga memerhatikanwajahnya dengan saksama. “Sungguh, dia seorang yang penyabar dan kuat,” kataZahter dalam hati. Sejak pagi, keduanya belum makan apa-apa. “Wahai Zahter! Usiamu kini telah begitu tua. Mungkinsudah dekat waktumu meninggalkan dunia ini,” kembaliZahter berkata-kata dalam hati. “Jika aku mati, bagaimana nasib anak ini, duhai dia masih anak-anak dan sebatang kara. MohonEngkau berkenan jangan mencabut nyawaku sebelummenyerahkan anak ini ke orang yang bisa dipercaya, jikamungkin ini adalah perjalanan terakhir bagiku.” “Engkau bicara dengan siapa, Kakek?” “Dengan siapa lagi? Kakek sedang bicara dengan parawanita kecil di langit untuk meramal besok cuaca akan sepertiapa?” “Kakek bicara dengan wanita-wanita kecil yang tinggal diDubburu Akbar-kah?” bangun dengan wajah penuh senyum. Iamenunjukkan bintang kutub dan gugusan rasi bintang disekitarnya. Gugusan bintang-bintang itu tampak seperticangkir kopi di mata Merzangus. Ia kemudian menunjukDubburu Akbar yang ada di sebelah utara. “Bintang-bintang di langit, sungai, dan gunung-gunung dibumiadalahanugerahyangtelahdilimpahkanolehAllahkepadakita, Merzangus. Dengan memerhatikan keberadaannya, kitadapat menentukan arah jalan,” kata Zahter. “Tapi, Kakek. Engkaulah bintang, sungai, dan gunung-gunung itu bagiku. Jika engkau tidak ada, mungkin padangpasir yang luas ini sudah lama menelanku.” “Ah padang pasir...,” kata Zahter sembari menghela napas. “Padang pasir ternyata lebih baik daripada kebanyakanmanusia. Sungguh, telah Kakek dapati begitu banyak kota,perkampungan, dan masyarakat. Mereka jauh lebih keringdaripada padang pasir. Jauh lebih terik panasnya. Jauhlebih sepi dan kering daripada padang pasir. Waktu telahrusak, Merzangus. Umat manusia telah rusak. Ajaran telahdianggap usang oleh mereka. Perjanjian diinjak-injak dansumpah dilanggar. Berkhianat pada amanah telah menjadikebiasaan. Pandangan kedua mata mereka hanya tertuju padaketamakan, keserakahan. Harta benda dikumpul-kumpulkanhingga menggunung, namun rasa hormat mereka kikis tersisa lagi belas kasihan kepada anak-anak yatim,tetangga yang tidak mampu, atau para musair. Mungkinkarena semua inilah kita sekarang berada di tengah-tengahpadang pasir untuk menyusuri jejak berita gembira yangakan Allah turunkan sebagai penawar kehidupan yang sudahmenjadi padang pasir, mengering bagaikan sungai yang sudah ada lagi airnya. Apakah kamu paham dengan semua ini,Merzangus?” “Apa yang Kakek maksudkan dengan berita gembira?” “Usia Kakek sudah tidak akan panjang lagi di dunia ini. Namun, Kakek baru akan merasa tenang setelah menyerahkan dirimu kepada keluarga Imran di kota al-Quds. Setelah itu, engkau akan melanjutkan wasiatku untukmengadakan perjalanan jauh yang telah kakek tempuhsepanjang kehidupan ini.” “Namun, aku tidak mau berpisah denganmu, Kakek!” kataMerzangus sambil menangis sesenggukan. Merzangus lalu bangkit untuk memeluk kakeknya.... Zahter pun mengambil selimut untuk melindungibadannya yang masih kecil dari udara dingin. Ia membelaiwajahnya dan memberikan bubur roti yang masih panaskepadanya. “Minumlah ini agar badanmu hangat. Setelah itu, kamubisa tidur dengan lelap.” Keesokan hari, sebelum matahari terbit, mereka sudahmelanjutkan perjalanan. Seberapa pun jarak yang dapatmereka tempuh sebelum terik matahari mulai menyengatadalah suatu keuntungan. Inilah siasat perjalanan mereka ditengah-tengah padang pasir. Begitulah keadaan dua satu berlangkah kecil dan satu lagi sudah terlalu tuasehingga langkahnya pelan. Namun, perjalanan yang dimulai 41
Maryam Bunda Suci Sang Nabi di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan.
Zakaria semakin heran ketika melihat buah-buahanmusim dingin berada di situ. Bahkan, buah-buahan yangnamanya belum pernah diketahuinya pun ada dalam nampantersebut. Baunya sangat harum, berwarna cerah, dan dalam usianya yang masih sangat muda waktu itu,Maryam telah berkata penuh hikmah kepada Zakaria yangsudah berusia lanjut. “Jika berkehendak, Allah kuasa melimpahkan rezeki yangtidak terbatas...” Ya, sungguh benar apa yang telah Maryam katakan. Segalanya harus diminta dari sisi Allah. Dialah Zat yangperbendaharaan kekayaan-Nya tiada berbatas dan tidakmungkin berkurang. Sungguh, Maryam adalah putri yang mulia dengan kata-katanya yang penuh hikmah. Sebenarnya, hakikat yang didapati Maryam bersumberdari ajaran Nabi Zakaria. Kini, kepribadian mulia yang adapada diri Zakaria telah berkembang, pecah menjadi Zakaria pun mengangkat tangan untuk berdoa kepadaAllah agar dikaruniai keturunan yang juga berhati muliaseperti Maryam. Maryam sangat jarang bicara. Dirinya selalu bergegasuntuk kembali mendirikan salat dan memperbanyak zikirkepada Allah. Nabi Zakaria yang melihat kepribadian Maryamini tak kuasa menahan tangis. Ia berucap syukur kepada Allahdalam lantunan doa. Sungguh, Maryam memang hamba yang mulia. Diaibarat bunga yang terjaga dengan sempurna sepanjang hari,terutama di waktu malam yang digunakannya untuk selalubertasbih kepada Allah. dirinya dikarunia seorang putra yang muliaseperti dirinya... Demikianlah suara lembut hati Zakaria untuk berdoakepada Tuhannya.... “Yang dibacakan ini adalah penjelasan tentang rahmatTuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkalaia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Iaberkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dankepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewadalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnyaaku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedangkanistriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah akudari sisi Engkau seorang putra yang akan mewarisiku danmewarisi sebagian keluarga Yakub; dan jadikanlah ia, yaTuhanku, seorang yang diridai.” Maryam 19 2-6 Kemudian, Zakaria berpamitan dengan Maryamuntuk kembali membuka dan menutup semua pintu serayakeluar dari mihrab. Saat Nabi Zakaria berjalan di dekat tempat pengumpulankurban, ia kembali melihat seorang pemuda berpakaian putihyang sedang menunaikan salat. Dengan cepat, Zakaria melangkahkan kaki mendekati pemuda itu. “Mengapa di malam yang gelap gulita ini pemuda itusudah berada di sini? Bagaimana dia bisa memasuki ruanganini? Tidak ada orang lain di tempat itu. Lantas, bagaimana diatiba-tiba bisa masuk?” pikir Nabi Zakaria. Saat itulah sang pemuda yang tidak lain adalah MalaikatJibril itu berseru kepada Zakaria . Zakaria, sungguh Kami memberi kabar gembirakepadamu akan beroleh seorang anak yang namanya Yahya,yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orangyang serupa dengan dirinya.” Maryam [19] 7 Zakaria pun kaget seraya berlindung kepada segera mengucapkan basmalah dan bergegas mendirikansalat. Suara yang baru saja didengarnya itu kini kembaliberseru kepadanya. Para malaikat memanggilnya ketika dia berdirimelaksanakan salat di mihrab. “Allah menyampaikan kabargembira kepadamu dengan kelahiran Yahya yang akanmembenarkan sebuah kalimat firman dari Allah, panutan,berkemampuan menahan diri dari hawa nafsu, dan seorangnabi di antara orang-orang saleh.” Ali Imran [3] 39 Seusai mendirikan salat, Zakaria mengangkat keduatangannya untuk kembali berdoa dengan hati yang palingkhusyuk. “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak,sedangkan aku sudah sangat tua dan istriku pun mandul?Berilah aku suatu tanda bahwa istriku telah mengandung.” Wahyu pun turun... Tandanya bagimu adalah bahwa kamu tidak dapatberbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali denganisyarat. Dan sebutlah nama Tuhanmu sebanyak-banyaknyaserta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” Zakaria hampir pingsan tertelungkup saat bersujud. Iapun melakukan sujud syukur atas kabar gembira itu. Kedua masih berdesing. Jantungnya juga berdebar-debarkeras merasakan wahyu yang baru turun. Dirinya telahmendapatkan limpahan nikmat yang sangat besar. Allah telahmenurunkan wahyu-Nya untuk memberikan kabar gembirayang telah bertahun-tahun dinantikannya dengan penuhharapan dan ratapan. Nabi Zakaria luluh dalam tangisan. Napasnya seakan-akantersendat. Ia luluh dalam tangisan sampai susah bernapasdalam tangisan disertai batuk yang tidak berhenti. Beberapasaat kemudian, suara tangisannya terdengar seperti seorangyang terjepit di antara dua pintu atau tertindih batu. Doa-doayang ia panjatkan seolah-olah telah mengeluarkan isi jantungdan hatinya. Tiba-tiba, dari dalam ruangan memancar seberkascahaya. Pada saat yang sama, Zakaria merasakan tubuhnyaditindih sesuatu yang sangat berat. Ia pun kemudian berusahamelonggarkan ikatan pada kerah bajunya. Tubuhnyakembali tertelungkup saat mencoba berjalan menuju ruangpersembahan karena lantai yang begitu dingin tersentuhkedua telapak kakinya. Nabi Zakaria pun menggigil sepertiterkena malaria. Ia tidak mampu berbuat apa-apa. Tak mampumembuka mulut untuk berteriak meminta bantuan. Tubuhnyaterus menelungkup dengan kedua kaki yang ia ganjalkan padaperut untuk menahan dingin yang semakin yang luar biasa. Bibirnya kini bergetar dengan gigi-gigi yang saling berbenturan. Dalam kondisi seperti ini, takada yang mampu ia lakukan kecuali mengucapkan kata Allahlewat getaran di bibirnya. Entah berapa lama Zakaria beradadalam keadaan seperti itu. Ia mencoba bangkit, namun selalukembali jatuh. kedua matanya dapat terbuka, hari sudah menjelangpagi. Ia pun berusaha bangkit dalam keadaan sekujur tubuhkuyup oleh keringat. Perlahan, ia mencoba membenahi jubahdan syalnya, serta beranjak kembali ke rumahnya. Al-Isya sangat kaget begitu membuka pintu untuksuaminya. “Apa yang telah terjadi, bagaimana keadaan Maryam?Mengapa terlambat begitu lama?” tanya al-Isya. Zakaria tidak menjawab berondongan pertanyaan seolah-olah terkunci dan lidahnya tidak lagi dapatberkata-kata. Seluruh kata tertelan ke dalam mulutnya. NabiZakaria tidak dapat berbicara. Kemudian, ia memberikanisyarat untuk diam dengan jari tangannya dan kemudianberanjak menuju kamar. -o0o- Genap tiga hari nabi Zakaria tidak keluar dari masih sama dengan hari pertama, terus menggigildan menangis sambil berzikir kepada Allah. Orang-orang yang datang ke rumahnya mengira dirinyasakit parah. Mereka pun panik dan khawatir. Namun, Zakariamemberikan isyarat dengan tubuhnya agar mereka jangansedih dan khawatir. Ia mencoba meyakinkan kerabatnyabahwa dirinya baik-baik saja. Tiga hari lamanya Zakaria dalam keadaan seperti itu. Yang keluar dari mulut Zakaria bukanlah kata-kata dankalimat. Tidak ada seorang pun yang memahami arti suaranyadalam napas yang terengah-engah, tersedak dalam juga sama sekali tidak berkenan makan maupun minum. al-Isya paham. Suaminya sedang menyimpanrahasia yang begitu luar biasa. Nabi Zakaria kembali jatuh pingsan setelah menyebutYaa Rabb!’ Begitu siuman, ia segera mengambil wudu untukmendirikan salat. Saat salat, ketika menyebut kata Ya Allah’,kedua kakinya gemetar sampai kemudian jatuh dalam isak yang sedu-sedan yang terdengar dari lafaz dari lafaz-lafaz zikir itu, hanya Allah dan Nabi-Nyayang tahu. Nabi Zakaria tenggelam dalam lautan zikir. Lidah dan kedua matanya tidaklah berucap dan melihatselain kekuasaan Allah. Nabi Zakaria memang seorang ahli zikir. Hatinya begitulembut. Ia telah mengorbankan seluruh hidupnya untukmerawat Maryam, keponakan dari istrinya. Sungguh, iaadalah seorang nabi yang penuh pengorbanan. Alim. sangat senang menunaikan salat. Tidak pernah sejenak punlupa dari berzikir kepada Allah. Namun, kondisinya saat ini luar biasa. Nabi Zakariaseolah-olah seorang hamba dari alam lain. Ia tidak berbicaradan hanya mengeluarkan suara yang menandakan cintanyakepada Tuhan tanpa seorang pun mengetahui maknanya. Sama seperti wahyu yang diberitakan, Zakaria tidakmampu berbicara dengan seorang pun. Tidak bisa berkatasepatah pun dalam bahasa dunia. Ia seolah-olah telah beradadalam dimensi dunia lain. Tidak ada lagi yang bisa diperbuatkecuali senantiasa berzikir. Zikir adalah salat, doa... Zikir adalah ingat dan mengingat, membangkitkan kembaliakal, membersihkan dan membuatnya menjadi kembali kini ia memusatkan semua titik fokusnya kepada Allah. seperti pergi ke luar. Menguak, melahirkan segalayang tersimpan dan terpendam sebagaimana melepaskanikatan kuda dari dalam kandangnya untuk dipacu sekencang-kencangnya. Bagi Zakaria, ia kini sedang berlari sekencang-kencangnya kepada Allah. Terkoyak dalam kerinduan kepada-Nya, seperti hempasan aliran sungai menerjang batu-batubesar dari ketinggian gunung. Dan zikir adalah melesat ke depan. Melesat dengankencang anak panah doa dan munajat yang terlepas daribusurnya menuju Allah. Setelah berada dalam keadaan yang begitu luar biasamenyimpan rahasia, Zakaria akhirnya kembali dapat berkata-kata dalam bahasa sehari-hari. Setelah menceritakan apa yangtelah dialaminya kepada al-Isya, sang istri pun dengan penuhkesediaan dan kesetiaan membenarkannya. “Engkau adalah hamba tercinta dari Allah yang senantiasamelaksanakan perintah-Nya. Seorang yang selalu melindungihak-hak anak yatim, yang hidup dengan kesahajaan, sertaberbuat baik terhadap kerabat, tamu, dan musair. Sungguh,apa yang telah diwahyukan kepadamu adalah sesuatu yanghak. Dan diriku telah mendengar, beriman, dan taat denganhal itu.” Betapa mulia diri al-Isya sebagai teman hidup seorangnabi. Gembira dengan penuh luapan kasih sayang Zakariamemandangi kedua mata istrinya yang memancarkankeimanan dan kesetiaan. Mereka pasangan yang baik, sahabatyang mulia, sempurna, dan senantiasa bersyukur kepadaTuhannya. -o0o- hari ketiga, Nabi Zakaria kembali berdoa kepadaAllah. “Duhai Allah, jika bukan sebuah kewajiban yang telahditindihkan di atas pundakku, niscaya diriku tidak akanmencoba berzikir kepada-Mu. Sungguh, diriku tidak mungkinkuat berzikir sesuai dengan keagungan-Mu. Jadi, bagaimanamungkin diriku akan mencoba melakukan hal seperti itu?Sungguh, dapat bertasbih kepada-Mu dengan sebenar-benarnya adalah kemuliaan yang paling agung. SemogaEngkau berkenan melimpahkan nikmat itu, duhai Allah!Dan sungguh, limpahan nikmat agung yang telah Engkauanugerahkan kepada kami tidak lain adalah mengalirkanlafaz-lafaz zikir kepada-Mu dalam lidah kami karena Engkautelah memperkenankan kami bertahmid, tasbih, bermunajat,dan memanjatkan doa ke haribaan-Mu. Sungguh, beribusyukur hamba haturkan ke hadirat-Mu, duhai Allah! DuhaiRabbi, semoga Engkau berkenan menyempurnakan limpahannikmat-Mu atas diri kami. Karuniailah kami anugerah untukselalu dapat mengingat-Mu, baik ketika sendiri maupun dalamkeramaian, saat siang atau malam, terang-terangan maupunsembunyi-sembunyi, dalam kenyamanan maupun kami seorang yang selalu beramal dengan hati yangbersih tanpa mengharapkan apa-apa. Ampunilah segala dosadan kesalahan kami. Janganlah Engkau menimbang kesalahan-kesalahan kami dengan neraca timbangan yang terlalu jeli! Duhai Allah! Para hamba-Mu yang berhati bersih selaluterikat dengan cinta dan kasih-Mu. Sungguh, hati hanya akanmendapati ketenangan dan mencapai kedalaman denganmengingat-Mu. Demikian pula rasa dan nafsu hanya akanmendapati kepuasan, bahkan mencapai kemuliaan, ketika diri-Mu. Engkaulah Zat yang akan membuat setiapmakhluk senantiasa bertasbih di mana pun dan kapan juga yang disembah pada setiap masa. Tidak ada awaldan akhir bagi keberadaan-Mu. Engkaulah Yang Mahaawaldan Mahaakhir. Tuhan yang dipinta dalam setiap bahasa,dalam setiap pujian dan doa. Ya Rabbi! Jika sampai saat ini diriku pernah menyangkaadanya hal yang lebih menyenangkan dan menggembirakanselain dari berzikir mengingatMu, jika saja diri ini pernahmerasa adanya ketenangan pada hal selain diri-Mu, pernahmencari kedekatan selain dari mendekatkan diri kepada-Mu,pernah menyibukkan diri dari taat kepada-Mu maka sungguhdiri ini bertobat atas semua itu. Sungguh, diri ini tobat serayamemohon ampunan dari sisi-Mu!” Luluh Sang Nabi yang setia dalam linangan air mata... -o0o- Setelah berpuluh-puluh tahun kemudian, al-Isya pun mengandung. Nama bayi yang dikandungnya telah ditetapkan jauhsebelum sang bayi berada dalam kandungan Yahya. -o0o- Lngt pn Bergerk Peristiwa yang terjadi dengan Maryam ikut disaksikanlangit dengan sebuah kejadian yang besar. Para ahli astronomidi Harran menyatakan hal tersebut. Saat itu, langit menunjukkan kejadian luar biasa. Yupitermuncul dari sebelah timur rasi bintang Aries. Pada waktu yangbersamaan, bulan juga berada pada lingkaran rasi bintangAries, yang kemudian bergerak menuju ke arah secara tiba-tiba, Yupiter juga bergerak mengarahke rasi bintang Aries. Setelah menetap selama beberapahari, Yupiter bergerak mendekati bulan. Keadaan seperti itutentu saja menggemparkan. Menurut perhitungan para ahliastronomi, posisi bulan dan Yupiter yang seperti itu akanmenyebabkan tabrakan dahsyat. Kiamat pun bisa terjadi. Sungguh tidak aneh jika mereka merasa khawatir. Apalagi,Matahari dan Saturnus juga secara mengejutkan telah beradapada lingkaran Aries. Namun, saat para ahli astronomi memperkirakan tabrakandahsyat antara bulan dan Yupiter akan terjadi, secara tiba-tiba Yupiter berbalik arah menuju belakang lingkaran bintang sehingga hati para ahli astronomi dipenuhi akhirnya, Yupiter kembali kepada garis edarnya di antaraplanet-planet. Namun, sebuah peristiwa yang dialami ilmuwan mudadari madrasah Harran yang bernama Keldani Urpinasy telahmenimbulkan desas-desus dan gunjingan di saat Yupiter mengalami pergerakan kembali pada garisedarnya, Urpinasy bersama dengan sahabatnya dari Arab yangbernama Ismail Alawi dan Efridun Hurmuzi yang dari Persiasedang menggambar peta angkasa. Entah apa yang telahterjadi, kedua mata Urpinasy tiba-tiba buta. Meski seorangdokter bernama Revaha Nejrani telah menyampaikan bahwakebutaan itu bersifat sementara, gosip dan gunjingan tetapmenyebar ke mana-mana. Para guru dari madrasah ilmu astronomi berkata bahwakejadian itu adalah bentuk hukuman akibat melampaui batassaat ingin mengetahui sesuatu. Wajarlah jika ilmuwan mudaitu mendapatkan kutukan dari roh jahat. Sementara itu, para ustaz yang berpegang teguh padaitikad dan keimanan yang hanif menyatakan bahwa hanyaAllah yang menjadi satu-satunya penguasa untuk memberikanhukuman, sedangkan setiap makhluk, seperti roh jahat, samasekali tidak memiliki kewenangan menghukum. Lebih dari itu,melihat kejadian luar biasa di angkasa dan juga peristiwa yangdialami Urpinasy, mereka yakin bahwa semua itu merupakantanda-tanda hari kiamat telah semakin dekat. Bukankah memang demikian? Ilmu sudah tidak lagi dihargai, kemaksiatan dan dosamerajalela, serta orang-orang suci dan tidak bersalah diusirdengan paksa dari tanah kelahirannya. Bahkan, para nabi menyeru dan membimbing umat manusia kepada jalankebenaran pun mereka bunuh. Semua kejadian itu telahmembuat seorang ustaz bernama Berra bin Urkusyi yang telahberusia seratus tahun lebih menyendiri atau beruzlah di balikjeruji besi. Sungguh, semua tanda itu telah menggambarkanhari kiamat semakin dekat, mungkin tinggal beberapa saat lagi. Di sisi lain, Ismail Alawi, Efridun Hurmuzi, dan Urpinasysangat tahu bahwa yang membuat mata mereka buta karenaterkena cahaya menyilaukan adalah pergerakan bintangberekor. Menurut Alawi, sesuai dengan kisah Arab kuno, bintangberekor itu dinamakan Bintang Betlehem meski seorang kepalamadrasah ilmu astronomi bernama Hezarfen Taki Rafeti yangterkenal skeptis telah menolak mentah-mentah pendapat inikarena dapat mengganjal upaya-upaya penelitian akademis. Hurmuzi kemudian mengingatkan perihal ujian lisandi bulan depan sehingga menyarankan sahabatnya tidakpernah menyinggung tentang cerita-cerita kuno. Hal itudapat membuat para ustaz yang menguji tes lisan naik Alawi pun setuju sehingga cerita kuno tentang bintangBetlehem hanya menjadi rahasia di antara mereka bertiga. Meski buta sementara yang diderita Urpinasy telahsembuh, pengaruh khayalan selama sakit tidak juga kunjunglenyap dari angan-angannya. Selama sakit, Urpinasymendengar seruan tentang kedatangan seorang raja yangdapat menyembuhkan orang-orang sakit, memulihkan orangbuta, menyembuhkan kusta, hingga kemudian dirinya akandiangkat ke langit. Ia juga mendengar bahwa dirinya harusmengikuti pergerakan bintang berekor itu ke arah Betlehemuntuk mengikuti jejak sang raja. menyelesaikan ujian akhir tahun, ketiga pemudaitu memutuskan mengikuti jejak bintang berekor itu. Merekamenghadap para ustaz di madrasah ilmu astronomi danmeminta izin mengadakan perjalanan ke arah Suriah untukmengunjungi saudaranya. “Kita semua harus menyuguhkan dalil berupa hadiahkepada sang raja yang ditunjukkan bintang ekor itu,” kataUrpinasy. Ini adalah adat, kebiasaan kuno yang sangat pentingdalam kelahirannya di tempat para penyembah api. Teman-temannya yang lain juga menerima pemikirannya ini. Salingmemberikan hadiah adalah hal mulia. Sesuai dengan mimpi Urpinasy Hurmuz Efridun akan memberikan emasnya’; UrpinasyHovhannes membawa tanaman murrusafi; dan Ismail Alawimengajukan kendir untuk diberikan kepada raja yang akandilahirkan sebagai sebuah dalil dan penghormatan. Hurmuz berkata, “Karena dia adalah tuan bagi semuamanusia, seorang yang paling terkemuka dan mulia, aku akanmemberikan hadiah yang paling mulia pula, yaitu emas.” Tak ketinggalan, Urpinasy berkata “Karena sang raja iniakan menyembuhkan banyak orang sakit, memulihkan kembalipenglihatan orang buta, aku memilih tanaman murrusafi yangmengandung banyak khasiat dan cepat menyembuhkan sebagai dalil dariku.” Ismail Alawi menambahkan, “Karena sang raja akandiangkat ke langit, aku akan memberikan hadiah berupakandir, yang ketika dibakar asapnya paling cepat terangkat kelangit.” raja yang dimaksud tidak lain tidak bukan adalah Isa . Mereka tidak tahu dan hanya sebatas mengejar rasa ingintahu. Mereka terus berjalan menyusuri arah bintang yangmereka amati dengan teropong. Setelah tiga bulan kemudian,mereka telah sampai ke kota al-Qudds. Pakaian dan logat bicara yang sangat berbeda membuatsemua orang memerhatikan mereka. Lebih-lebih, merekaberdialog menggunakan bahasa Latin. Tak pelak, para penjagakeamanan langsung membawa mereka ke hadapan sang rajauntuk memastikan kemungkinan mereka adalah utusan rajadari Roma. Kini, mereka telah berada di depan penguasa al-Quds,yaitu Raja Herodes. “Yang mulia. Kami adalah ahli astronomi yang datang kekota Anda dari Harran dengan melewati Damaskus. Kamisedang mengikuti arah pergerakan bintang berekor. Orang-orang Arab menamakannya bintang Betlehem. Sesuai dengankitab suci yang kami pelajari di madrasah Harran dan jugadari kitab suci yang diyakini karya Nabi Danial, pada masayang dekat akan lahir raja yang memiliki kelebihan ruhaniluar biasa. Kedatangan kami ke sini adalah untuk mencarijejak raja itu,” kata Efridin Hurmuzi mengawali diplomasinyadengan keulungan gaya Persia. menyimak penuturan itu, perhatian sang rajatertuju kepada Zakaria dan keluarganya. Selama ini,Zakaria dianggap masyarakat sebagai nabi dari kaum BaniIsrail. Dalam diri dan keluarganya sering terdengar hal-halluar biasa yang mendekati apa yang telah disampaikan paraahli astronomi itu. Sang raja pun tak luput dari ingin memanfaatkan para pemuda ahli astronomi itu untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan mengusut keberadaan seorang bayi yang disebut-sebut akan lahir sebagai raja itu. Herodes berencana secepat mungkin mengakhiri nyawabayi itu. Herodes lalu menerima dan menyambut ketiga pemudaahli astronomi itu dengan baik. Ia berharap mereka dapatsegera menunjukkan jejak seorang bayi yang nantinya akanmenjadi lawan posisinya sebagai seorang raja. “Silakan makan dan minum sepuasnya. Anda sekalianadalah tamuku,” kata Herodes. “Jika nanti kalian telah menemukan sang raja yangdimaksud, segera beritahuku sehingga kami dapat segeramemberikan penghormatan dan pengabdian yang semestinyadilakukan. Dengan demikian, rakyat kami dapat mengambilmanfaat dari keahlian dan ilmu Anda sekalian.” Setelah bicara untuk beberapa lama, Herodes segerakembali ke dalam ruangannya tanpa sedikit pun ikut makan. ahli astronomi itu memang diberikan kebebasanseluas-luasnya untuk mengadakan perjalanan dan penelitiantanpa mengalami sedikit pun hambatan dan larangan. Namun,di balik semua itu, tanpa mereka sadari, sang raja juga telahmenyebar mata-mata untuk selalu mengikuti setiap gerakanmereka. -o0o- nugerah uar Bisa Dalam waktu yang singkat, Maryam telah memikat hatisetiap orang. Ketakwaan dan doa-doa yang senantiasa iapanjatkan telah menebar kasih sayang kepada semua malam Maryam mengunjungi orang-orang yangmenderita sakit untuk berbagi penderitaan bersama denganmereka. Maryam menyeka kening mereka dengan kain yangdibasahi air hangat dan tak lupa mendoakan yatim juga selalu menunggu-nunggu kedatanganMaryam. Mereka akan saling berebut memegangi tangannyadan tidur di atas pangkuannya. Maryam juga sangat mencintaimereka. Maryam akan membelai dan menyisiri rambutmereka, membasuh muka mereka, serta berbagi segala yang iamiliki, seperti roti kering maupun setandan anggur. Maryamseakan-akan menjadi seorang perawat bagi masyarakat miskindan lemah. Ia selalu mendatangi rumah setiap orang yangmembutuhkan ketenangan jiwanya yang begitu luas. tinggal di dalam mihrab, Maryam selalu mendapatkan berbagai anugerah luar biasa. Ia kerap mendengar suara-suara, yang tak lain adalah suara malaikat yang sedang berbicara dengan Maryam untuk menyampaikan perintah Allah. Nabi Zakaria juga seorang yang sering mendengar suaraseperti itu. Perbedaannya, karena Zakaria seorang nabi,malaikat dapat berbicara dengan wujud seorang manusia,sementara Maryam hanya mendengar suara. KemampuanMaryam mendengar suara para malaikat inilah telahmenjadikan dirinya dijuluki Muhaddasa. Para rasul dan nabi mampu melihat malaikat yangmembawa wahyu atau bermimpi bersama para malaikat yangmembawa wahyu. Sementara itu, para muhaddasa mampumendengar suara para malaikat yang membawakan wahyukepadanya. Suara itu berkata seperti demikian... “Wahai Maryam! Allah telah memilihmu.” Suara ini terdengar semakin menggema memenuhi mihrabtempat Maryam berada. “Allah telah memilihmu, dengan menciptakanmu begitusuci. Ia telah memilihmu di antara semua wanita di dunia!” “Wahai Maryam. Taatlah kepada Tuhanmu.” “Sujud dan hormatlah kepada Tuhanmu!” “Terhadap orang-orang yang rukuk kepada-Nya, ikutlahkamu rukuk.” ini kian hari kian menggema. Cahaya nuraniyang dipancarkannya memenuhi seisi mihrab. Setiap kalimenggema, suara itu memantul begitu harmonis ke arahdinding-dinding mihrab sehingga menjadikan hati Maryamhanyut dalam perasaan yang begitu lain. Sebuah perasaan yangbelum pernah dirasakan sebelumnya. Karena itu, dalam diriMaryam muncul keringanan untuk segera melaksanakan apasaja yang diperintahkan wahyu itu dengan penuh semangatdan penghambaan. Peristiwa yang dialaminya pada akhir-akhir ini telahmembuat Maryam semakin rajin beribadah. Maryam makinberlama-lama diri, rukuk, dan sujud dalam salat sehinggapergelangan kakinya mulai bengkak. Anehnya, ia sendiri tidakmerasakan kelelahan sama sekali. Sering Maryam tidak bangkit dari sujud sampai berjam-jam. Seolah-olah kening Maryam semakin luas, meninggi menggapai percikan cahaya Ilahi. Kening Maryam yang terangkat luas dan tinggi... Kedua tangan Maryam yang terangkat luas dan tinggi... Adalah tanda awal dari seorang anak yang dikurbankankepada Tuhannya... Demikianlah kening dan tangan Maryam menjadi begituterang bercahaya karena terus bersujud. Dalam perintah “Terhadap orang-orang yang rukuk kepadaTuhannya, engkau juga ikut rukuk”, Maryam memahami kalaudirinya harus ikut berdoa dan mendirikan salat dengan paraalim di Baitul Maqdis. menjelang Hari Raya Mawar, dengan sembunyi-sembunyi Maryam ikut salat bersama dengan para berada di barisan paling belakang di kubah Sahra perintah wahyu yang ia dengarkan, keinginanMaryam semata-mata hanya untuk dapat rukuk dan sujudbersama dengan para alim. “Sujud bersama dengan orang-orang yang sujud....” Namun, sesuai dengan perintah para rahib Baitul Maqdis,wanita dilarang memasuki kubah Sahra Suci yang terletakdi sebelah timur tempat amanah-amanah suci masuk, mendekat saja kaum wanita dilarangkeras. Dengan perintah Ilahi, Maryam telah mendirikan salatberjamaah di Kubah Suci itu seraya mengakhiri larangan danhal yang dianggap tabu oleh peraturan selama ini. Para rahib yang melihat Maryam berada di sana menjadimarah besar. Mereka dengan tega mengusir dan menyiksaMaryam dengan tindakan yang sangat kejam. Maryam telah diputuskan menerima hukuman yangberat. Semua orang yang tidak terima dengan apa yangdilakukannya ini telah meminta agar hukuman yang diberikanadalah mati. Begitu mendengar keributan, Zakaria langsung berlarimenuju tempat para rahib berkumpul untuk memutuskanperkara. Saat Nabi Zakaria menyampaikan bahwa Maryamtelah mendengar suara yang telah memerintahkannya untukberibadah secara berjamaah, kemarahan dan penghinaansemakin bertambah. Mungkinkah seorang wanita, apalagi masih bocah,mendengarkan suara dari Ilahi? Mungkinkah ia mendapatkanwahyu dari Allah? Mungkinkah malaikat memberikan ilhamkepadanya? Mungkinkah semua ini terjadi? Ketika ada begitubanyak orang yang telah mengabdikan seluruh hidupnyadi jalan Allah sampai rambut janggutnya memutih semua,bagaimana mungkin malaikat memberikan wahyu kepadaseorang bocah? Belum cukupkah Zakaria yang menyatakandirinya sebagai nabi sampai-sampai Maryam juga menerimawahyu? Keributan semakin meluas. Semua orang bicara dengannada keras penuh kemarahan, seolah-olah sudah tidak kenalkata ampun lagi. “Apakah engkau sadar dengan apa yang engkau ucapkanwahai Zakaria? Mungkinkah Allah berirman kepadawanita?” “Apakah kamu sekarang ingin menyatakan persamaanantara wanita dan laki-laki, wahai Zakaria?” “Bukankah engkau mengetahui syariat Musa wahaiZakaria?” “Bagaimana engkau bisa lupa bahwa dalam syariat Musawanita dilarang memasuki Kubah Suci?” “Sungguh, engkau adalah orang yang telah keluar darisyariat. Hukuman yang layak bagimu adalah mati.” Demikianlah mereka menghina dan mengancam Zakaria. “Semua ini,” kata Nabi Zakaria “adalah syariat milik kaliandan bukan syariat Musa !” “Tapi... syariat ini telah selama bertahun-tahun menyatukankita dan mengatur kehidupan kita!” sergah Mosye “Syariat kamu sekalian telah jatuh untuk berbuatkezaliman,” lanjut Zakaria. saja kalian berkata syariat. Padahal, yang seharusnyaadalah melihat hati kalian, wahai saudara dan para putrapamanku. Sungguh hati, kalian sudah berkarat, sudah tidakada lagi rasa belas kasihan dan iba. Kita saksikan rakyat beradadalam kemiskinan, kelaparan, sakit, dan menderita bebanpajak yang begitu berat. Coba sekarang tolong kalian katakan,di mana syariat yang kalian sebut-sebutkan itu? Denganmengatasnamakan syariat, kalian mengumpulkan harta darikurban dan persembahan. Namun, apa yang kalian lakukanselain hanya menyalakan perapian suci? Inikah yang kaliansemua sebut-sebut sebagai syariat? Padahal, tidakkah Yahovatelah berkata dalam Taurat? Aku mencintai kasih sayangdan kedekatan, bukan daging kurban. Aku menginginkanmuagar mengenal Allah bukan bagaimana memegang api oborperibadatan.’ Lalu, sekarang apa yang telah terjadi dengan hatikalian? Tidakkah kalian mendengar apa yang telah Yahovakatakan? Aku menginginkan masyarakat yang kesadaranmereka senantiasa mengalir di dalam jiwa sebagaimana airmengalir. Keadilan mengalir seperti aliran sungai yang tidakpernah mengering.’ Anak-anak yatim dan para wanita janda terpaksa harusmeminta-minta untuk dapat mengisi perut mereka. Kaumfakir miskin tidak mampu mendapatkan pakaian. Sampai,orang-orang telah mulai meninggalkan al-Quds untuk mencaridaerah yang dapat memayungi kehidupan mereka dengankeadilan. Namun, kalian masih juga menikmati kehidupanyang penuh dengan kenyamanan serta terus mendakwahkansyariat. Sungguh, aku khawatir sekali dengan jiwa kasih sayangyang telah hilang dari dalam jiwa kalian. Dan sungguh, kaliantelah merugikan diri kalian sendiri.” Baitul Maqdis masih bergema dalam seruan lantangNabi Zakaria. Namun, hati mereka membisu dan tuli sebagaimana bisudan tulinya bebatuan. Bahkan, mereka telah meminta Maryamdan Zakaria dihukum dengan kematian... Dalam keadaan seperti ini, bagaimana mungkin Maryamakan tetap bertahan di Baitul Maqdis? -o0o- Trn kpada Marym Tirai Ketika mulai tumbuh dewasa, Maryam menyelimutiseisi mihrabnya dengan tirai. Tirai itu pula yang membatasiZakaria dan Yusuf sang tukang kayu saat berkunjung danberbicara dengannya. Padahal, sewaktu kecil, Maryam selalu menantikankedatangan Yusuf. Tukang kayu itu kerap membawakanmainan dari tempurung kemiri yang dicat warna-warnioleh Merzangus. Bahkan, Yusuf juga membawakan anakkucing atau burung yang menjadi kesukaan Maryam. Ia akanmenyimpannya rapat-rapat di dalam keranjang untuk dibawake dalam mihrab. Bersama dengan Maryam, Yusuf membawakan kendiuntuk diisi air pancuran dari pelataran masjid. Yusuf jugasering membawakan mainan berbentuk mahkota yang terbuatdari rangkaian bunga kering atau rajutan benang. Tidakpernah Yusuf datang ke mihrab tanpa membawa sesuatu yangdapat mengambil hati Maryam. tirai itu menyelimuti seluruh ruangannya, terbesitdalam benak Yusuf bahwa Maryam telah menginjak usiaremaja. Ini bukan semata-mata tirai. Ini juga menunjukkanperjalanan rohaniah Maryam yang membedakannya denganmanusia lain untuk lebih mendekatkan diri kepada kuat penghambaan Maryam, semakin terpisah jauhdari himpitan-himpitan benda dan segala yang berbau pun mampu menyusup dan lolos darinya. Maryam adalah seorang yang berlari kepada Allah. Bagi manusia umum, tirai tampak sebagai sebuahpenghalang. Bagi Maryam, ia adalah sebuah jalan, tataranyang akan mengantarkannya kepada ketinggian kedudukanyang lebih mulia. Maryam adalah pejalan yang telah mengarungi perjalanan menuju Allah. Tirai adalah isyarat bagi manusia yang berada dibelakangnya. Ia ibarat lentera, cahaya penunjuk jalan. Tirainyaadalah isyarat bagi Maryam. Tapak kedua kakinya adalahtanda penunjuk jalan bagi setiap manusia yang akan mengikutijejak di belakangnya. Laksana sebuah mercusuar cahaya yangmemberi petunjuk arah bagi kapal yang sedang mengarungilautan kelam. Begitulah tirai Maryam. Ia akan menunjukkanjalan bagi setiap pejalan Rabbani, pemberi tanda bagi arah dantujuannya. Dan tirai adalah busana, hijab, bagi Maryam. busana yang memberi tanda seorang Maryam. Tandaakan jalan yang dilaluinya, tanda ketakwaannya. Tirai bukansebuah penghalang. Ia adalah papan petunjuk. Pedoman yangmemberikan pemahaman, saran, dan anjuran mengenai lika-liku dan kesulitan sebuah perjalanan. Demikianlah arti tirai Maryam adalah seorang pemalu. Semakin tirai di depannya tergelar, dirinya akan semakin berselimut dengan tirai baru di belakangnya. Semakin ia mendekatkan diri kepada Sang Kekasih,semakin semangat dirinya dalam khusyuk yang membuai,tersungkur dalam sujud, bersimpuh dalam penghambaan, maludalam limpahan kelembutan yang tercurah dari dalam buaian rahasia Ilahi yang diperuntukkan baginyasehingga menutupi diri seperti dekapan erat seorang ibukepada bayinya. Semakin menyelimuti diri, Maryam semakinterbuai dalam kekhusyukan penghambaan. Lewat tirai itulah Maryam menapaki tatarannya,terpelihara dan terjaga dirinya dalam kemuliaan. Inilah dasaryang akan menyangga kehidupan yang akan dipikulnya dimasa datang. Tirai Maryam bukan sebuah penghalang. Ia hadir demisemangat kekhusyukannya yang ingin mengutarakan isi seorang yang begitu memelihara dan melindungisegala yang ada pada dirinya. Sosok yang mengejawantahkandirinya di balik tirai. Seakan-akan tirai itu memelas hati dengan mengatakan Mohon lepaskanlah diriku,jangan engkau sentuh aku, janganlah halangi langkahku.’ Tirai Maryam juga sebuah ijazah, tanda kelulusan dalampendidikan kehidupannya, karena tirai itu menunjukkankesempurnaannya. Tirai yang menyelimuti Maryam ini di kemudian hari telahmenjadi risalah, wasiat berhijab bagi kaum wanita ahli para muwahhidah adalah tanda bagi hijab yangdikenakan Maryam. Hijab adalah kaum hawa, isyarat yang menjadikan merekaseperti Maryam. Dan hijab Maryam adalah kehormatan. Bahkan, Zakaria dan juga Yusuf sang tukang kayumemahami hijab itu sebagai benteng kokoh lagi perkasa saatmelihatnya. Maryam adalah bendera tauhid, yang mengibarkan panjikehormatan dengan berhijab memasuki mihrab. Maryam telah menginjak dewasa. Maryam telah memasuki alam barzakh dunia baru... Tirai tipis yang melintang membatasi masa kecil denganusia dewasanya. Hijab yang menjadi tanda kedalaman alambarzakh ini sudah bukan lagi sebatas tabir, melainkan hijabnyadan perangainya yang baru, adalah pembiasan dari kedalamanrohaninya. Tirai hijab Maryam adalah penyimpan, pembungkus,sebagaimana ia juga merupakan penguak dan pengingat akanapa yang terkandung dalam rohaninya. dan hijab Maryam ibarat cangkang bagi yang menutup diri serapat-rapatnya setelah meneguk air hujan di bulan April. Perjuangan, pengorbanan doa, dan penghambaanyang dengan tetesan air hujan yang sama akan melahirkanmutiara. Tirai dan hijab Maryam laksana sayap yang telah siapterbang, mengepak penuh dengan kencang. Tirai inilah yangmenyiapkan Maryam kepada Jibril. Jibrillah yang mengepakkan sayapnya kepada Maryam,sementara Maryam kepada lalu dia memasang tabir yang melindunginya dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang Dia Maryam berkata, “Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pemurah terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa.”19. Dia Jibril berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu, seorang anak laki-laki yang suci.”20. Dia Maryam berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah orang laki-laki yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!” Dia Jibril berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu tanda kebesaran bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu urusan yang sudah diputuskan.” Maryam [19] 17-21 Agar tidak merasa takut dan memahami apa yangdiwahyukan, malaikat diturunkan kepadanya dalam wujudmanusia. Kesamaan dimensi sebagai manusia tentu akanmempermudah Maryam sehingga mereka berbicara dalambahasa yang dimengerti. Malaikat Jibril juga guru yang sempurna sebagaimanahalnya sebagai malaikat yang menurunkan wahyu. Denganperkataan yang penuh hikmah dan tutur kata yang sopan,Jibril telah menjadi guru besar dan pendukung Maryam dalammemikul tugas yang ditumpukan kepadanya al-Baqarah[2] 87. Setelah penyampaian wahyu selesai, Maryam merasakanembusan sampai ke bulu kuduknya. Hawa dingin terasa disekujur tubuhnya. Hati Maryam dipenuhi perasaan khawatir saatmalaikat menampakkan dirinya dalam wujud pemuda yang begitu tampan. Embusan hawa ketenangan pun akhirnya merasuk kedalam jiwanya sebagai kuasa Ilahi yang telah membuatMaryam rela kepada takdirnya. -o0o- Yusuf sang tukang kayu menyapu di sekitar mihrab, iamelihat bayangan Maryam di balik tirai yang kian hari berubah-ubah. Ia pun mencoba untuk tidak memerhatikannya. Dan lagi, ketika suatu hari Yusuf hendak menyalakanlentera untuk membersihkan sekitar mihrab, bayangantampak dari balik tirai Maryam yang sedang terbaring. Saatitu, ia memerhatikan keadaan tubuh Maryam yang terlihatseperti seorang ibu yang sedang mengandung. Yusuf tergetarmenyaksikan hal itu. Lentera yang ada di tangannya punterjatuh. Suara itu membuat Maryam kaget. Namun, begitu melihatYusuf sedang bersih-bersih, Maryam pun menyapanya. Saatitu, suara Yusuf tidak seperti biasa, seolah-olah bukanlahsosok yang dikenal Maryam. Basah kuyup sekujur tubuh Yusuf oleh keringat dingin. “Pasti setan telah mengembuskan desas-desus yang aku lihat tadi tentu hanya sebuah khayalan,” demikiankata Yusuf pada dirinya sendiri. Bagaimana mungkin seorang Maryam dapat hamil?Bukankah mihrabnya telah dikunci berlapis tujuh? “Tidak... tidak mungkin hal itu terjadi!” kata Yusufmeyakinkan diri. Meski demikian, penglihatannya seperti tidak mau percayapada kata hatinya. “Tidakkah matamu benar-benar melihat bahwa diahamil?” “Tidak... tidak mungkin!” kata hatinya, kembali meyakinkandiri. “Maryam adalah seorang suci. Dia hamba yang secarakhusus telah dipilih oleh Allah.” Yusuf pun menunduk sekali lagi untuk mengambil lenterayang terjatuh. benar!” kata Yusuf di dalam hati. Ternyata benar, pandangan matanya tidak menipu. Iamelihat tubuh Maryam seperti seorang hamil yang sedangmemegang tasbihnya dan berzikir. “Tapi.... Bukankah dirinya selalu melewatkan siang danmalam hanya untuk beribadah kepada Allah? Tidak! Tidak!Tidak” Yusuf pun kaget dan bingung. Bagaimana mungkin semua ini terjadi? Ia pun tidak kuasa menahan diri untuk tidak bertanyakepada Maryam. “Wahai Maryam. Aku ingin bertanya kepadamu tentangsuatu hal apakah kamu sedang luang?” “Tentu saja. Semoga saja aku bisa menjawab apa yang akankamu tanyakan.” Tetap terjaga. Keduanya bersimpuh mengindahkan tata krama dalamruangan yang berbeda, di antara tirai tipis namun begitukokoh membatasi. Luaplah keduanya dalam linangan air mata saat yang satubertanya dan yang satu menjawabnya. “Wahai Maryam! Mohon katakan kepadaku, mungkinkahpohon dapat tumbuh tanpa benihnya?” Maryam memahami apa yang dimaksud oleh pertanyaanitu. “Mungkin...,” jawab Maryam dalam tangis. Kali ini, Yusuf pun ikut luap dalam tangis seraya bertanyakembali, “Bagaimana mungkin?” “Tidak diragukan lagi bahwa Allah telah menciptakanmakhluk yang pertama tanpa benih. Persemaiannya tanpabenih dan begitu pula benihnya tanpa persemaian. Tidakkahengkau juga mengetahui hal ini? Namun, jika engkau masih dalam pertanyaan, jika saja benih tidak dijadikan oleh-Nya, Ia pun tidak mensyaratkan persemaian.” “Sungguh, diriku berlindung kepada Allah dari berkatayang demikian. Namun mohon katakan, mungkinkah pohondapat tumbuh tanpa siraman air, tanpa curahan hujan?” Kembali Maryam tertegun menelan ludah.... “Ah, Yusuf.... Benih diturunkan dari tumbuhan yangdiciptakan pertama kali oleh-Nya tanpa benih. Lebih dari itu,biar menjadi ingatanmu bahwa Allah pertama kali menciptatumbuhan tanpa curahan hujan. Kemudian, setelah terjadipenciptaan seperti ini, Allah pun menjadikan hujan sebagaisyarat tumbuh pepohonan. Dalam keadaan seperti ini,akankah engkau menyatakan, jika saja tiada hujan, kuasakahAllah menciptakan pepohonan?” Maryam menuturkan semua ini dalam kata-kata dari dalamjiwanya yang penuh dengan kepedihan. Apa yang telah terjadikepadanya adalah suatu kejadian yang tidak pernah diujikankepada seorang wanita mana pun di dunia. Ia mengandungseorang bayi tak berayah. “Hasya...,” kata Yusuf. Setelah beberapa saat, Yusuf pun mencobamenyembunyikan tangisnya. “Diriku berlindung kepada Allah dari berkata yangdemikian. Dan sungguh, diriku sangat takut melukaiperasaanmu. Namun, seperti inilah keadaanku yang tetap jugatidak paham. Memang, apa yang terlihat oleh mata tidak bisadicerna oleh hati ini. Mohon berkenan menjelaskan kembalikepadaku mungkinkah seorang bayi ada tanpa ayah?” Inilah pertanyaan yang dinantikan. Maryam menepukkantangannya ke ulu hatinya dalam-dalam dengan penuhkepedihan. Akhirnya, pertanyaan pahit yang dinanti-nantikanpun datang. kepedihan itu Maryam menata diri untuk tetapteguh dan tegar. “Bukankah engkau tahu bagaimana Allah telah menciptaNabi Adam, wahai Yusuf? Lalu, bagaimana dengan IbundaHawa? Allah yang Mahakuasa untuk menciptakan merekatanpa seorang ayah dan tanpa seorang ibu. Sungguh Dia kuasamenciptakan segala sesuatu hanya dengan memerintahkanjadi’ maka jadilah. Ataukah engkau tidak meyakini hal yangseperti ini?” Kembali Yusuf berkata, “Hasya....” “Mungkinkah diriku tidak beriman dengan hal ini?Namun, mohon Anda bercerita tentang keadaan diri Anda,wahai Maryam!” pinta Yusuf dengan begitu pedih menahanguncangan dahsyat dalam perasaan khawatir seraya bersimpuherat-erat dalam tata krama seolah-olah dirinya tertindih besiberat di atas punggung dan pangkuannya.. Dan Maryam pun berkata, “Allah telah memberi kabargembira kepadaku seorang Kalamullah yang menyandangsanjungan al-Masih, bernama Isa, sebagai putra Maryam. Diadalah seorang hamba yang senantiasa dimuliakan di duniadan juga di akhirat. Yang dimuliakan dengan ketaatan kepada-Nya. Demikianlah, wahai Yusuf. Segala apa yang telah terjadikepadaku adalah atas perintah Allah sebagai rangkaian takdir-Nya. Sekarang terserah, engkau boleh mengadili keadaandiriku dan bayi yang telah berada dalam kandunganku.” “Mengadili diri Anda? Tidakkah Anda juga tahu bahwadiriku telah mengabdikan hidup ini untuk selalu membantuAnda? Anda akan selalu mendapati diriku sebagai seorang yangsenantiasa mengorbankan diri untuk melindungi dan menjagakeamanan Anda. Bukankah Anda pula yang mendapati diri iniselalu menjadi pendukung dan juga pengabdi dalam perjalanan Sungguh, pada hari-hari penuh dengan ujian berat ini,diriku juga akan senantiasa mengabdi dan menyimpan rahasiaAnda.” Malam itu, Yusuf sang tukang kayu sama sekali tidakmembuka mulut kepada siapa pun. Namun, Nabi Zakariayang senantiasa mengasihi Yusuf seperti putra kandungnyasendiri mendapatinya tidak bicara dan paham bahwa telahterjadi sesuatu. Untuk itu, setelah makan, Nabi Zakariamemanggilnya untuk suatu urusan penulisan kitab. Saatitu, Yusuf sama sekali tertunduk, tidak pernah mengangkatpandangannya. Ia tidak bisa fokus pada tugas yang sedangdiberikan kepadanya. Sampai-sampai, Yusuf menumpahkantinta karena pena yang ia pegang tidak tercelupkan tepat padabotol tintanya. Nabi Zakaria pun angkat bicara. “Wahai anakku, apa yang sebenarnya telah terjadi?Permasalahan apakah yang telah sedemikian membuatmuterbebani seperti ini?” “Tidak ada apa-apa, wahai Paman. Saya hanya terlalulelah.” “Namun, hal ini masih juga selalu seperti ini sejak engkaukeluar dari mihrab. Apa yang sebenarnya telah terjadi?” Mendapati pertanyaan seperti itu, Yusuf tidak kuasamenahan tangis seraya menceritakan satu per satu apa yangtelah dapati di dalam mihrab kepada nabi yang juga pamannyaitu. Sejak saat itu, ia menuturkan keinginannya tidak lagimengabdi di dalam mihrab. Ia takut masyarakat akanmemitnahnya. Yusuf pun memohon izin kepada pamannyauntuk menjauh ke suatu tempat. Nabi Zakaria sangat tahu pengabdian tulus Yusuf kepadaMaryam. Bahkan, sebagian masyarakat juga ada yangberpendapat mengenai kecocokan Yusuf dengan Maryam. pemuda ini sudah bertunangan,” demikian katamasyarakat. “Ah... masa muda,” kata Nabi Zakaria. “Coba dengarkan apa yang telah disampaikan Yusuf,”kata Nabi Zakaria memanggil istrinya untuk datang keruangannya. Al-Isya yang sedang dalam kandungan tua dan telahmenunggu hari-hari kelahiran putranya dengan perlahanmendekat ke ruangan kemudian duduk bersandar padadinding pintu. “Puji dan salam kepada Zat yang telah melimpahkananugerah ke dalam kandungan ini. Sungguh, Maryam adalahseorang yang suci dan ahli zuhud. Bayi yang telah dititahkanAllah dengan nama Yahya dalam kandungan ini selama tigabulan berucap salam kepada bayi yang saat ini berada dalamkandungan Maryam. Inilah yang diriku rasakan. Sungguh,hal ini telah membenarkan berita yang engkau ceritakanwahai Yusuf. Semua ini semata-mata atas kehendak Mahakuasa untuk menciptakan seorang manusiatanpa ayah dan ibu. Zat yang telah menciptakan Nabi Adampasti memiliki kuasa menciptakan bayi yang akan lahir darikandungan Maryam.” “Demikianlah seorang wanita saudara Harun . Sungguh,betapa dia selalu bertutur kata mulia lagi pintar dalam kata-katanya,” kata Nabi Zakaria. “Untuk sementara, biarlah berita ini terjaga kerahasiaannyadi dalam rumah ini dan jangan sampai ke luar dari rumah Allah senantiasa menjadi wakil dan penolong kitasemua,” tambah Nabi Zakaria. -o0o- Nabiyulah Yahya Lair Begitu al-Isya merasakan sakit, Merzangus langsung berlarimemanggil Tujuh Dukun Bayi terdekat di kota al-Quds. Orang pun beramai-ramai memadati halaman depanrumah, taman, dan kebun zaitun. Mereka hendak menjadisaksi akan mukjizat berita gembira yang telah disampaikankepada seorang nabi di akhir usianya. Saat itu, Ham, Sam, dan Yafes juga ikut menjadi saksidengan membawa daun siklamen dari Kampung Rempah-Rempah yang dipercaya dapat membantu proses kelahirandengan cara direbus dan diminum airnya. Doa-doa dan puji-pujian yang dipanjatkan para tamu ikutmenciptakan suasana tegang saat-saat menunggu kelahiransang bayi. Nabi Zakaria memang terkenal dengan ketekunandalam berzikir. Hatinya begitu bersih dengan selalu berizikirkepada Allah. Ia yakin bahwa hanya dengan berzikir hatimenjadi tenang. Dalam suasana yang cukup menegangkanini, ia masih juga berseru kepada kaumnya, “Perbanyaklahberzikir kepada Allah, perbanyaklah zikir. Ingatkanlah hatikalian.” Lalu, datanglah saat-saat yang dinanti. Benih Nabi Yahyayang ditanam ke dalam rahim ibundanya kini telah lahir kedunia. seorang nabi dan putra nabi yang disanjung dengankebaikan. Demikianlah seorang bayi yang baru saja dilahirkan.“Ya Yahya, bersikap baiklah kepada ayah dan ibumu. Diabukanlah seorang yang membangkang. Semenjak dilahirkan,saat kematian, dan saat kebangkitan dari alam kubur, salamterucap untuknya.” Banyak sekali kisah yang menuturkan Nabi Yahya sebagaiseorang yang memiliki keutamaan dengan telah dikabarkandalam berita gembira seperti berikut.“Setiap anak Adam akan kembali kepada Allah dengandosa yang telah diperbuatnya. Dalam keadaan seperti ini, jika Allah menginginkan, Ia akan mengazab atau memberi rahmat kepada hamba tersebut, kecuali Nabi Yahya, putra Nabi Zakaria.” Demikianlah kemuliaan Nabi Yahya. Dia adalah nabiterpilih yang sejak kecil memiliki akhlak mulia dan sikapdewasa. Ketika anak-anak sebayanya sibuk bermain, Yahyakecil selalu menyampaikan kepada mereka kalau duniabukan tempat untuk bermain, seraya mengajak teman-temansebayanya untuk berdoa dan berzikir. Atas perilakunyayang seperti itu, Alquran pun menerangkan “Wahai Yahya!Berpegang teguhlah kepada kitab Allah dengan sekuat dia masih kecil pun Kami telah memberikan ilmu danhikmah kepadanya.” -o0o- Sift-Sift Yahya Yahya adalah saudara sepupu Maryam. Putra dari itu, Isa adalah cucu dari kakak ibundanya. Yahyaadalah salah satu dari tiga orang yang diberitakan sebagaiberita gembira. Yang pertama adalah Ishak, putra Ibrahim ,yang kedua adalah Maryam, dan yang ketiga adalah Yahya,putra Zakaria . Mereka lahir di saat sang bunda telahberusia lanjut sebagai berita gembira yang dikabarkan olehAllah. Semoga salam dan kesejahteraan dari Allah senantiasaterlimpah atas mereka. Mengenai Nabi Yahya.... Dia adalah seorang sayyid... Seorang yang tidak pernah marah, tidak pula suka tergesa-gesa Qatadah Berakhlak mulia Dahhak Hamba yang bertakwa Salim Seorang yang mulia Ibn Zaid Seorang alim, fakih Ibn Musayyab Seorang yang tidak memiliki sifat hasud Sawri Hamba yang selalu rela dengan ketetapan Allah Ahmadbin Asim Seorang yang taat, mulia dari teman-teman sebayanyaHalil tawakal Abu Bakrinil Warrak Yang memiliki cita-cita mulia Tirmizi Dermawan, selalu lebih dalam kebaikan Abu Ishak Yang menyerahkan dua dunianya kepada Tuhan JunaidBagdadi Seorang hasur... Yang tidak menikah meskipun mampu... yangmenghindarkan diri dari segala keinginan dan lintasan untukberhubungan badan. Yang sejak kecil telah bersikap teguhbahwa Diriku bukan diciptakan untuk bermain’. Dialahseorang Hasur, yang terjaga, yang terlindungi dengan perisaibaja sifat haya. Dialah seorang nabi.... Seorang yang menjadi utusan dan juru bicara nabi yang menyeru kepada hidayah, menjadipenuntun bagi kehidupan ummat manusia. Seorang yang saleh. Nama yang mencakup semua kebaikan, Saleh. Martabatmanusia yang paling tinggi; kedudukan yang paling mulia,dengan kehidupan luar dan dalam yang selalu sesuaidengan syariat, bersih-suci. Seorang yang murni, terang-benderang.... Seorang yang sering menangis. Sejak kecil selalu menyendiri di lereng gunung, duduk di samping sumur, sendiri menangis pilu.... -o0o- Btng Bereor di Btleem Malam itu... Sebuah bintang berekor bersinar terang di atas kota al-Quds. Ia memancarkan cahaya sangat terang cukup lamasampai kemudian bergerak menuju selatan dan orang pemuda ahli astronomi segera bangkit daritenda yang didirikana di lereng Bukit Zaitun. Mereka memacukuda seraya mengejarnya. Mereka mengejar dan terusmengejar ke arah yang sama sekali belum pernah diketahui. Pada waktu yang bersamaan... Maryam yang dijatuhi keputusan hukuman matikarena mendirikan salat secara berjamaah di padang pasir suci telah hampir genap sembilan bulan menyendiri di balik tirai penutup jendela mihrab. Kandungan Maryam yang beberapa lama ini tenangtiba-tiba mulai bergerak-gerak dengan kencang. Saat itulah,sebagaimana yang telah disepakati bersama dengan NabiZakaria, Maryam menyalakan lentera di dalam mihrabnya. lentera menyala, mulailah Nabi Zakaria, Yusuf,dan Merzangus berangkat menuju masjid dengan sembunyi-sembunyi. Sesampai di mihrab, setelah pintu terbuka, Zakariadan Yusuf berucap salam kepada Maryam sambil keluar dengansembunyi-sembunyi. Perlahan mereka menuruni tangga sampaiakhirnya bertemu dengan Merzangus yang telah menunggu disamping tangga dengan sebilah pedang terhunus di tangan. Merzangus langsung mendekap Maryam yang begitulemas dan gemetar. Pertama-tama, mereka memutuskansegera pergi menemui al-Isya. Namun di tengah-tengahperjalanan menuju rumah sang bibi, mereka dikagetkankedatangan beberapa orang pemuda ahli astronomi. Kuda-kuda tunggangan mereka tampak bertiga “Sang raja sudah lahirkah!?” tanya mereka berulang-ulangdengan tergesa. Bintang berekor telah melaju kencang daritangga Masjid Aqsa menuju tempat ini sampai kemudianmenghilang. Merzangus yang juga kaget dengan kedatangan merekamelirik ke arah Nabi Zakaria dan Yusuf dengan pandanganbertanya, sambil menghunus pedang dan mengacungkannyake arah tiga pemuda tersebut... Ia angkat cadar wajahnya sampai menutupi bagian hidungseraya berteriak, “Jangan mendekat!” Para pemuda ahli astronomi ini pun kaget dengantindakan Merzangus. Mereka bahkan sampai kewalahanmenghentikan kudanya dan lekas turun untuk bersimpuh danberucap salam. Dengan singkat dan cepat mereka menuturkanmaksud kedatangannya dan langsung bertanya, “Apakah sangraja sudah lahir?” keadaan seperti ini, Merzangus punmemasukkan kembali pedang ke dalam ia sendiri juga tidak tahu apa yang harusdilakukan dalam keadaan seperti itu. Satu-satunya hal yangada dalam pikirannya adalah secepat mungkin meminta ketigaorang asing tersebut segera meninggalkan tempat itu karenaMaryam telah sedemikian pedih merasakan sakit. “Aku dapat menunjukkan kepada kalian tempat sang rajayang kelahirannya Anda sekalian nantikan. Ikutilah diriku,”ujar Merzangus. Merzangus segera loncat ke atas punggung kudanya yangbernama Suwat sambil memberi isyarat dengan pedangnyaagar ketiga orang asing tersebut mengikutinya. Saat itulah Yusuf baru menyadari mengapa Merzangusmelakukan hal tersebut. Kemudian, mereka pun segeramelanjutkan perjalanan membawa Maryam yang gemetarkedinginan ke suatu tempat yang lebih terang dan saja, Maryam sudah tidak lagi mampu berjalan. Fasepembukaan telah dimulai. Darah pun terlihat. Pedih beribupedih ia rasakan. Pada saat itulah lagi-lagi datang seorang penjaga bersamadua temannya karena mendengar suara kuda yang dipacu. Saatmendapati mereka berjalan mendekat ke arah Nabi Zakariadengan membawa kayu pemukul berujung besi, sang Nabi itupun berkata kepada rombongannya, “Kalian pergilah. Biar akuyang meyakinkan mereka agar mau kembali.” Yusuf pun segera menuntun Maryam yang terlihat begituletih dan lemas. Badannya berselimutkan pasmina. Maryampun berjalan pelan menuju rumah al-Isya. Namun, belumbeberapa lama, Maryam menyampaikan kepada Yusuf tentangilham yang didapatkannya dari Allah. katanya... “untuk saat ini cukup sampai di siniengkau menemaniku. Dalam hatiku terdetak perasaan yangbegitu kuat kalau aku harus sendirian menempuh perjalananini untuk pergi ke tempat yang jauh. Malam hari ini, ke manasaja Allah menghendaki diriku pergi, ke tempat itulah akuakan pergi menjauh dari keramaian. Berdoalah untukku danuntuk bayiku yang akan lahir. Aku tidak bisa membayar hak-hakmu atas diriku, mohon dimaafkan.” Meski Yusuf telah berusaha meyakinkan Maryam, tetapsaja ia tidak mampu. Bahkan, Maryam telah beranjak untukmemikul, menunaikan perintah, dan mengikuti ilham yangtelah diberikan oleh Allah. Demikianlah, salah satu nama lain dari Maryam adalah“Asra”, yang berarti seorang yang berjalan pada waktumalam. Bersama dengan sang bayi yang berada di dalamkandungannya, ia menyendiri ke tempat yang jauh. Ilhamlah yang telah Maryam dapatkan dan memandunyauntuk terus berjalan dan berjalan dalam penuh kepedihanmenuju Betlehem yang terletak di sebelah selatan menyendiri ke suatu tempat yang teramat jauh.“Tempat yang jauh” itu telah menjadi takdir bagi sebatang tunas yang dirawat langsung oleh Zat YangMaha Mencipta, Maryam telah disimpulkan dengan kata“jauh” dalam kehidupannya. Jauh.... Demikianlah Maryam hidup dalam perintah “uknut!” disepanjang kehidupannya. “Taatlah...!” Saat ia berlama-lama berdiri tegak berdoadalam salat, di saat ia berteguh dalam ketaatan, bahkansaat merebahkan diri dalam istirahat, kehidupannya selalu dalam ikatan perintah uknut. Begitulah guratantakdir yang telah ditentukan baginya. Kini, perintah taat telah membuatnya berjalan ke tempatyang jauh. “Diri sendiri” adalah ringkasan singkat hidupnya. Takdir yang akan ditempuhnya merupakan contoh bagi setiap kaum hawa di masa setelahnya. Tidak pernah ia merasa gentar dengan kesendiriannya. Dengan ketegaran dan keteguhannya inilah ia akanberbisik bahwa bersama dengan Allah merupakan kekuatanyang tidak mungkin ada yang menandingi. Dalam ujian yangteramat sangat berat inilah Maryam akan bercerita apa sajayang mampu dipikul oleh seorang wanita yatim. “Jiwa kesatria adalah sebuah sifat. Dengan jiwa itu ada beberapa kaum wanita telah menunjukkan diri sebagai seorang kesatria.” Demikianlah yang terpekik dalam ujian hidup yangdialami Maryam, yang api ujian itu masih terus membara,terus membakar jiwa sebagian kaum wanita. -o0o- Marym di Btleem Setelah berpisah dengan Merzangus, kemudian Zakaria dan Yusuf, Maryam melangkahkan kakinya berjalan kearah barat daya al-Quds. Ia terus melangkahkan kakinyamenembus rimbun perkebunan zaitun. Maryam denganteguh melangkah seolah-olah di depannya terdapat anak-anakkecil memanggil-manggilnya dengan riang sambil melambai-lambaikan tangan. Saat Maryam mencapai ujung kebun zaitun, tiba-tibajalan telah menanjak menuju atas bukit. Napas Maryam puntersengal. Ia bersandar pada pematang kebun untuk beristirahatsejenak sembari memandang ke arah Danau Luth. Embusan angin malam menyapu wajah Maryam bersamaaroma kepekatan garam. Saat itulah jerit pedih dan tangisankaum Luth yang ingkar bersama dengan istrinya yangtenggelam di dasar danau seolah-olah terdengar. Merekaadalah kaum Luth yang tidak mengindahkan seruan pun mengutus dua malaikat untuk menyelamatkanNabi Luth bersama dengan anak-anaknya dari kaumnya yangzalim. keheningan malam, kota kaum Nabi Luthdiluluhlantakkan amblas ke dalam tanah. Hantaman air deraslalu memusnahkan tempat itu hingga tenggelam. Gambaranseperti itulah yang sedang terbayang nyata dalam pandanganMaryam saat melihat ke arah hamparan air Danau Luth padamalam itu. Maryam tiba-tiba terperanjat akibat suara gemeretakdedaunan dari ketinggian bukit. Saat mengarahkan pandanganke arah suara itu, ia makin kaget karena ada penampakan duaorang berpakaian putih menyala menuruni lereng-lerengbukit. “Mungkinkah ini hanya ilusi dari kelelahan yang akurasakan?” Perasaan Maryam masih belum tenang. Selama ini, kehidupannya selalu berlangsung di dalammihrab dan diawasi Nabi Zakaria. Maryam tidak pernah beradadi jalanan, apalagi di dalam keheningan malam, seorang pernah beberapa kali Maryam mengunjungi rumahpara fakir miskin dan anak-anak yatim di keheningan malam,saat itu dirinya dipandu Yusuf sehingga ia tidak terlalu risau. Apalagi, saat ini kedua telapak kakinya memar dan penuhluka. Ia sama sekali tidak memiliki alas kaki. Berjalan Maryam tanpa alas kaki. Berjalan seorang diri dalam keheningan malam. Berjalan tanpa mengenali arah dan jalur perjalanan. Dalam rasa sakit yang memilukan. Maryam berlumuran darah. Runcing bebatuan dan tajam duri-duri jalanan tidak hanyamelukai kedua kakinya tapi juga menusuk pedih jiwanya. Terus berjalan dalam keheningan malam... mengikuti lambaian tangan anak-anak yangmemanggilnya dengan penuh keriangan, menyusuri jejakdua orang berpakaian putih yang menyusup dari ketinggianpuncak bukit. Pada saat itulah terdengar seruan di dalamtelinganya, “Jangan pernah berhenti untuk berzikir kepadaTuhanmu.” Maryam menahan rasa sakit yang dideritanya untuk tetapberjalan dan berjalan. Sejak kecil Maryam menjadikan lafaz-lafaz zikir sebagai napasnya. Seperti menimba air dari dalam sumur, Maryam pun menarik napas zikir dari dasar kedalaman hatinya. Namun, pada malam ini isi sumur hati Maryam seakan-akan membeludak. Terlebih dengan sakit yang dideritanya,yang telah membuat hati, lidah, dan segenap jiwanya dipenuhisemangat untuk khusyuk dalam untaian zikir. Seolah-olahkehidupan di dalam mihrab yang penuh kekhusyukanberdoa dan berzikir telah membimbingnya untuk semakinbersemangat mengungkapkan isi hatinya. “Ya Rabb Ya Allah, Ya Fattah Ya Allah, Ya Shamad YaAllah, Ya Wahhab Ya Allah, Ya Shabur Ya Allah... Engkaulah al-Fattah. Hanya kepada-Mu diri inimengadukan keadaanku. Sungguh, Engkaulah Zat YangMaha Menggenggam kunci keluar dalam setiap derita dankesusahanku.” tidakpernahbutuhkepadasiapa pun. Engkau tidak berputra, tidak pula itu, diri ini adalah hamba yang senantiasa butuhkepada-Mu. Sungguh, rasa sakit ini semakin menjadi dankeheningan malam membuat diri ini merasa sendiri sehinggahanya kepada-Mu diri ini memohon dihindarkan darikepedihan hati dan dan badan. Engkaulah al-Wahhab. Zat yang Maha telah melimpahkan nikmat-Mu kepadaku sebagaiseorang yang yatim. Engkau tumbuh kembangkan dirikuhingga dewasa dalam limpahan nikmat yang tiada ini, aku memohon Engkau berkenan menyingkapkeadaanku yang penuh dengan kesusahan dan kepedihanini untuk dipertemukan dengan kelapangan dan Engkau adalah Mahakuasa atas segala sesuatu. Olehkarena itu, hamba memohon dengan sangat, keluarkanlahdiriku dari kegelapan sebagai limpahan dari nikmat-Mu. Ya Shabur, Ya Allah! Limpahkanlah diri ini kekuatandari-Mu. Jadikanlah diri ini menjadi hamba yang senantiasamampu bersabar menghadapi musibah dan kesusahandengan kekuatan iman kepada-Mu. Ya Tuhan! Limpahkanlahkepadaku kekuatan untuk dapat tetap bertahan!” Setelah sampai ke puncak bukit, Maryam pun melihat kesekelilingnya. Dari kejauhan, sorot remang lampu perkampunganBetlehem terlihat. Redup sorot cahaya lentera itu seakan-akan sedikit meredakan sakit yang Maryam rasakan. Ia punmenenangkan diri dan mengarahkan wajahnya ke arah embusanangin yang bertiup semilir. Hati Maryam seolah-olah merintihmemandangi redup cahaya lentera dari rumah-rumah itu. keheningan malam, semua orang tentu sedangdalam keadaan yang begitu nyaman, sementara dirinyamenyusuri rimba jalanan yang dia sendiri tidak tahu hati Maryam dalam pandangan sorot cahaya lenteraitu sehingga wajah ibundanya hadir dalam bayangan. Wajahitu seolah-olah nyata seperti yang ia jumpai di dalam mimpi. “Oh ibu!” katanya. Ibu... Betapa indah kata itu. Kata yang penuh dengan muatandoa. Seolah-olah lafaz zikir. Mengucapkannya, hati manusiamenjadi tenang. Seakan-akan seseorang telah datangmengulurkan tangannya dan hamparan langit menjadicerah dibuatnya. Dada manusia pun menjadi lapang dalamkeberadaannya. “Duhai ibu!” kata Maryam, “Sungguh, jika saat ini masihada, engkau tidak akan mungkin membiarkanku sedirian disini.” Maryam merasa heran dengan dirinya saat mengucapkankalimat itu. Dirinya sejak kecil telah ditempa dengankehidupan yang penuh dengan kesabaran. Tidak pernah iamengungkapkan keyatimannya. Namun, entah apa yang telahterjadi dalam kesendiriannya di keheningan malam itu? Maryam merasa bahwa sakit dan kepedihan yang dirasakandalam kesendirian dan keheningan akan menghimpit manusiake dalam kerapuhan serta menggerogoti kesabarannyaseperti bubuk kayu. Demikianlah yang terlintas dalampikiran Maryam. Namun, sudah tidak tersisa tenaga untukmerenunginya saat kepedihan baru menusuk jiwa Maryamsehingga ia pun lebur sehalus debu. 241
Disinilah, menurut Cak Nur, relevansinya kembali kepada Kitab Suci dan Sunnah Nabi. Dengan metodologi pengembangan hermeneutika Al-Quran ini, Cak Nur membuat suatu pembaruan yang liberal, yang sudah menjadi agendanya sejak 1970-an, hanya saja sekarang itu dilakukannya dengan cara yang tidak kontroversial, karena menggunakan hermeneutika Al-Quran.
Author Richard Fletcher Publisher Pustaka Alvabet Format PDF, ePub Release 2009-03-02 Language id More -> Mereka menghormati orangtua dan juga para nabi serta rasul yang disebutkan dalam Perjanjian Lama - Ibrahim , Ishak , Ya'kub , Musa , Ilyasa ' , Daud , dan Sulaiman . Mereka memuliakan Maryam Bunda Maria . sang perawan suci ... Author Lesley Hazleton Publisher IRCISOD Format PDF, paper Release Language id More -> ... 200, 242, 243, 245, 287, 295, 315, 319 Samaria, 26, 55,84, 102, 104, 280 Sang Bunda Ilahi Hochma, 314 Sang Dewi Hikmah, 307 Sang Nabi Perempuan, 302 Sang Perawan Agung, 160, 186, 302 Sang Perawan Suci, 226 367 Panggil Aku Maryam. Author Herlinda Novita Rahayu, Publisher Gramedia Pustaka Utama Format PDF Release 2013-03-14 Language id More -> tanya Maryam. “Aku adalah Jibril utusan Allah,” jawab Jibril. “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, ... Maryam mendengarkan kata-kata Jibril dengan saksama. ... Sang bunda suci itu bersandar ke sebuah pohon kurma. Author Publisher Penerbit Buku Kompas Format PDF, ePub, paper Release 2009 Language id More -> Umat Islam pun diperintahkan meyakini dan menghargai seluruh para nabi plus kitab suci yang dibawanya . ... berhala dan patung , dia menemukan gambar Bunda Maria Sang Perawan dan Isa al - Masih Sang Anak di dalam Ka`bah . Author Komisi Komunikasi Sosial - Keuskupan Agung Medan Komsos KAM Publisher Komisi Komunikasi Sosial - Keuskupan Agung Medan Format PDF, ePub, Mobi Release Language id More -> Kisah kehidupan Maryam pasca kelahiran 'Isa juga tidak lagi dimuat al-Qur'an. Dari keseluruhan kisah Maryam dalam al-Qur'an, kita melihat bahwa Allah memilih Maryam dan menyucikannya untuk melahirkan seorang nabi suci. Author Marah Rusli Publisher Lontar Format PDF Release 2009 Language en More -> Siti Nurbaya by Marah Rusli is a classic novel that remains poignant even today. When it was first published, the novel made great impact on the region which was then known as the Dutch East Indies. Author Pemenang Lomba Menulis Cerpen STANIA FAIR 2011 Publisher Yudha Pradana Format PDF, ePub, paper Release 2016-10-22 Language en More -> Profile wusliwah gang wlengejarah Ibunda Hajar Istri Nabi Ibrahim 1B00 SM Apa yang akan kamu perbuat jika ditinggal di tempat bersuhu ... Terimakasih Bunda Hajar. ... Ibunda Maryam Sang Wanita Suci IM Ia mengandung seorang bayi. Author Denise Spellberg Publisher Vintage Format PDF, ePub Release 2014-07-01 Language en More -> In this original and illuminating book, Denise A. Spellberg reveals a little-known but crucial dimension of the story of American religious freedom—a drama in which Islam played a surprising role. Author Tim IIDN Jogja Publisher Gradien Mediatama Format PDF, ePub, Mobi Release 2015-06-01 Language id More -> Nabi Isa as Maryam yang suci mengandung kemudian melahirkan Isa. Memiliki anak tanpa suami, membuat masyarakat mencaci Bunda Maryam. Ketika semua orang mengejek, bayi Maryam pun berbicara. Sang Bayi mengatakan bahwa ia adalah hamba ... Author Muhammad Vandestra Publisher Blurb Format PDF, ePub, paper Release 2019-01-09 Language id More -> The story of Aminah Bint Wahab, mother of Prophet Muhammad SAW the last messenger and prophet of Allah SWT God based from Al-Hadist & Holy Quran in indonesia languange. Author Fathi Fauzi Abdul Mu'thi Publisher Format PDF, Mobi Release 2020-01-19 Language id More -> Maryam Sang Suci Perwujudan Kehendak Tuhan Isa adalah kalam Tuhan, Ruh-Nya yang mengejawantah di dunia. Author Ph. D. Robert a. Morey Publisher Xulon Press Format PDF, Mobi Release 2011-08 Language en More -> The Islamic Turks were poised to overrun Europe at The Battle of Vienna on September 11/12 of 1683, but were defeated. The Islamic Invasion As Mosques appear across the country people are asking-"What do I need to Know about Islam? Author Publisher Lentera Hati Group Format PDF, ePub, Mobi Release 2014-09-11 Language id More -> Karena Allah swt. menghendaki agar ia menjadi gadis yang suci dan terpilih di antara perempuan di seluruh alam. Dia menghendaki agar Maryam menjadi ibu dari ... Aku mencintai Bunda Maryam, lebih dari cintaku kepada Maryam sang perawan. Author Raimundo Panikkar Publisher Motilal Banarsidass Publishe Format PDF, paper Release 1998 Language en More -> The Cosmotheandric Experience is not a Christian, or an Indic, or a Buddhist study, but an interdisciplinary study with a firm foundation. Author Abd. Moqsith Ghazali Publisher Format PDF, ePub, paper Release 2009 Language id More -> Umat Islam pun diperintahkan meyakini dan menghargai para nabi plus kitab suci yang dibawanya . ... menghancurkan berhala dan patung , dia menemukan gambar Bunda Maria Sang Perawan dan Isa al- Masih Sang Anak di dalam Ka`bah .
blogini ditujukan bagi orang-orang yang ingin menyatakan bahwa Yesuslah dibuat pada tanggal 25 desember 2009, jam 10:10 PM dengan tujuan: 1. Memberikan bacaan2 rohani. 2. Sharing tentang Firman TUHAN lewat Alkitab. 3. Memberikan informasi lain sesuai permintaan dari member. Yesus kristus adalah pribadi roh kudus yg tak
masjiddarussalam18 Download PDF Publications 228 Followers 19 Maryam Bunda Suci Sang Nabi Sibel Eraslan Maryam Bunda Suci Sang Nabi Sibel Eraslan View Text Version Category 22 Follow 1 Embed Share Upload
. 203 345 94 338 98 365 285 322
maryam bunda suci sang nabi pdf